Podcast Bu Heni

Harimau dan Nenek Angsa

2 komentar
HARIMAU DAN NENEK ANGSA
Di suatu hutan yang sangat lebat hiduplah sepasang macan tutul yang sudah tua. Mereka bernama Kudap dan Liyan. Kudap adalah kakak laki-laki Liyan. Mereka begitu disegani di hutan kecil itu. Karena selain bijaksana mereka juga baik hati dan suka menolong hewan lain yang kesusahan. Suatu pagi ada keributan di sebelah rumah Pak Kudap.
“Hrrr …. Hrrr… kamu harus membayarku, aku sudah mengantarmu sampai ke sini, suara pak Kuda meringkih dan berteriak kepada nenek Angsa .
“ Kakk..kak…aku tidak punya uang,” kata nenek Angsa dengan wajah ketakutan.
“Hrr…hrr …kalau tidak punya uang , serahkan suatu barang untuk menggantikannya”, ujar pak Kuda kemudian.
“Kakk..kak.., ini aku cuma punya sebotol cacing yang akan kuberikan kepada cucuku nanti. Dan cacing-cacing ini aku kumpulkan dengan susah payah selama seminggu, “ kata nenek Angsa sambil mengeluarkan botol bekas selai yang berisi cacing tanah.
Mendengar jawaban nenek angsa itu hati pak Kuda tersentuh dan menjadi tidak tega untuk mengambil harta satu-satunya nenek Angsa.
“Hrr..hrr.. yah sudah kamu boleh pergi, “seru pak Kuda pelan. Dan sesaat kemudian pak Kuda pergi meninggalkan nenek Angsa sendiri.
“Terima kasih pak Kuda, terima kasih,” nenek Angsa berterima kasih kepada pak Kuda yang telah mengantarkannya dan tidak memaksanya membayar.

Setelah pak Kuda hilang dari pandangan, nenek Angsa kembali berjalan dengan tertatih-tatih menuju rumah cucunya. Tak terasa hari sudah menjelang sore tetapi nenek Angsa belum juga sampai ke rumah cucunya. Setelah beberapa lama baru nenek Angsa sadar kalau dari tadi dia hanya berputar-putar saja dan kembali ke tempat yang sama. Hari sudah mulai gelap nenek Angsa mulai merasa kedinginan dan ketakutan. Dia pun berlindung di bawah pohon tua yang sangat besar dan rindang. Matanya yang keriput mulai merasa mengantuk.

Krrieekk…..
Suara dahan patah membuat nenek Angsa terbangun. Dia segera bangkit dan memegang botol selainya erat-erat.

“Haummm….”
“Iiiituuu suara …su…ara harimau.” Nenek Angsa menjadi sangat ketakutan mendengar suara harimau yang beranjak mendekatinya. Tapi nenek Angsa tidak berani berlari karena kakinya pun sudah tidak kuat dan penglihatannya sudah tidak tajam. Nenek Angsa memilih diam tidak bergerak serta menahan nafasnya.

“Hauummm”.
Suara harimau itu terdengar kembali dan terasa semakin dekat, jantung nenek Angsa berdegup kencang. Dia sangat gemetar dan ketakutan, hampir saja botol selai yang dipegangnya jatuh. Semakin lama langkah kaki harimau itu semakin dekat …. Dan ….
“Hauummm…”Harimau besar itu menyeringai lebar di depan nenek Angsa. Taringnya yang tajam berkilat ditimpa sinar bulan seakan-akan siap menerkam nenek Angsa bulat-bulat. Nenek Angsa kaget setengah mati, botol selai yang digenggamnya jatuh pecah dan isinya berhamburan. Dengan sisa tenaga yang ada nenek Angsa berteriak dan bersiap untuk lari sekencang-kencangnya.

“Kakkkkk..kakkk… toloong… tolong”. Nenek Angsa berteriak sekeras-kerasnya dan berlari sekencang-kencangnya. Rasanya dia tidak peduli lagi kalau kakinya sudah lemah, dia merasa sudah menabrak apa saja yang ada di depannya. Dan ingin menjauh dari harimau besar itu. Tapi …kok kaki harimau itu masih ada di dekatnya ?. Nenek Angsa berhenti berteriak dan memandang pemilik kaki itu. Wajahnya semakin pucat ketika tahu kalau tongkatnya terinjak kaki harimau sehingga dia tidak bisa berlari. Karena dia berlari sambil memegang tongkatnya erat-erat. Nenek Angsa takut sekali kalau-kalau diterkam harimau besar itu. Tapi, tiba-tiba …
“Hei nenek Angsa jangan takut”, suara yang besar namun lembut keluar dari mulut harimau itu. “Aku tidak akan memakanmu, tenanglah,” seru harimau itu kemudian.

Nenek Angsa dengan masih sedikit ketakutan melepaskan tongkatnya pelan-pelan.
“Ja….jangan sakiti saya ya tuan harimau …” pinta nenek Angsa dengan gemetar.
“Tidak..aku tidak akan menyakitimu nenek Angsa. Aku Liyan, harimau betina yang menunggu hutan ini. Tadi kau sempat berteduh di dekat rumahku di pohon tua itu. Dari tadi aku memperhatikanmu dan ternyata kau benar-benar sedang tersesat. Masuklah ke rumahku karena hari sudah gelap, nanti bisa-bisa kau dililit ular pohon.”

Liyan berdiri di samping nenek Angsa dan mengantarkannya ke pohon tua yang sangat rindang. Di dalamnya ada Kudap yang sedang beristirahat. Melihat harimau yang lebih besar lagi, nenek Angsa menghentikan langkahnya. “Jangan takut … dia kakakku,”seru Liyan.

Akhirnya nenek Angsa , Liyan dan Kudap beristirahat di bawah pohon tua yang sangat rindang sepanjang malam. Dan esok paginya Liyan dan Kudap mengantarkan nenek Angsa ke rumah cucunya yang cukup jauh dari tempat itu. Sesampainya di sana nenek Angsa sangat bahagia bisa bertemu dengan cucunya dan anaknya sekaligus. Tetapi dia meminta maaf karena oleh-oleh yang telah disiapkannya telah pecah dan cacingnya mati semua. Cucu dan anak nenek Angsa memaafkannya dan mengatakan kalau kedatangan nenek Angsa saja sudah membuat mereka semua sangat gembira.

Setelah mengantarkan nenek Angsa, Kudap dan Liyan berpamitan dan pulang dengan langkah yang sangat tenang. Menuju hutan yang harus selalu mereka jaga ketentramannya.

2 komentar

Terima kasih telah meninggalkan jejak dan memberikan komentar.
Pasti lebih menarik jika kita terus ngobrol. Bisa ke facebook: Heni Prasetyorini dan Twitter: @HeniPR. Sampai jumpa disana 😊