Podcast Bu Heni

I Was Born To Write

2 komentar
Raising muslim boys.
Parenting.

Aku tertarik dengan topic ini. Karena sangat membantuku dalam menangani anak-anak. Dan sejak aku banyak meluangkan waktu untuk mencari informasi parenting, lalu mencoba mempraktekkannya. Ada perubahan pada perilaku anak-anak. Juga perilakuku sendiri sebagai ibu. Hal ini tentu baik.

Sains. Kuark. Menarik pun. Percobaan dengan Aldo kemarin, membangkitkan ingatanku pada jurusan kimia.
Menarik ya. Terbesit, serunya jika aku punya klub sains kelak.

FLP. Asma Nadia. Teman penulis dan homeschooler. Membuatku terus terjaga. Untuk bergerak semakin baik dan produktif. Keinginan membuat buku dan rumah bacaan menggebu.

Dalam berbagai kodisi tak terduga, craft sedikit saja menggangguku. Karena karakterku yang tidak suka keluar rumah atau sulit mengajak dua anak lelakiku bepergian denganku sendiri, tanpa ada insiden berlarian kesana kemari. Maka, menulis adalah pekerjaan yang tidak perlu bahan baku. Biarpun kadang terdesak pula keinginan berbisnis dan memegang uang secepatnya.

Bosan. Kebosanan itu mau tidak mau pasti datang. Kedua anakku pun lebih senang di dalam rumah. Bermain computer atau mengerjakan hal lain. Tetapi computer masih sangat dominant. Aku harus mencari cara mengatasi kebosanan itu. Karena aku sudah memutuskan untuk menjadi penulis. Aku harus bisa menghasilkan sebuah buku. Sebuah buku. Untuk kali ini, buku parenting yang masih menjadi minatku. Aku harus menyelesaikannya. Tidak perlu sempurna. Minimal selesai dulu. Lalu kukirim ke penerbit kalamedina di DKT. Yang penting target utama adalah bukuku terbit. Ini bisa menjadi katalis yang sangat bagus untukku.

Ke depan. Aku mulai focus pada buku pelajaran dan latihan soal. Agar lain daripada yang lain , aku butuh kamera digital. Percobaan di rumah akan aku gunakan kedua anakku sebagai model.

Sudah. Hari ini bukan jamannya lagi aku menoleh kesana kemari. Menghitung untung rugi dan apa hal yang akan kutekuni. Aku adalah freelance writer. Cukup. Pasti dengan bertambahnya prosi latihanku, aku bisa mempunyai pendapatan sendiri kelak. Aku tidak akan terintimidasi dengan kesuksesan para pendahuluku. Juga beberapa hal yang sudah kuekspos. Ya aku malu. Tampak seperti banyak bicara. Tapi ini proses. Aku mengaku bersalah. Mengaku bimbang. Tetapi hari ini aku sudah yakin. Sudah pasti. Writing adalah duniaku.

Hari Baru

Tidak ada komentar
Hari baru. Sebenarnya setiap pagi sudah menjelang. Kita bisa menyebutnya hari baru. Ya kan.

Nah. Ini hari baru. HAri dimana aku tidak memulai hariku sama seperti kemarin. Biasanya, setelah menyiapkan sarapan pagi ala kadarnya, aku hanya duduk-duduk saja. Menemani atau menunggu suami dan anak-anak yang sedang sarapan.

NAh, aku bosan. Juga hal itu biasanya malah membuatku semakin malas. Lalu, aku beranjak untuk membereskan mainan Aji yang tergeletak di meja. Lalu merembet ke teras. Ada sedikit kliping dari koran bekas. Tukang rombeng sudah mengintai dan berteriak keras-keras ketika aku menggunting kliping. Lumayan nanti dirombengkan bisa dapat 5000 an.

Aktivitas baru ini cukup menyegarkan. Sedikit ruang lebih bersih.

Small step accomplished :D

Mi-shil ; Inspire Me

Tidak ada komentar


Ada kata-kata mujarabnya yang masih terngiang sampai sekarang.
JIKA AKU GAGAL. AKU AKAN MEMULAI LAGI SEGALANYA DARI AWAL.

MIRACLE OF LOVE

Tidak ada komentar
Eko Pratomo Suyatno, siapa yang tidak kenal lelaki bersahaja ini? Namanya sering muncul di koran, televisi, di buku-buku investasi dan keuangan. Dialah salah seorang dibalik kemajuan industri reksadana di Indonesia dan juga seorang pemimpin dari sebuah perusahaan investasi reksadana besar di negeri ini.

Dalam posisinya seperti sekarang ini, boleh jadi kita beranggapan bahwa pria ini pasti super sibuk dengan segudang jadwal padat. Tapi dalam note ini saya tidak akan menyoroti kesuksesan beliau sebagai eksekutif. Karena ada sisi kesehariannya yang luar biasa!!!!

Usianya sudah tidak terbilang muda lagi, 60 tahun. Orang bilang sudah senja bahkan sudah mendekati malam, tapi Pak Suyatno masih bersemangat merawat istrinya yang sedang sakit. Mereka menikah sudah lebih 32 tahun. Dikaruniai 4 orang anak.

Dari isinilah awal cobaan itu menerpa, saat istrinya melahirkan anak yang ke empat. tiba-tiba kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan. Hal itu terjadi selama 2 tahun, menginjak tahun ke tiga seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang, lidahnyapun sudah tidak bisa digerakkan lagi.


Setiap hari sebelum berangkat kerja Pak Suyatno sendirian memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi dan mengangkat istrinya ke tempat tidur. Dia letakkan istrinya di depan TV agar istrinya tidak merasa kesepian. Walau istrinya sudah tidak dapat bicara tapi selalu terlihat senyum. Untunglah tempat berkantor Pak Suyatno tidak terlalu jauh dari kediamannya, sehingga siang hari dapat pulang untuk menyuapi istrinya makan siang.

Sorenya adalah jadwal memandikan istrinya, mengganti pakaian dan selepas maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan apa saja yg dia alami seharian. Walaupun istrinya hanya bisa menanggapi lewat tatapan matanya, namun begitu bagi Pak Suyatno sudah cukup menyenangkan. Bahkan terkadang diselingi dengan menggoda istrinya setiap berangkat tidur. Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno lebih kurang 25 tahun. Dengan penuh kesabaran dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke 4 buah hati mereka. Sekarang anak- anak mereka sudah dewasa, tinggal si bungsu yg masih kuliah.

Pada suatu hari…saat seluruh anaknya berkumpul di rumah menjenguk ibunya-- karena setelah anak-anak mereka menikah dan tinggal bersama keluarga masing-masing-- Pak Suyatno memutuskan dirinyalah yang merawat ibu mereka karena yang dia inginkan hanya satu 'agar semua anaknya dapat berhasil'.

Dengan kalimat yang cukup hati-hati, anak yang sulung berkata:

“Pak kami ingin sekali merawat ibu, semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak……bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu." Sambil air mata si sulung berlinang.

"Sudah keempat kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengijinkannya, kapan bapak menikmati masa tua bapak, dengan berkorban seperti ini, kami sudah tidak tega melihat bapak, kami janji akan merawat ibu sebaik-baik secara bergantian”. Si Sulung melanjutkan permohonannya.

”Anak-anakku...Jikalau perkawinan dan hidup di dunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak akan menikah lagi, tapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian di sampingku itu sudah lebih dari cukup,dia telah melahirkan kalian….*sejenak kerongkongannya tersekat*… kalian yang selalu kurindukan hadir di dunia ini dengan penuh cinta yang tidak satupun dapat dihargai dengan apapun. Coba kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaanya seperti ini ?? Kalian menginginkan bapak bahagia, apakah bathin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaanya seperti sekarang, kalian menginginkan bapak yang masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain, bagaimana dengan ibumu yang masih sakit." Pak Suyatno menjawab hal yang sama sekali tidak diduga anak-anaknya

Sejenak meledaklah tangis anak-anak Pak Suyatno, merekapun melihat butiran-butiran kecil jatuh di pelupuk mata Ibu Suyatno..dengan pilu ditatapnya mata suami yang sangat dicintainya itu……

Sampailah akhirnya Pak Suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV swasta untuk menjadi nara sumber dan merekapun mengajukan pertanyaan kepada Pak Suyatno kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat Istrinya yg sudah tidak bisa apa-apa....disaat itulah meledak tangisnya dengan tamu yang hadir di studio kebanyakan kaum perempuanpun tidak sanggup menahan haru.

Disitulah Pak Suyatno bercerita : “Jika manusia di dunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinannya, tetapi tidak mau memberi waktu, tenaga, pikiran, perhatian itu adalah kesia-siaan. Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya, dan sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya, mencintai saya dengan hati dan bathinnya bukan dengan mata, dan dia memberi saya 4 anak yang lucu-lucu..Sekarang saat dia sakit karena berkorban untuk cinta kami bersama… dan itu merupakan ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya. Sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya apalagi dia sakit...” Sambil menangis

" Setiap malam saya bersujud dan menangis dan saya hanya dapat bercerita kepada Allah di atas sajadah..dan saya yakin hanya kepada Allah saya percaya untuk menyimpan dan mendengar rahasia saya..."BAHWA CINTA SAYA KEPADA ISTRI, SAYA SERAHKAN SEPENUHNYA KEPADA ALLAH".

Dear my friends, that's a true story from someone who taught me about the importance of investment three years ago. I wish i could be someone like him...to give all the attention to my family...i believe family is the most precious thing...more than money or gold.


__._,_.___

Amarah

Tidak ada komentar
Aku baru kembali dari rumahnya.

Berderu dengan degup hatiku yang masih saja memunculkan sedikit amarah.

Siapa yang rela menyaksikan ibunya sekali lagi. Lagi-lagi disusahkan??

Huh. Seberat apa nafas harus kuhembuskan. Memuakkan sekali perilaku mereka itu. Satu per satu mulai menunjukkan wajah aslinya. Satu demi satu membuang kemungkinan terbaik sebagaimana sifat mereka akan berubah.

Duh. dikau. Yang tega saja membuat kepala ibuku terbebani lagi dan lagi. Dan entah kapan bisa berhenti. Duh...aduuh...sudah tak bisa lagi aku berpikir jernih. Amarah ini masih datang lagi dan lagi.

Zero Mind (Riset Parenting step 1)

Tidak ada komentar
Spektakuler. Hari ini aku mencoba teknik parenting baru. Aku namakan wait and see. Begini, ini karena aku membaca note dari mbak Yanti dif b. pelaku HE yang anaknya jago math. Dari note itu dipaparkan kesabaran guru sekolah alam dalam membimbing anak didiknya. Menggunakan pendekatan hati. Yang membuatku tersentuh adalah. Dari cerita guru itu. Bahwa murid baru dari sekolah biasa, kebanyakan mengalami tekanan batin yang luar biasa karena tuntutan penguasaan kognitif siswa. Jadi ketika mereka baru saja masuk ke sekolah alam yang luas sekali itu mereka girang bukan kepalang. Guru itu membiarkan saja murid tersebut melampiaskan emosinya untuk bias mencapai keadaan nol. Apakah ini termasuk keadaan zero mind? Ah aku perlu mencari literature tentang hal ini.

Aku tersadar (banget), sedikit banyak telah terlibat dalam tekanan batin yang mungkin dialami oleh anakku Aldo, terutama. Karena sudah masuk usia sekolah dan sudah kelas 2 SD. Sedangkan Aji, aku masih sulit menilainya

Hari ini aku biarkan Aldo sesuka hatinya. Aku tidak menegur. Aku tidak menyuruh. Aku tidak marah. Sejak pulang sekolah dia meminta ijin untuk bermain game computer. Kubiarkan sampai kira-kira 5 jam. Sejak jam 12 siang sampai hamper setengah enam sore. Aku tidak menawarinya makan. Atau menyuapinya tanpa dia minta. Aku ingin dia merasakan sendiri lapar. Lalu mengambil makanan sendiri. Aku biarkan saja. Aku hanya mondar-mandir untuk mengeceknya. Dan selama hamper 5 jam itu dia berada di depan monitor computer nonstop. Aku pun tidak mengkhawatirkan kesehatan matanya. Aku tidak berteriak memperingatkannya. Pendek kata aku hanya diam.

Biasanya aku diam dengan marah. Tapi kali ini tidak. Aku diam dengan penuh rasa ingin tahu. Kebetulan kemudian Aji tidur berjam-jam. Aku mandi sore dan sholat ashar masih dalam diam. Aldo beberapa kali melirikku. Tapi aku berpura-pura tidak melihatnya. Tepat ketika sudah selesai, dia meneliti air mukaku. Dan bertanya, “ apa ma?” aku hanya mengangkat kedua pundakku. Dan meneruskan menonton tv. Dia pun ikut duduk. Hanya dengan kaos singlet dan celana dalam. Wajahnya kusut sekali. Matanya sangat lelah. Aku diam saja tidak menyuruhnya mandi. Aku sebenarnya menunggu pertanyaannya ketika lapar. Dan meminta makan. Tapi dia diam saja. Aku pun diam saja

Setelah sholat maghrib, bapaknya datang. Aldo segera meminta makan pada bapaknya. Aku pun sengaja tidak mengatakan rencana penelitian psikologis ini kepada suamiku. Karena aku ingin tahu reaksi alamiah diantara keduanya. Bapaknya pun segera memberinya makanan. Dan Aldo menyantapnya segera. Pasti dia sangat lapar. Aku pun segera ke dapur memasak nasi goring untuk makan malam. Mendadak lampu mati disertai hujan sangat deras.

Kami berkumpul di ruang tengah. Aldo berusaha membuatku berkomentar dalam cerita-ceritanya. Aku menanggapinya dengan ringan. Hanya karena cenderung diam, semua jadi heran. Terutama suamiku. Biasanya aku cerewet melarang ini itu. Aku ingin stop untuk hari ini. Dan hasilnya hatiku menjadi lebih ringan. Aku akan mengubah caraku jika ini kontra produktif. Terlalu banyak aturan, terlalu ketat, terlalu tegang. Anak 7 tahun yang enggan sholat, apa kelak jadi durhaka? Tentu tidak. Masih panjang perjalanannya.
Yang membuatku terharu. Ketika aku mengambil wudhu untuk sholat maghrib, Aji sedang merengek karena sakit gigi setelah minum susu. Aku sodorkan saja air putih untuknya berkumur. Lalu Aji tiba-tiba bergegas masuk kamar mandi. Menyiram kakinya dan mengelap mukanya dengan air. Dan mengeringkannya dengan handuk. Eh ternyata dia ikut sholat magrib denganku. Aku terharu sekaligus sedih. Aku bahagia jika Aji mempunyai sense of religy yang baik. Dan aku sedih dengan tidak adanya reaksi Aldo. Hm…riset ini masih harus diperpanjang lagi sampai aku sendiri tahu apa yang harus kulakukan.

Donat kampring

2 komentar
Selain ngaji, ikutan Yasinan rutin di perumahan ada gunanya. Salah satunya dapat resep kue. Sudah berapa kali saya bikin donat hanya bermodal perasaan. Soalnya males dikit2 nimbang bahan kue. Nah dapet juga resep guampang pol. Sudah kupraktekkan kemarin. Dan langsung tandas. Rasane lebih manusiawi daripada biasanya. hehe...

Donat Kampring *

bahan :
1/4 kg tepung terigu [apa aja, sgtg biru/cakra, oke]
1/2 sdm ragi instan
2 sdm gula halus
4 sdm mentega
2 kuning telur
1/2 gelas air hangat
cara membuat :
1. buat adonan ragi dulu; caranya : campurkan sedikit gula pasir pada 1/2 gelas air hangat, aduk lalu tambahkan ragi, aduk sedikit dan biarkan sampai ngembang.
2. campur dulu mentega + gula halus + kuning telur, aduk pakai sendok sampai nyampur
tips : kalo nggak punya gula halus, blender aja gula pasir 4 sdm pake blenderan biji2an, bagus kok
hasilnya. ini jg dpt tips dari peserta pengajian yg lain
3. masukkan terigu dan adonan ragi sedikit demi sedikit, sampai kalis. kalisnya itu rada lembek gimanaa gitu. lalu banting2 sebentar sampai nggak lengket, dan jadi adonan donat lah.
4. biarkan sejam, sampai ngembang, lalu kempeskan, cetak, biarkan lagi bbrp menit, kemudian goreng.
5. nah pas nggoreng nih, kemarin saya coba, masukin donatnya satu saja, lalu digoyang2 dalam minyak, eh malah lebih gede jadinya. daripada dicemplungin banyak dan dibiarkan seperti nggoreng tempe.
6. jika menggunakan gula icing, langsung campur ketika panas. caranya, masukkan gula icing secukupnya di wadah bertutup, masukkan 2-3 donat, tutup wadahnya dan kocok2/aduk2, kemudian keluarkan. ini lebih irit gula daripada menggulirkan donat di atas gula dalam nampan.

begitu, silahkan mencoba.
[plesetan dari donat kampung :D]

Damar Wulan (cerbung)

Tidak ada komentar
Adapun suara kembali terdengar. Menderu-deru seperti gemuruh. Menyesakkan dada dan pikiran. Membangkitkan kembali kenangan yang telah padam. Memanggil kembali rasa pahit yang sudah berusaha untuk dimaniskan. Ah, begitu ingin disampaikannya semua ini dengan bahasa yang sederhana. Sesederhana air menghilangkan kotoran dari wajahnya.

“Ibu ingin pergi,” disampaikannya lagi hal itu dengan hati-hati. Tidak ada jawaban. Damar dan Wulan hanya duduk diam menatapnya. Dengan air mata yang mengalir tak henti-henti dari keduanya. Kunti menahan sesak di dadanya. Ini tidak mudah. Tapi harus kukatakan sekarang. Atau semuanya akan semakin kacau dan menyakitkan.

“Ibu pasti pergi. Dan kalian boleh ikut.” Kalimat Kunti yang kedua memaksa Damar menjawabnya. “Bapak?” jawabannya berubah menjadi satu kata tanya saja. Kunti tersenyum. Lalu menggeleng. Lalu mendekati kedua anak kembarnya itu. Dan mengelus kepala mereka berdua. “Sudah bertahun-tahun bapak kalian meninggalkan kita,” ujarnya pelan. “Ibu sudah tidak tahu lagi, bapak kalian ada dimana sekarang ini. Ibu sudah lelah menunggu.”

“Siapa tahu bapak pulang bu?” akhirnya Wulan bersuara. Jepit mawar di rambutnya jatuh perlahan. Menghapus sedikit jejak air mata di pipinya. Wulan mengambilnya. Menggenggam erat hadiah terakhir dari bapak.

Kunti menarik nafas panjang dan menghembuskannya kuat-kuat. “Mungkin juga. Bapak kalian akan kembali.” Dia merapikan kedua tas besar berisi barang-barangnya. “Mungkin juga tidak. Haruskah kita masih menunggu?”

“Tapi bapak masih ada bu. Masih ingat pada kita. Lihat ini. Rekening tabunganku. Sampai sekarang masih ada kiriman uang dari bapak. Bapak masih ada, bu. Aku memimpikannya.” Wulan menjawab dengan linangan air mata yang semakin menderas. Di pangkuannya terdapat buku tabungan berwarna biru tua. Kunti menatap Damar, meminta dukungan. Damar mengangguk, sembari menunjukkan buku tabungan yang sama.

“Damar, Wulan, ini bukan kali pertamanya ibu membicarakan hal ini. Dan bukan sebentar ibu menunda untuk menuruti kemauan kalian. Menunggu bapakmu pulang. Anggap saja bapakmu sudah tidak ada!” Kunti tidak mampu lagi menahan emosinya. “Sekali lagi ibu katakan. Besok siang. Ibu pergi. Ibu sudah mengatur semuanya. Terserah kalian ingin tetap disini atau ikut bersama ibu. Semua yang tersedia di istana megah ini memang hak kalian. Dan kalian bebas menggunakannya. Ibu tak lagi punya hak apapun di rumah ini. Satu-satunya hak yang ibu punya adalah pergi. Mungkin itu kewajiban ibu sekarang.” Kunti mendengus kesal. Dan meninggalkan kedua anaknya, lalu masuk ke dalam kamar.

Tepat ketika bayangan benda paling pendek, Kunti berangkat pergi. Menuju kota kecil yang dipilihnya dengan hati. Kedua anaknya bersikeras bertahan. Kunti hampir tidak percaya betapa keras kepala sifat kedua anaknya itu. Sekeras kepala sifatnya juga. Atau mungkin mereka takut jatuh miskin jika pergi bersamaku, pikir Kunti lain. Dasar anak-anak manja, geramnya. Dan berlalulah Kunti untuk selamanya. Meninggalkan pondok super mewah yang telah dibangun oleh suami tercintanya, Cipto. Suami yang sekaligus menghilang dengan ajaib selama hampir lima tahun. Kunti memacu laju mobilnya dengan kencang. Toh mobil ini kelak akan kukembalikan, teriaknya dalam hati. Air matanya mengalir bak hujan deras. Hatinya paling remuk redam. Jauh lebih sakit ditolak kedua anaknya daripada pengusiran secara halus yang dilakukan secara intensif oleh keluarga mertuanya.

Di kota kecil itu, di tempatnya yang baru, Kunti menyambung hidup dengan membuka toko roti. Bisnis apa yang bermodal sedikit dan bisa berputar menghasilkan uang, kalau bukan bisnis makanan. Membuka warung makan, membutuhkan modal dan tenaga serta alat yang lebih banyak. Kunti memilih membuka toko roti. Roti kering dan roti panggang sejenis roti tawar dan roti manis. Kunti Bakery, papan nama dari ukiran kayu menggantung di pilar pagar rumah peninggalan orang tuanya itu.

Gambarnya Aldo dan Aji di Paint Computer

Tidak ada komentar




Beberapa hari ini, Aldo dan Aji punya kegemaran baru. Yaitu menonton serial Upin dan Ipin, juga menggambar di komputer dengan program Paint. Inilah sebagian hasilnya, yang tidak dihapus oleh Aji sendiri dan berhasil saya save dengan selamat.

AKRABNYA ANAK-ANAK

Tidak ada komentar
Pagi tadi Aji menjerit sedih ketika kakaknya Aldo dan bapaknya berangkat.

"Mas Aldoooo....."

tumben-tumbenan. Biasanya dia berteriak, "Bapaaakkkk,,,,"

Sebuah perkembangan yang bagus sekali. Biarpun aku harus duduk sebentar menemaninya menangis. Heheh...tidak berusaha mendiamkannya. Toh tidak ada salahnya menangis kan. Aku senang, anak-anakku semakin akrab.

Bisa kubayangkan ringan hatinya di masa depan, jika keluarganya sendiri adalah teman baiknya. Insya Allah mereka bakal bahagia dan tangguh. Amin.

Jeruk Manis Sebesar Kelereng

Tidak ada komentar
MAklumilah gertakan sambal dari seorang ibu yang sedang kelelahan.
Dan jangan ditertawakan, ketika dia kemudian menitikkan air mata penyesalan.
KEtika sang buah hati malah tertawa-tawa menggoda. Dan sama sekali lupa dengan kesalahan yang mereka buat.

Manis
Semanis Jeruk
Siapa yang tidak suka jeruk manis
Tapi
Kalau jeruknya sebesar kelereng?

Mungkin begitulah kemanisan menjadi seorang ibu rumah tangga total. Super mom, yang super ruwetnya. Bahkan untuk merebahkan diri barang lima belas menit saja, tak terijinkan oleh sang putra yang sudah bangun dari tidur siangnya.

Iya, mereka mengecup dan tertawa semanis jeruk. Tapi ibu sedang ingin tidur. Sebentar saja. Ibu capek sekali dari tadi bekerja seharian membereskan rumah, pakaian dan memasak. Tolong.....

Sang ibu merintih. Kelelahan.
Sang putra masih tertawa dan melonjak-lonjak di atas tempat tidurnya.
sebentar kemudian, si kakak menerjang pintu dengan kakinya yang terlatih.
Cukup sudah. Istirahat tidak ada dalam kamusku hari ini.

Sang ibu pun bangkit dengan kepala yang berdenyut. MEmaksakan diri menyelesaikan lagi pekerjaan rumahnya yang tak pernah habis itu.

Manis.
Memang semanis jeruk manis.
Tapi kalau besarnya sebesar kelereng??

Menuju Online Mom

Tidak ada komentar
Demi menghemat pengeluaran, saya merebus air PDAM untuk air minum. Saya biarkan mendidih sampai sepuluh menit baru saya angkat. Untuk memastikan bahwa kuman sudah mati. Hampir tiga hari saya sekeluarga mengkonsumsinya. Ternyata semua mengeluh sakit perut. Saya juga merasa tidak enak. Semula saya menyangkal kepada suami yang mengira ini karena air yang kami minum. Saya penasaran juga, karena rasa sakit perutnya tidak enak.
Lalu saya nyalakan computer dan internet. Membuka google dan mengetikkan air PDAM Surabaya minum direbus sakit perut. Memang kata kuncinya panjang. Tetapi google mampu mencernanya dengan baik. Dan muncullah beberapa artikel yang menyebutkan bahwa di musim kemarau, kualitas air PDAM Surabaya kurang baik untuk dikonsumsi. Juga muncullah artikel di blog orang yang mengalami hal yang sama. Saya pun segera menghentikan aksi minum air PDAM. Lalu segera menelpon took penjual air gallon resmi dan sehat. Benar juga. Hari itu juga, perut saya kembali enak. Dan anak saya tidak buang air besar berkali-kali. Suami saya tertawa ketika saya lebih percaya google daripada analisanya kemarin.

Itu adalah salah satu dari manfaat internet bagi keluarga kami. Syukurlah. Dengan adanya kebijakan dari menkominfo kemarin, pak M. Nuh, harga internet tidak lagi melangit. Adanya gadget modem HP murah, juga sangat membantu akses internet di rumah. Sehingga sebagai ibu rumah tangga saya bisa mengakses internet kapan saja. Tidak perlu keluar rumah menuju warnet.

Internet seperti perpustakaan besar dan lengkap. Apa saja yang terbesit di hati. rasa ingin tahu bisa segera terobati dengan satu kali klik. Dalam hal kesehatan, pendidikan, parenting, religi sampai seni dan lain sebagainya. Semua informasi tersedia. Yang lebih membahagiakan lagi adalah sarana berkomunikasi yang cepat, menarik dan relative lebih murah. Salah satu teknologi canggih yang bias menyambungkan lagi tali silaturahmi saya kepada teman lama adalah facebook. Belasan tahun berpisah, bisa bertemu dengan tiba-tiba. Saling membagikan foto keluarga, anak-anak yang lucu, serta berbagi kabar. Hal ini sangat menyenangkan. Mengingat sebagai ibu rumah tangga – profesi hebat yang saya pilih ini. Akses untuk bertemu, ngobrol dengan kawan lama tentu terbatas. Apalagi sebagian teman sekolah dan kuliah saya ada di luar kota.

Selain teman lama, saya juga mendapatkan teman baru dari jenis jejaring social yang satu ini. Yang sangat bermanfaat kemudian adalah dari teman baru itu saya mendapatkan informasi situs pendidikan dan parenting yang bagus. Dan bisa dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari dengan mudahnya. Situs yang sering saya buka adalah www.starfall.com dan www.peepandthebigwideworld yaitu situs belajar bahasa inggris untuk anak balita. www.english-4kids.com yang menyediakan banyak worksheet gratis untuk anak SD saya. www.eramuslim.com yang menjawab berbagai persoalan islam. http://aspirasi.wordpress.com yaitu situs asosiasi pelaku pendidikan rumah atau homeschooling yang sangat banyak link bagus. Dan membantu saya dalam ilmu parenting juga pendidikan anak-anak. http://tobucil.blogspot.com adalah blog yang isinya kreatif dan menarik. Dibuat oleh toko buku di Bandung. http://feltorama.blogspot.com berisi aneka link blog kreasi flannel. Satu hobi yang baru saja saya tekuni akhir-akhir ini.

Bicara tentang blog. Satu alat ini menjadi wadah untuk kegemaran saya menulis. Blog pertama saya adalah http://duniamipa.blogspot.com. Dan http://heniprasetyorini.blogspot.com. Cara membuat blog gratis pun saya peroleh dari hasil googling. Dari pillihan yang tersedia, blogger, multiply, wordpress dan lainnya. Blogger lah yang paling mudah diakses dari computer rumah saya. Anak saya yang kelas dua SD pun saya buatkan blog sendiri. Yaitu http://maldoizzulhaq.blogspot.com untuk mengenalkannya pada dunia digital sebagai tempat menyimpan hasil karyanya. Anak saya sangat tertarik. Terutama ketika ada blog yang menyedeiakan template gratis yang beraneka modelnya.

Satu keuntungan lagi yang sangat besar dari internet di rumah adalah game online. Free Flash game online yang mudah dicari dari google, menjadi pengganti PS. PS atau play station kemarin sempat menjadi momok yang menghantui anak saya. Munculnya rental PS di dekat rumah, membuat saya kucing-kucingan dengan anak saya hamper setiap hari. Yang membuat resah adalah jenis game di rental atau di rumah temannya yang tidak tepat untuk anak-anak. Selain kejam juga terselip pornografi. Berbagai cara saya lakukan untuk meyakinkan anak saya akan minimnya manfaat PS dan besarnya bahayanya. Dari google saya mencari data pendukung. Lalu saya cetak dan tunjukkan kepada anak saya. Akan bahayanya efek sinar biru jika terlalu banyak memandang televise ketika main PS, bahaya epilepsy atau keretakan tulang jempol tangan, dan sebagainya. Lambat laun anak saya mulai mengerti. Game online menjadi pengganti yang lebih menarik. Dan tersedia banyak macam. Karena anak saya tipe pembosan dan mudah menamatkan game. Daripada PS yang gamenya itu-itu saja, game online lebih bagus. Saya juga bisa mengontrol game apa yang dipilih. Tidak boleh kejam atau yang berpakaian memalukan. Akhirnya anak saya tidak hanya suka main game. Dia merambah ke googling. Gambar ikan cupang hias, menjadi hiburan. Stimulasi saya berhasil. Kemudian saya mendapatkan situs www.duniabelajar.com disini anak saya sangat suka bisa mengerjakan soal latihan secara online. Akhirnya konsep pemanfaat teknologi yang positif bisa tertanam dalam diri anak saya.

Internet sudah menjadi kebutuhan primer bagi keluarga kami. Menjadi rujukan, tempat mencari jawaban dan informasi dengan cepat dan tepat. Tanpa mengurangi waktu dan kehadiran saya sebagai ibu di rumah. Setiap hari ketika prioritas pekerjaan rumah sudah diselesaikan, saya selalu membuka internet. Sekedar bertegur sapa dengan teman-teman lewat facebook. Mengisi blog dengan entry baru. Dan mendownload free worksheet buat anak. Ke depan, saya ingin memanfaatkan internet untuk menambah penghasilan. Selain toko online, menjadi penulis dan penerbit e-book juga menarik untuk ditekuni. Sehingga penggunaan internet di rumah bisa menambah produktifitas dalam keluarga kami.

BIKIN WARNET DI LONDON

Tidak ada komentar


Ada tugas menghafalkan do’a sesudah wudhu untuk hari Senin depan. Sekarang baru hari Rabu. Sejak kemarin malam, Aldo berusaha keras menghafalkannya. Dan, subhanallah, dengan gaya konsentrasinya yang membuat kami menahan geli, sekitar setengah jam kemudian dia bisa hafal. Dan berikut percakapanku ketika kami sudah bertoast untuk keberhasilan menghafal ini :
Aldo : “Ma, aku matematikanya 100 sama bahasa Inggrisnya lho 100”
Mama : “Bisa ke London nih.”
Aldo : “kalau fiqih 100 sama matematika 100?”
Mama : “bisa ke Mekah”
Aldo : “Kalau matematika 100, fiqih 100, bahasa Indonesia 100, sains 100..?”
Mama : “Mmmm…bisa kemana-mana terserah kamu.”
Aldo : [tersenyum]
Mama : “Apalagi bisa ke surga. Kan mencari ilmu itu kata Allah [SWT] sama dengan meniti jalan ke surga. Makanya sekolah itu nggak boleh males, nggak boleh bolos. Soalnya jadi jalan masuk surga.”
Aldo : “Iya. Temenku itu lho, kesiangan aja lho mbolos Ma. Kadang kalau sekolah dia ngantuukk..”

Setelah percakapan ini, esoknya, tanpa perlu dibangunkan paksa seperti biasanya, Aldo sudah bangun pagi. Mandi, sarapan, tanpa BIMOLI lagi [bibir monyong lima senti]. ketika aku handuki, dia memelukku dan membisikkan, ‘ma..kita lihat ya ??”. “Lihat apa ?” rasanya aku lupa sesuatu. “Matematika itu lho..”. “Oh ya,” padahal aku masih lupa, ada apa dengan matematika. Baru ngeh beberapa saat kemudian, oh ya, kemarin Aldo cerita soal matematikanya bisa semua. Menentukan lebih kurang/lebih banyak untuk angka 100-500. mungkin itu maksudnya. Kan nanti buku tulis matematikanya dikembalikan gurunya setelah dinilai.

Ketika kupakaikan baju seragamnya, dia mengulang lagi hafalan do’a sesudah wudu. Dan 98% hafal. Dia bangga. Dan memintaku mengantarkan sekolah duluan, biasanya dengan bapaknya. “ayo Ma, bapak lama.”. kami berangkat bertiga. Aji nggak mungkin mau ditinggal sama orang yang sudah mengeluarkan sepeda motor. Kami mampir ke emperan SD di belakang rumah. Membeli dua bungkus nasi kuning @1000-an. Sebungkus kumasukkan tas plastic bekalnya Aldo, yang sudah berisi sebotol Tupperware isi teh manis hangat. Aku tidak punya telur untuk lauk instant bekalnya Aldo. Tadi masak tumis bunga kol dan tempe goreing. Nggak enak kalau dijadikan bekal.

Ketika sampai di gerbang sekolah, aku berkata, “Sebentar mas, karetnya nasi mama rapetin dulu biar nggak mbrodol. Mama juga belum ngasih uang saku.”
Lalu Aldo bilang, “nggak usah ma. Nggak usah bawa uang.”
“Bener nih?” aku rada nggak tega juga. Kali aja bisa beli es kalau dia haus banget.
Tetapi Aldo menggeleng. Dan berlalu meninggalkanku. Memaksa memberinya uang saku, malah bisa meruntuhkan kepercayaan dirinya. Aku pun menurutinya.

Aji memanggil manja. “Mas, adik mau dadaaah nih.” Aldo berbalik dan melambaikan tangan. Kulanjutkan dengan gerakan cium jauh sambil tersenyum lebar. Aku ingat percakapan kami kemarin. Setelah keluar dari warnet yang penuh asap rokok dan umpatan. Dia mengatakan, “ ma, nanti kalau aku ke London, semua ikut ya. Kita berempat. Nanti kita buka warnet. Tapi harus bersih. Nggak boleh ada yang misuh [ngumpat] atau yang merokok.”

Lalu di rumah, dilanjutkannya lagi, “ma, kita harus nabung. Biar bisa bikin warnet di London. Ya.”

Aha, mungkin itulah mengapa dia tadi tidak mau menerima uang saku. Supaya kami bisa menabung. Biar bisa buka warnet di London. Aku tersenyum simpul. Mungkin bukan warnet yang bisa kita buka di London, anakku. Bisa jadi perusahaan saingannya Microsoft atau Google. Siapa yang tahu kehebatanmu anakku.

Ah, kawan. Hati ini menjadi begitu ringan. Anak bicara begitu. Dan kita menganggapnya serius dan benar. Kemudian merangkainya menjadi do’a. mereka bisa hebat di jaman mereka sendiri. Saya Cuma menyediakan diri menjadi teman bicaranya. Dan menemaninya belajar. Serta memotivasinya untuk mencoba lagi jika ada yang sulit untuk dikerjakan. Dan anak-anak pun bisa menemukan keinginannya sendiri. Itulah yang selama ini menjadi tujuanku. Mereka tahu apa yang ingin dilakukan. Dan itu bisa menjadi mesin semangat yang terus menerus menyala dan semakin bertambah waktu bertambahlah energinya.

Kita tinggal mendorongnya lagi dalam bentuk do’a. semoga setiap usaha membesarkan anak-anak ini, dinilai sebagai ibadah. Dan bisa mendatangkan ridho-Nya pada keluarga kami. Sakinah di dunia, chusnul khotimah dan bertemu Allah SWT dan para Rasul-Nya di akherat kelak. Amin.

Saya bukan ibu yang sempurna. Atau ibu yang hebat. Saya masih marah besar, berteriak dan menarik tangannya dengan paksa ketika mereka melawan. Tetapi setelah itu saya meminta maaf, menjelaskan kemarahan saya sambil memeluk atau mengelus kepala mereka. Setulus-tulusnya. Seterbuka mungkin. Anak pun memaafkan. Anak-anak memang jauh lebih pemaaf daripada orang dewasa.

Saya juga bukan teladan yang 100% bisa ditiru. Namun saya katakan terus terang, contohnya“bahwa mama pun sholatnya masih nggak khusyu’. Masih mikir ini itu. Mikir kerjaan rumah. Tapi sholat itu nomer satu. Kita belajar sama-sama. Ya.” Kejujuran itu membuatku lebih ringan menjadi orang tua. Tidak berada di atas kepala anak. Namun berdiri sejajar dan berjalan beriringan, bersama-sama.

BERLIAN MERAH DAN SI KUDA LIAR

Tidak ada komentar
Pulang tarawih, ngaso sambil nonton TV. Kebetulan mencet channel TVRI Nasional. Ada film berlatar masyarakat pedalaman Indonesia di Sumba. Berlian Merah ternyata diperankan oleh Nurul Arifin. Semula kupikir ini film dokumenter. Karena menyajikan beberapa macam upacara adat. Ternyata ada alur cerita fiksinya.

Sebenarnya aku hanya sempat melihat separuh film saja. judulnya pun tidak tahu. Kutunggu di akhir acara, tidak muncul juga. Jadi judul yang kutulis ini rekaanku sendiri. Walaupun hanya setengah, film ini sangat menarik dan bermutu tinggi. Coba saja ditayangkan di bioskop Indonesia-nya Trans TV. Pasti bisa meningkatkan mutu stasiun itu di mataku.

Begini ceritanya,

ada anak lelaki kecil bernama Lewa. Di desa sedang ada upacara adat pensucian hewan, entah untuk apa. Beberapa kambing dan babi disembelih. Ngiris melihatnya. Karena leher kambing dipotong dengan santai pelan-pelan. Pisaunya tak terlalu tajam, sehingga leher kambing tidak terpotong dengan sekali tebas. Lalu babi besar sepertinya babi celeng, yang sudah diikat di sebatang kayu/bambu, ditusuk dibagian lehernya, dengan bambu runcing, dua kali.

Ketika para tetua menyelenggarkan upacara itu, Lewa diam-diam menarik sesuatu di gerobaknya dengan berkuda. Sesuatu itu dibungkus kain tenun adat Sumba. Di suatu tempat tersembunyi, di balik semak-semak, Lewa membuka penutup kain dari benda yang dibawanya itu. Dan tampak wajah seorang lelaki. Lelaki itu matanya tertutup, di mulutnya seperti mengigit semacam daun kering, telapak tangan menyangga kedua pipinya. Lewa kemudian memotret lelaki yang ternyata mayat itu, dengan kamera instan. Kemudian menutupnya kembali dan berkuda menuju tempat 'sekolah'. Di depan sekolah itu Lewa berteriak, "Bu Guru, ini wajah bapakku," sambil mengacungkan foto bapaknya yang baru saja dia ambil.

Sementara di desa gempar, seorang lelaki tua berlari keliling kampung sambil berteriak, "ada mayat hilang....ada mayat hilang". Tentu dengan bahasa adat Sumba. Berlarilah beberapa lelaki menyambut pemberitahuan itu. Dan dua orang lelaki menyerbu Lewa di depan sekolah. Lewa tak sempat berkelit. Dengan foto bapaknya yang masih di tangan, Lewa dilemparkan ke sungai, dari ketinggian kira-kira 3 meter. Selanjutnya dilakukan upacara minta maaf kepada jenazah. Beberapa lelaki tua berkumpul di dalam rumah. Lewa duduk di antara mereka, tepat di depan jenazah bapaknya yang terbungkus kain tenun. Beberapa mangkok sesaji dan dupa, ditambah dengan penyembelihan seekor ayam, yang sekali lagi dilakukan dengan perlahan-lahan, sampai darahnya mengucur di dalam mangkok itu. Mungkin darah itu yang digunakan sebagai tanda persembahan.

Lewa kecewa, keinginannya menunjukkan wajah asli bapaknya ditentang banyak orang. Dia pun menulis surat kepada bidadari. Untuk bertanya kenapa dia salah. Dan surat dalam amplop putih itu diserahkannya kepada petugas pos yang datang ke rumah bu Guru. Lewa menyerahkan beberapa ekor ikan kepada bu Guru, sebelum bertemu dengan pak Pos itu.

Selain cerita Lewa, ada seorang lelaki muda, adik ipar dari Berlian Merah. Yang marah besar ketika ada Kuda Liar, lelaki kaya yang ingin melamar Berlian Merah, ketika kakaknya dibunuhnya dulu. Berlian Merah marah kepada lelaki itu dan akhirnya dilanjutkan dengan adegan pernikahan Kuda Liar dan Berlian Merah. Sepasang pengantin duduk di atas kepala truk besar. Di belakangnya, berdirilah beberapa pengiring pengantin. Truk itu dan sebuah truk lainnya yang lebih kecil, melaju kencang menyusuri petak jalan. Kencang sekali, sampai-sampai aku berpikir, apa pengantinnya tidak takut jatuh kebawah ya.

Dan adik ipar si Berlian Merah itu akhirnya bersahabat dengan Lewa. Mereka mempunyai tempat spesial, yaitu bangkai pesawat besar. Lelaki itu berkata, "aku sekarang tidak punya rumah. Kuda Liar membunuh kakakku, lalu menikahi iparku. Sekarang dia tidak bisa mengejarku karena aku tinggal di awang-awang. Ayo Lewa kuajak kau terbang. Menemui bidadari yang sering kau bicarakan itu."

Lelaki muda ini akhirnya mati bunuh diri. Karena tidak bisa menahan amarah ketika Kuda Liar menuduh Lewa adalah anak yang berbahaya. Karena Lewa beberapa kali menyeberang ke kampung seberang sungai. Lalu memotret seorang gadis kecil yang bertelanjang dada, sambil bertanya,"kenapa kau tidak punya buah dada?". Mengakibatkan perang antar kampung yang merasa tersinggung oleh perbuatan Lewa itu. Perang itu menyebabkan beberapa orang tewas tertusuk tombak dan pedang, dan mayatnya dibiarkan di sungai bersama kuda-kuda milik mereka yang tewas.

Lewa nampaknya terobsesi dengan buah dada. Karena sempat dia dikejar seorang ibu yang sedang menyusui anaknya. "Kurang ajar kamu, berulang kali memotret susu ibu,". Mungkin karena Lewa juga ditinggal mati ibunya. Semula kukira Berlian Merah adalah ibunya Lewa. Karena dalam suatu waktu, Lewa tidur di ranjang kamar Berlian Merah, dan perempuan itu bersenandung lagu untuk meninabobokan anaknya. Sekali lagi Lewa bangun dari tidurnya dan memotret Berlian Merah tepat di bagian buah dadanya. Berlian Merah bangun dan kaget. Setelah melihat hasil foto Lewa, dia pun mengatakan," Kemarilah Lewa, kau ingin air susu ibu? kesinilah ciumlah mendekatlah tidak apa-apa."

Adegan ini fatal. Karena di malam harinya, ketika ada upacara injak padi [panen raya mungkin], Lewa menodongkan panah ke Kuda Liar. Dan pencegahan oleh Berlian Merah malah membuat anak panahnya meluncur terlepas dan menancap tepat di dada Kuda Liar. Terbunuhnya lelaki penjual ternak itu, menyebabkan Berlian Merah menghadapi persidangan. Foto buah dadanya yang sedang dicium Lewa membuatnya disangka bersekongkol untuk membunuh Kuda Liar. Namun dia berkelit, itu terjadi semata karena menganggap Lewa adalah anaknya sendiri. Dan dia sudah lama ingin punya anak. Sementara dia pernah hamil namun keguguran.

Saksi kedua adalah bu Guru. Yang menangis tak henti-henti. Mengingat perbuatan biadab Kuda Liar padanya dalam mobil metro miliknya di suatu malam. Ketika dia sedang mencari Lewa yang marah besar, setelah tahu bahwa bidadari yang membalas suratnya selama ini adalah bu Guru. Bu Guru sempat pergi meninggalkan sekolah dan berpamitan pada Lewa. Karena tak sanggup menanggung kepedihan hati. namun di persidangan itu dia dihadirkan juga. Dan perkataan jaksa yang diperankan oleh Jajang C. Noer, malah membuatnya menangis dan menutup mukanya dengan rambutnya yang panjang. Berlian Merah pun marah besar. "Kalian orang pintar hanya bisa berkata-kata, tidak bisa mengerti hati kami." Sidang gaduh.

Endingnya adalah, Berlian Merah dan Lewa di dalam satu kamar bertuliskan panti rehabilitasi. Mungkin mereka berdua dianggap sakit jiwa.

Latar, setting, originalitas adat yang ditampakkan, akting Nurul Arifin [muda], sungguh mempesona. Pasti film ini laris manis di luar negeri atau sudah memenangkan macam-macam festival. Namun hanya tayang di TVRI pada jam malam. Sayang sekali.

RENCANAKU (BY ALDO)

Tidak ada komentar
assalamualaikum waroh matullahi wa barokatuh. halo namaku Aldo. Aku berencana ke London jika sudah besar. Dan aku kalau sudah tahu kreasi negara London, terus aku akan pergi ke bandara. Naik pesawat terbang moderen alias pesawat jet. Pergi ke negara Singapura. Aku akan membuat warnet baru yang harganya murah meriah. HArga satu jam adalah lima ratus dan kalau dua jam adalah seribu. Kalau tidak ada yang tau control atau disebut juga mengendalikan games akan disiapkan buku tentang mengendalikan games. Games adalah permainan di komputer atau di laptop dan di ps1, ps2, ps3 dan psp dan juga nitendo.....

Tulisan ini belum selesai. Sebenarnya tugas dari bu Guru adalah, rencanaku liburan di hari raya. Ternyata Aldo salah mengerti, dia kira rencana masa depannya.

Yang menyenangkan, imajinasinya jalan walau masih seputar game. Memang sampai sekarang keinginannya adalah membuat game sendiri. Jadi dia ingin sekali belajar animasi. Dan satu lagi, konsep bahwa buku adalah sumber ilmu sudah masuk ke Aldo, dilihat dari tulisannya ....akan disiapkan "buku" tentang mengendalikan games..

Alhamdulillah.

Dan...ayo mama...semakin giat mendidik anak-anaknya....masih puanjaang nih PR-nya. GANBATTE KUDASAI

MAJU TERUS PANTANG MUNDUR

BELAJAR DARI PARA PENCARI TUHAN

Tidak ada komentar
'Yakin kalau ente diem aja ya nggak akan jalan. Biarpun kurang begitu yakin, lakukan saja, siapa tahu ada hasilnya." Satu kalimat dari pak Jalal, tokoh dalam sinetron Para Pencari Tuhan. Aku manggut-manggut senang mendengar kalimat itu. Nyamuk yang berseliweran kesana kemari tidak mengganggu lagi. Perut yang rada perih karena dipaksa makan dini hari, tak terasa. Sahur menjadi hidup dengan hadirnya sinetron yang humoris namun sarat makna.

Memang benar juga ya kata pak Jalal. Selama ini yang kebanyakan ilmu mikirnya lebih ruwet. Ketika membuat rencana, dipikirkan panjang x lebar x tinggi = isi dong. Diperhitungkan untung ruginya dengan cermat. Dan ketika pengorbanan waktu diakumulasikan dengan modal tersebut tidak sepadan. Berhenti melangkah, biasanya yang menjadi pilihan.

Lebih beruntung mereka yang 'bodoh'. Mengambil istilah bodoh yang digunakan oleh pak Mario Teguh. Menurut beliau, "orang bodoh berpikir resiko itu kecil. Maka mereka berusaha keras agar resiko itu benar-benar kecil.' Dan sebaliknya, orang pintar menghitung resiko terlalu detil. Sehingga mereka takut melangkah. Akibatnya banyak orang bodoh yang mempekerjakan orang pintar. Dan orang pintar bekerja keras untuk mendapatkan uang dari orang bodoh.'

Apakah orang bodoh itu yang bukan lulusan sarjana, saja? Apakah orang pintar itu sekedar dinilai dari berderetnya titelnya?. Pasti tidak bisa dinilai dengan sesederhana itu. Karena kenyataan di depan menunjukkan, titel tidak menjadi jaminan. Tetapi kerendahan ilmu pun tidak bisa menjamin keberhasilan. Yang bisa menjadi tolak ukur kemudian adalah, ilmu tidak diukur dari titel. Ilmu tidak harus tertulis dengan rapi dalam textbook yang tebal dan berbahasa asing. Ilmu dalam bentuk pengalaman, mungkin itu lebih mahal daripada biaya uang pangkal masuk universitas. Dan ilmu seperti itulah yang memerdekakan seseorang dalam mengambil keputusan.

Satu hal lagi, keberanian dibentuk dari keyakinan kepada Tuhan. Kepada Yang Maha Berkuasa sekaligus Maha Penyayang, Allah SWT. Jadi ketidakyakinan akal bisa disokong oleh keyakinan iman. Dan itu yang tersampaikan dengan renyah oleh kalimat pak Jalal dalam sinetron Para Pencari Tuhan.

Maka, berpikirlah sebentar lalu segeralah berbuat kawan. Dalam perjalanannya, mantapkanlah hatimu dengan peningkatan iman. Mari kita coba bersama. Dan kita bagi hasilnya kemudian. Ya.

KEREBRITIS (JUSLIFAR M. YUNUS)

Tidak ada komentar
Kere artinya miskin. Britis, kalau diplesetkan "Mrintis" artinya ya gatel-gatel. Tapi Kerebritis sepertinya plesetan dari Selebritis.

Buku ini, 'jaann..' lucu banget. Lucu, jika anda juga orang Jawa, terlebih orang Jawa yang gaya bahasanya kasaran. Bukan yang alusan, ngoko atau kromo inggil. Biasanya ini orang-orang Surabaya dan sekitarnya.

"Pancen raimu rai gedek", ini ungkapan terkenal di antara pergaulan wong Jowo kasaran. Terlebih di antara kaum kere, kamu miskin yang diangkat dalam cerita pendek-pendek di buku ini. Yang artinya "kamu memang tidak tahu malu alias tebal muka".

Banyak, jika mengistilahi lebih dari satu, kisah yang dipaparkan. Pencitraan para tokohnya benar-benar nyata. Dan mungkin sekali orang-orang miskin itu ada di alam nyata ini. Kadang kejujurannya mendeskripsikan, bisa membuat kita jijik dan menahan nafas. Tapi itulah realita. Mana ada profil kekerean dihiasi bunga-bunga yang harum atau ruang tamu yang tertata rapi lengkap dengan koleksi barang antiknya.

Pesan yang saya tangkap sejauh ini dari buku tersebut adalah, INGATLAH KAUM MISKIN. Yang entah apa sebabnya, tetap saja mereka terpaksa berada dalam posisi sebagai korban. Korban apa saja. Korban peradaban, ketidakadilan, kebohongan dll.

Jika kita sudah ingat mereka. Ingat kaum miskin. Minimal kita bersyukur pada rejeki kita sendiri hari ini. Lalu ada keinginan untuk membaginya dengan mereka. Dan dengan berbagai cara yang kita bisa, menjadi jalan perbaikan hidup mereka. Sehingga tidak terus menerus menjadi kere.

KISAH SEORANG NINA

Tidak ada komentar
Perjalanan lebaran. Beberapa cerita menarik kuperoleh. Yang paling membekas di hati dan pikiranku adalah, kisah seorang Nina.

Nina. Bukan gadis yang beruntung. Dilahirkan dalam lingkungan yang miskin dan papa di masa kecilnya. Ulah bapaknya yang kurang bertanggung jawab, menyeret dia dan keluarganya dalam kesulitan hidup. Akibatnya kemiskinan itu pun merebut kasih sayang dan perhatian dari saudaranya. Yang seharusnya dia terima. Dengan kata lain, dia bukan apa-apa, bukan siapa-siapa, jadi ketika bertandang ke rumah saudaranya pun, dia tak teracuhkan.

Namun Nina mempunyai kelebihan. Sejak kecil dia juara kelas. Jadi sekolahnya gratis bukan karena kemiskinannya, tapi beasiswa karena prestasinya. Sampai pada pendidikan tingginya di sekolah kesehatan di Surabaya. Nina rela menjadi pembantu rumah tangga di rumah dosennya untuk membayar SPP kuliah.

Sekarang Nina sendiri menjadi dosen di Kalimantan. Perekonomian keluarganya sangat jauh membaik. Dia pun legawa dan ringan tangan menyalurkan rejekinya untuk saudara dan keluarganya, bahkan kepada mereka yang pernah mencibir dan tidak mempedulikannya.

Sungguh pelajaran kebesaran jiwa dan kekuatan tekad.

HOME IS COOL

Tidak ada komentar
Homeschool = home .. is..cool.

Istilah ini bukan buatanku. Melainkan pemberian cuma-cuma dari mbak Jessica. Salah satu ibu pelaku HS [homeschooling] untuk anaknya di Indonesia. Dari mbak Jess ini, saya bisa berselancar menuju satu per satu bilik rumah pelaku HS. Menarik. Inspiratif. Membuat iri dan malu pada diri sendiri.

Mengapa hal ini sampai membuatku malu ?

Pertama. Ketika aku membiarkan anak-anakku, mencorat coret dinding, atau menggambari sekujur tubuhnya dengan pulpen, aku sudah mendapat tentangan yang keras dari sekitar. Bahkan saudaraku pun, mengkaitkan hal itu sebagai salah satu gangguan syetan. Yang ada ketika anakku masih dalam kandungan. Yaitu akibat aku tidak pandai berdo'a ketika sedang hamil.

Dinding rumahku tak pernah luput dari coretan. Alhasil tak mungkin bisa tampak cling dan bersih. Aku dan suami bersikeras bahwa ini benar. Untuk menyalurkan kreativitas anak sekaligus membangun kepercayaan dirinya. Jika setiap bangun tidur mereka bisa melihat hasil karya mereka, pasti ada senyum bangga di hatinya kan. Sehingga 'self esteem' bisa terpupuk dengan baik.

Tetapi, dari sebuah blog sharing homeschooling Indonesia, Daramaina.com, saya kebakaran [jenggot ? ah, saya tak berjenggot] alis. Alis berkerut melihat foto anak beliau sedang mengoleskan cat berwarna biru pada dinding jendela rumah. Lho kok, segitu permisifnya mereka pada perilaku kreatif anak-anak yang ujung-ujungnya bisa meningkatkan keringat ibu untuk membersihkannya.

Saya merasa masih kalah. Kalah besar. Apalagi setelah uraiannya dalam menjalankan pendidikan rumah untuk anaknya sejak batita. Wow, jempol saya langsung terangkat ke atas. Salut. Pol salutnya.

Saya bukan phobia sekolah. Maupun penjunjung tinggi homeschooling adalah segalanya. Saya berada di tengah-tengah. Karena dengan segala keterbatasan saya, saya mengakui ketidakmampuan untuk penuh mendidik anak hanya di rumah. Atau tidak sekolah formal sama sekali. Saya masih butuh keahlian pengajar lain untuk menjadi fasilitator ilmu untuk anak saya. Juga sebagai pelatih untuk pembiasaan yang baik.

Yang penting dari info HS ini adalah, setiap ibu dan bapak atau siapapun yang terlibat di dalamnya, terutama pengajar. Adalah pejuang ilmu yag dedikasinya sangat besar. Mengapa? karena pekerjaan rumah tangga saja bisa menyita perhatian begitu besar. Apalagi ditambah kita harus mengerem keinginan untuk segera membereskan segalanya, demi mengajak anak ikut serta dan belajar sesuatu di dalamnya. Contoh, mengajak mereka memasak, mengaduk adonan donat, mencetak, dsb. Tentu memakan waktu lebih lama daripada kita sendiri yang menyiapkan semuanya. Iya kan.

Namun, NO PAIN NO GAIN. Pengorbanan para ibu HS ini perlu diteladani. Sesedikit apapun yang bisa dilakukan, maka kulakukan. Jadi singkatnya, aku ini adalah pelaku semi-homeschooling.

EPIFANI

Tidak ada komentar
Aku sebenarnya sudah mati.

Jauh-jauh hari sebelum kematianku.

Aku mati ketika sadar matahari tak ingin menemaniku lagi.

Menemani kemerenunganku pada ketidakseimbangan semesta.

Menemani keburukan prasangkaku pada kehendak Tuhan.



Aku mati.

Ketika aku harus hidup untuk kehidupan kecil lainnya.

Lalu datanglah bulir-bulir harapan.

Menitik satu per satu , menempelli hatiku yang berlubang

Menutup lubang itu dengan perban yang manis dan permanen

Menyembuhkan luka batin yang disebabkan kesendirian.



Sekarang aku bersyukur

Baik senja maupun fajar sudah mau bersahabat lagi denganku.

Sehingga aku tak lagi punya alasan untuk menitikkan air mata.

Aku tak punya cara untuk berkeluh kesah.

Aku hanya tahu cara untuk bahagia.

Dan memenuhi lubang hidupku dengan epifani.

ctt. epifani = titik balik, perubahan hidup menjadi lebih baik

PELANGI CITA-CITAKU

Tidak ada komentar
Polwan, Pramugari, dokter, polisi, tentara...dst, itu cita-cita masa kecilku. Standar. Hampir di penjuru negeri anak kecil mendambakan profesi ini. Karena orang tua pun guru mereka ikut-ikutan mempropagandakannya.

Dunia berputar sampai pada pendidikan tertinggi-strata satu- di Bandung. Dengan keputusan mengambil jurusan ilmu murni, FMIPA KIMIA, menjadi DOSEN adalah impian terkuat saya. Jatuh bangun, mimisan, lapar dan lelah, kantuk mendera, tak menghentikan niat untuk bisa lulus pas empat tahun.

Oops, salah. Seharusnya niat tidak begitu kecil. Jika ingin menjadi dosen, seharusnya aku malang melintang menjadi ASDOS. Lalu tak peduli akan lulus berapa tahun pun, asal bisa dekat dengan dunia dosen dan kemudian ditawari beasiswa s2, s3 lalu diangkatlah aku menjadi dosen.

PENELITI. Ini impian dua serangkai dengan dosen tadi. Ini juga yang menjadi alasanku ngotot mengambil jurusan kimia, ketika mas Rudi, kakak lelakiku nomor 3, menganjurkanku masuk jurusan Farmasi. Hampir saja impian atau cita-cita ini terwujud. Karena secara kebetulan aku mengambil topik tugas akhir yang berkaitan dengan disertasi Ibu Zalinar Udin, Kepala Balai Penelitian Kimia Terapan di LIPI Bandung, Jl. Cisitu Lama. Kinerjaku yang memuaskan beliau, membuatku ditawari untuk menjadi staf peneliti disitu. Dan, karena beberapa hal aku memutuskan menolaknya dan kembali ke kota asalku di Surabaya.

DOSEN. Masih menjadi impian. Di kota kelahiranku, Surabaya, aku mencoba melamar posisi ini di UNESA dan ITS. Lolos di tes akademik. Gagal di tes dan lain-lain berikutnya. apa ini ada hubungannya dengan adanya kekuasaan otonomi kampus yang lebih menghendaki alumninya menjadi dosen di kampus sendiri. Atau kualifikasiku tidak memenuhi saat itu. Usaha menjadi dosen untuk sementara waktu dihentikan.

PENULIS. Kebiasaan dan beberapa pengalaman menulis menghimbau diriku sendiri untuk memulai kegiatan ini kembali. Tepatnya ketika Aldo, anak pertamaku masih berumur bilangan bulan. Diselingi dengan kursus ini itu yang semakin membuahkan kebingungan sekaligus pertambahan ketrampilan. Usaha ini belum berhasil, terutama naskah untuk lomba-lomba menulis belum satupun yang gol. Berhenti dulu, karena ada hal lain yang meneteskan air liur dan memberikan pengharapan yang lebih nyata.

PEBISNIS. Kata terakhir ini membius otak kanan sekaligus otak kiriku. Apalagi propaganda, anjuran,seminar dan pelatihan bisnis di media-media, menunjukkan betapa berprospeknya profesi ini. Mulailah aku menerapkan segala bentuk skill yang telah kuperoleh baik dari kursus maupun otodidak. Bahkan MLM pun sempat singgah dan memporak-porandakan keuangan keluarga kecilku. Sekaligus menyadarkanku bawa bisnis tak semata mencari uang. Aku [sungguh] tak rela harus berpelukan mesra dengan lelaki lain semata untuk membesarkan jaringannya. Huh, tak bakal sudi. Itu bukan persaudaraan. Aku lari tunggang langgang menjauhinya. Bisnis murni, ini yang ingin kujalani.

HOME-EDUCATOR. Keberhasilan Aldo masuk semifinal olimpiade sains kuark tahun 2009, menyentakkan kepala dan hatiku. Wow, sehebat itu anakku. Anak didikku ini. Aku punya kebisaan untuk mengajar. Mungkin aku harus jadi guru. Melamarlah menjadi guru dan menunggu. Namun bayangan pekerjaan administratifnya yang menjemukan, memaju mundurkan kembali niatku. Sehingga aku tidak lagi menunggu. Toh aku tak mau berlama-lama meninggalkan anak-anakku berjam-jam untuk anak orang lain. Ini pengalamanku kemarin menjadi guru SD Islam Swasta di Surabaya kelas 2, selama 6 bulan.

Masalah lain. Pembelajaran di rumah butuh dana lebih. untuk kegiatan try and error. Tentu, harus ada nafkah tambahan. Dan ya, pemandangan sekitar pada anak yang tidak mampu menyentak-nyentakkan hatiku untuk menolongnya. Bapak-bapak mereka pengangguran, bahkan mungkin juga pemabuk. Ibu-ibu mereka mengayuh sepeda dengan perut besar ke pasar, untuk sekedar berjualan gorengan. Aha aku harus berbuat sesuatu untuk mereka.

KARTINI EDUCARE. Rumah Pemberdayaan Perempuan. Terpikir untuk menyatukan semua itu dalam satu wadah. Di rumah ini, anak mendapatkan bimbingan belajar. Bekerjasama dengan adik iparku yang bisa mengajarkan baca tulis Al Quran. Ibu-ibu dan wanita lain bisa mendapatkan kursus sulam pita, kreasi flanel, aksesoris manik, kue kering dan bolu kukus. Hanya memberikan ilmunya. Dan sedikit tempat untuk showroom. Di rumahku yang kecil mungil ini kuyakin bisa berjalan lancar. Tak perlu menjadi besar. Yang penting menjadi bermanfaat. Sehingga, menjadi penulis bisa berlanjut terlebih lagi menjadi home-educator. Pasti, pasti dalam beberapa waktu, ini semua akan menunjukkan jalan masuk. Allahumma Amin.

BERANI MENJADI IBU RUMAH TANGGA

Tidak ada komentar
Salah satu pilihan karir yang tersedia untuk kaum wanita adalah menjadi ibu rumah tangga. Pekerjaan ini sering masih diperdebatkan. Baik dengan terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi. Beberapa orang menganggap ibu rumah tangga bukan pekerjaan. Apalagi pantas disebut karir. Karena beberapa pekerjaan bisa digantikan oleh pembantu rumah tangga, nenek atau saudara yang hidup serumah.

Dewasa ini tanpa disangka-sangka posisi ibu rumah tangga menaiki tangga ke atas. Cibiran remeh tak lagi selalu hinggap pada sosok perempuan yang sudah menikah namun tak jua berseragam cantik di pagi hari. Malahan dengan berkembangnya kesadaran akan pentingnya membangun generasi yang berkualitas, peran seorang ibu menjadi begitu diperhatikan.

Dan bahkan mulai dianggap penting. Walaupun sebenarnya dari dulu juga sudah penting.

Menjadi ibu rumah tangga bukanlah pilihan. Menurut saya, dengan adanya pernikahan dengan maupun tanpa lahirnya seorang anak maka predikat ibu muncul secara otomatis. Bekerja lagi di luar rumah atau di dalam rumah atau total mengerjakan sendiri semua pekerjaan rumah – semua ibu otomatis disebut ibu rumah tangga.

Dalam buku membumikan Alquran, disebutkan bahwa pekerjaan domestic dan pemenuhan sandang pangan papan, bukanlah kewajiban istri/ibu. Tugas utama ibu adalah mendidik anaknya. Keutamaan ibu yang disebutkan sebanyak tiga kali setelah bapak, tidak hanya karena ibulah yang payah dalam mengandung, melahirkan dan menyusui anaknya. Melainkan juga beban berat ibu yang harus mendidik pemimpin baru di setiap generasi yang dilahirkannya.

Pendapat ini disambut gembira oleh para pengusung emansipasi. Konsep wanita harus diam di rumah hanya untuk masak, macak dan manak menjadi terbantahkan sendiri. Dan memang bukan itu konsep utama fungsi ibu dalam rumah tangga. Bisa saja ibu itu aktif kesana kemari. Namun bisa menempatkan waktu dan prioritas dengan fleksibel dan cantik. Disertai evaluasi dan reevaluasi tentang perkembangan anak dan keluarganya.Kebutuhan untuk memenuhi pendidikan anak bisa terpenuhi. Keinginan bersosialisasi juga bisa memperluas wawasan ibu. Sehingga ibu selalu dialiri energi positif.

Rumah memang harus jadi poros utama. Disanalah pendidikan bermula dan menjadi pondasi pertama. Disanalah segala hal bermula dan bermuara. Rumah bukan saja bangunan yang harus dihuni bersama. Rumah ada di dalam hati. Karena jika dalam suatu keadaan tertentu anggota keluarga harus terpisahkan untuk sementara, maka fungsi rumah masih berjalan dengan baik. Juga ketika harus pindah rumah. Kita bisa rela dan lega melepasnya dan membangun kembali rumah yang baru. Yang disanalah kita bisa belajar lagi. Mungkin dengan suatu yang lebih baik.

Menjadi ibu rumah tangga tak boleh lagi menjadi polemik. Keputusan apapun yang diambil, berdasarkan kebutuhan ataupun prioritas, diletakkan pada masing-masing pribadi. Pertemuan dengan ibu rumah tangga lainnya yang aktif dan mandiri secara finansial maupun educational membuka wawasan saya pribadi. Rasa bersalah karena merasa sia-sia melanjutkan Pendidikan tinggi, bisa saya proyeksikan dengan cantik menjadi rasa syukur karena pernah mengalami masa pendidikan yang baik, dan mempunyai kawan-kawan atau koneksi yang baik pula. Untuk selanjutnya beban menjadi bermanfaat bagi banyak orang, adalah fokus Kemudian.

Jadi baru-baru ini saya meramu konsep baru tentang ibu rumah tangga. Selama golden age anak-anak kita [5 tahun], kita pusatkan perhatian pada anak. Menjaga kesehatannya, menstimulasi cara berpikir dan rasa ingin tahunya, mengamati bakatnya dengan baik dan memfasilitasinya. Juga yang tak kalah penting membangun komunikasi yang akrab, mesra, tulus dan terbuka. walau konsekuensinya kita harus lebih berhemat dan berhati-hati mengelola pendapatan.[dan juga melakukan sendiri semua pekerjaan domestik. Untuk hal ini, saya sering membayangkan saja tayangan di TV, 'orang Jepang, Inggris, Amerika, Australia saja mencuci baju sendiri kenapa saya harus protes?']

Setelah lepas masa emas itu, selayaknya kita yang sudah dianugerahi pendidikan tinggi, mengusahakan sesuatu. Apakah itu bisnis, jasa atau pendidikan yang bisa memberi kepada mereka, yang tak seberuntung kita. Contohnya membuka bisnis padat karya, bimbingan belajar, aktif dalam kegiatan sosial, dsb. Sehingga kita pun bisa menghasilkan pendapatan kita sendiri. Yang nilainya nanti menjadi sedekah untuk anak dan keluarga kita. Memenuhi kebutuhan anak sekaligus menjadi jalan rejeki, jalan hidayah dan jalan ilmu bagi keluarga kecil lainnya. Ah, indah sekali kawan jika ini bisa terwujud. Wallahu'alam bisshowab.

Kalau begitu jangan ragu lagi jika keputusan menjadi ibu rumah tangga yang diambil dalam situasi dan kondisi kita saat ini.

BERANI MENJADI IBU RUMAH TANGGA
MENJADI IBU RUMAH TANGGA YANG BERANI

ULTAH AJI KE-3

Tidak ada komentar


Alhamdulillah.

Sungguh hari ini berbeda dari biasanya. Karena takut dianggep niru-niru bule, saya biasanya tak begitu acuh dengan ulang tahun. Tapi kali ini, hari jadi Aji yang ketiga berbeda rasanya. Dimulai dari saat sahur. Sejak hari pertama saya nonton sinetron para pencari Tuhan 3 sambil makan sahur. Kok kebetulan, ndilalah, hari ini adegannya menusuk hati.

Anak terkecil Bang Asrul meninggal dunia. Kyaa...pas gambar si anak ditutupi kain putih dikelilingi ibu dan kakak-kakknya itu; hiks....hikss....hati saya terseret cepat ke bilangan 36 bulan yang lalu. ketika Aji divonis mengalami masa kritis untuk kelangsungan hidupnya.

Bahwa adegan itu persis seperti yang kubayangkan ketika masih di bed kamar bersalin. Sesaat setelah diberitahu kenyataan yang harus mampu kuhadapi. [kalau mau tahu ceritanya, klik link pustaka madoji, dan baca diary inkubator part 1,2 dan 3 ya...:D].

Deugh. Hari ini istimewa. Itu yang langsung terbesit di kepalaku. Harus ada artinya.

Yang kepikir kemudian, perayaan syukur kecil-kecilan. Kebetulan Aji sudah sekolah PAUD di RW tetangga. Jadi bagi-bagi jajan aja disana. Karena keputusan mendadak, sedangkan sekolahnya pagi, dan ada kemungkinan toko belum buka, maka rencana ini masih mentah. Berlalulah hari seperti biasa, dengan maksud rencana itu tidak terungkap pada siapapun. Pada suami maupun anak-anak. Mama masih nyimpen rahasianya.

Kok ya?

sepulang dari mengantar Aldo ke sekolah, sepeda motor trouble. Perseneling dol. Nggak bisa maju, nggak bisa di starter, bisanya cuma mundur. Kejadian ini pernah kualami dan bisa sembuh dengan menendang logam pengatur 'gigi' itu ke dalam. Namun sudah kutendang dan kupukul-pukul dengan batu pun, masih tak berubah. Waduh, angka jam digital di HP sudah menunjukkan 8 lebih. Padahal Aji masuk jam 8. Dengan segala pertimbangan akhirnya sepeda motor itu kutitipkan ke pak satpam. Dan nanti sore akan diambil oleh suamiku. Dengan keringat bercucuran aku berniat mencari becak untuk pulang dan menuju PAUD.

Alhamdulillah ada teman yang menawari untuk mengantarkan. Di perjalanan kulihat toko snack buka, aku sempatkan dulu beli 'jajanan syukuran' untuk teman-teman Aji di PAUD. Dan sampailah kami tepat pukul 9.30. Telat. dengan bawa bungkusan. Semua mata memandang heran. Aku masih ngos-ngosan. Karena puasa kan tidak bisa minum untuk menghilangkan ketegangan tadi.

Setelah berpesan pada salah satu bunda PAUD untuk membagikan jajan dalam rangka ulang tahun Aji, aku duduk di belakang. Aji kecapekan rasanya. Dia sudah malas bergabung dengan teman-temannya. Tentu saja, dia kan sudah siap sejak pagi tadi.

Akhirnya acara bagi jajan tiba. Aji dipangku bundanya, bernyanyi selamat ulang tahun bersama temannya. Aku meminjam HP teman untuk mengabadikan momen itu. Aji tampak gembira. Apalagi teman-temannya menyalaminya. Lucu.

Pulang. Dengan satu keajaiban lagi. Ada yang nawarin nganterin sampai depan rumah. Phuiff...rencana nggak masak buat buka. Lemass. Suami pun setuju. Namun dia masih kepikiran apakah keluarga ibuku jadi ke rumah untuk merayakan ulang tahun Aji. Aku duga tidak jadi. Karena selama ini aku nggak pernah bikin acara apa-apa saat ulang tahun anak-anakku. Paling-paling mereka kubelikan mainan, jajan dan es krim.

Meleset. Adik dan kakakku bersikeras tetap datang. Dan wajib hukumnya aku menyediakan hidangan bukber. Kyaa...kan rencananya aku nggak masak ? $%^$#@!!!

Alhasil. Susah payah kuseret diriku untuk bangun. Piring kotor dll masih terbayang di mata. Semua belum siap, gimana nih? untung ada adik ipar yang dekat rumah. Aku minta bantuannya. Dan berhasillah ku memasak mie goreng, memesan 50 tusuk sate ayam, seporsi gule dan membuat es degan campur blewah.

Sampai adzan maghrib, tamu belum datang. Aku deg-degan takut batal. Siapa yang mau menghabisakan sate sebanyak itu?

Pas isya', keluarga datang. Aji berteriak senang. Aldo langsung menyeret dua keponakan lelakiku di depan komputer, pada game online yang sedang dia mainkan. Tanpa babibu kami langsung menyantap hidangan, karena mereka kelaparan. Hanya sempat membatalkan dengan ta'jil. Hidangan tandas, aku lega, senang.

Budenya membawakan hadiah playdouh, Aji senang sekali. Karena kemarin suka dengan plastisin. dan satu mainan robot lagi kusuruh untuk diantarkan ke masnya Aldo. Alhamdulillah Aji tidak protes. Rupanya dia mengerti untuk berbagi. Atau kalau dapat mainan baru ya dua-duanya. Keluargaku juga membawa kue tart kecil. Acara tiup lilin dan potong kuenya dilakoni Aji dengan semangat. Sayang foto baru belum bisa diupload karena kabel data lupa dibawa adikku. Aku gembira sekali. Merayakan ulang tahun anak ternyata tidak se'buleisme yang aku kira. Ini perwujudan syukur dan menyambung silaturahmi. terutama anak dengan keluarga besar. Hatiku tersenyum puas.

PUISI YANG KUTULIS 3 TAHUN SEBELUM MENIKAH

Tidak ada komentar
Di suatu masa…

Di saat hati ini luluh oleh kesepian

Terbelenggu dalam rantai emas

Tunduk, patuh dengan penuh cinta

Peraih wajah tak jemu menghias datang



Saat itu…

Ketika air mata dan darah tak lagi berat

Kepekaan hati dan luka sudah terobati

Segunung kepercayaan subur dengan pohon rindu

Hidup bagai kebun bunga

Walau semak duri datang pula,

Kuserahkan jiwa dan raga ini

Hati dan semuanya untukmu



Berdua meraih bahagia

Merengkuh sekitar ‘tuk turut bahagia

Dengan derail air mata dan isak yang lembut



Saat itu…

Di hari pernikahanku



PUISI MENJELANG PERNIKAHAN

[5 APRIL 1998],

Wedding date : 13 Juli 2001

MEMAKSA BAHAGIA

Tidak ada komentar
Membahagiakan diri sendiri. Bagaimana caranya?

Pertama, lakukan sekecil apapun rencana anda pada hari ini. Jika sudah menetapkan diri untuk menulis satu artikel sehari, membuat kemajuan draft buku sesedikit apapun, dan meletakkan jauh-jauh amarah di hati kepada anak-anak. Maka lakukanlah.
Jika satu pekerjaan kecil telah dilakukan. Hati ini akan sedikit puas dan lega. Kemudian ambil sedikit waktu untuk istirahat. Tarik nafas panjang dan kerjakan tugas berikutnya.

Kedua, Jangan beri alasan untuk kata-kata, ' ah entar dulu'. Alias menunda pekerjaan. Karena semakin ditunda, semakin hilang mood kita. Paksalah melakukan serentetan kewajiban anda. Di kantor maupun di rumah. Walaupun tanpa melibatkan perasaan. "Lempeng" aja.

Ketiga. Setelah tanpa terasa pekerjaan utama beres. Panjatkan do'a kepada Tuhan YME, Ya Rabb..terimalah pekerjaanku hari ini sebagai amal ibadahku. Dan berkahilah hidupku dan keluargaku." Maka kemudian berilah reward kepada diri anda sendiri. Yang kecil-kecil saja. Seperti duduk tenang 'ngegollossor' di dapur sambil nyeruput teh manis buatan sendiri. Lalau berdiri di depan rumah. Ambil novel pilihan dan baca satu-dua halaman. Ingat jangan keblabasan dulu. MEmbaca novel yang tebal dan menarik, simpan dulu sampai menjelang tidur. Karena itulah waktu yang paling aman. Terutama jika anda masih mempunyai anak balita yang sedikit-sedikit harus diperhatikan.

CINTA CINTA CINTA

Tidak ada komentar
Ada yang bilang seenaknya saja, usia pernikahan kelima, ke sepuluh dan kelipatannya nanti akan menemui banyak kendala. Pertengkaran, perselisihan sampai perselingkuhan. Huh, enak saja mereka mengacaukan otak para calon pengantin. Sehingga ketika mereka bersiap masuk ke pelaminan dengan hati berdebar. Menghitung hari demi hari dengan ketakutan menantikan bilangan tahun yang diteorikan itu datang.

Masyaak sihh??? Aku tidak percaya 1000% dengan teori kacangan itu. Siapa mereka, berapa hasil surveinya, bisa membuat hipotesa begitu. Sering dipublikasikan lagi di media. Bukankah itu malah menakutkan calon pengantin. Dan para pengantin pun terbiasa membawa firasat buruk itu dikepalanya ketika menjalani biduk rumah tangga?

Kok ya, manusia bisa memberikan prediksi atas hidup manusia lainnya. Siapa yang lebih pantas? bukankah ada Yang lebih Maha Tahu di atas segalanya.

Jadi...ketika anda benar-benar mengalami hasil teori itu. Perselisihan dalam rumah tangga. Tidak ada tempat lain untuk berlari, mencari perlindungan sekaligus mencari jawaban. Kecuali kepada Allah azza wa jalla.

Kita tingkatkan segala macam bentuk ibadah yang sudah disyariatkan. Kita tingkatkan intensitas PDKT kita kepada Tuhan. Kita rasakan sebesar-besar rasa cinta yang telah Allah SWT berikan pada alam semesta ini termasuk kita. Sehingga cintamu disekitarmu itu yang kau kira akan memudar, bisa kembali lagi dengan bantuan tangan-Nya. Percaya deh.

Nasihat Rasulullah SAW Kepada Putrinya

Tidak ada komentar
Suatu hari Rasulullah S.A.W menyempatkan diri berkunjung kerumah Fatimah az-zahra. Setiba dikediaman putri kesayangannya itu, Rosulullah berucap salam & kemudian masuk. Ketika itu didapatinya Fatimah tengah menangis sambil menggiling Syaiir ( Sejenis Gandum ) dengan penggilingan tangan dari batu. Seketika itu Rosul bertanya kepada putrinya.
“ Duhai Fatimah, apa gerangan yang membuat engkau menangis ? Semoga Allah tidak menyebabkan matamu berderai.”
Fatimah menjawab. “ Wahai Rosulullah, Penggilingan dan Urusan rumah tangga inilah yang menyebabkan Ananda menangis.”

Kemudian duduklah Rosulullah S.A.W disisi Fatimah. Kemudian Fatimah melanjutkan. “ Duhai Ayahanda, sudikah kiranya Ayah meminta kepada Ali, suamiku. Mencarikan seorang Jariah ( Hamba Perempuan ) untuk membantu Ananda menggiling gandum dan mengerjakan pekerja’an Rumah ?”.

Maka bangkitlah Rasulullah S.A.W mendekati penggilingan itu. Dengan tangannya beliau mengambil sejumput gandum lalu diletakkannya dipenggilingan tangan seraya membaca BASMALLAH. Ajaib dengan seizing ALLAH S.W.T. penggilingan tersebut berputar sendiri. Sementara penggilingan itu berputar, Rasulullah bertasbih kepada ALLAH S.W.T dalam berbagai bahasa, sehingga habislah gandum itu tergiling.. “ Berhentilah berputar dengan izin ALLAH S.W.T.” maka penggilingan itu berhenti berputar.


Lalu dengan izin ALLAH pula penggilingan itu berkata dengan bahasa manusia.” Yaa.. Rasulullah, demi ALLAH yang telah menjadikan tuan kebenaran sebagai Nabi dan Rasul-nya. Kalaulah tuan menyuruh hamba menggiling gandum dari timur hingga kebaratpun niscaya hamba gilingkan semuanya, Sesungguhnya hamba telah mendengar dalam kitab ALLAH S.W.T. “ Hai orang yang beriman, peliharalah dirimu, keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, penjaganya malaikat yang kasar lagi keras, yang tidak mendurhakai ALLAH terhadap apa yang dititahkannya dan mereka mengerjakan apa yang dititahkannya. Maka hamba takut yaa.. Rasulullah kelak hamba menjadi batu dineraka.”


Dan bersabdalah Rasulullah.” Bergembiralah, karena engkau adalah salah satu Mahligai Fatimah az-zahra didalam surga. Maka bergembiralah penggilingan batu itu.

Lalu Rasulullah bersabda.

” Jika ALLAH menghendaki,niscaya penggilingan itu akan berputar dengan sendirinya untukmu. Tapi ALLAH menghendaki dituliskan-nya untukmu beberapa kebaikan dan dihapuskan-nya beberapa kasalahanmu. Dan diangkatnya beberapa derajat untukmu bila wanita menggiling gandum untuk suami dan anaknya. Dan ALLAH menuliskannya setiap gandum yang digilingkannya SATU kebaikan dan mengangkatnya SATU derajat "


Kemudian Rasulullah meneruskan nasehatnya.

” Wahai Fatimah, wanita yang berkeringat. Ketika wanita menggiling gandum untuk suami dan anaknya. ALLAH akan menjadikan antara dirinya dan Neraka tujuh parit. Wanita yang meminyaki dan menyisiri rambut anaknya, serta mencuci pakaian mereka. ALLAH akan mencatat pahala seperti memberi seribu orang lapar dan memberi pakaian kepada seribu orang telanjang. Sedangkan wanita yang menghalangi hajat tetanga-tetangganya, ALLAH akan menghalanginya dari meminum air telaga Kautsar diahari kiamat.”


Rasulullah S.A.W masih meneruskan nasehatnya..

” Wahai Fatimah yang lebih utama dari semua itu adalah keridha’an Suami terhadap Istrinya. Jika suamimu tidak Ridha, aku tidaklah akan mendoakanmu. Tidakkah engkau ketahui, Ridha Suami adalah Ridha ALLAH S.W.T, dan kemarahannya adalah kemarahan ALLAH S.W.T ?”


Apabila seorang wanita mengandung Janin, Maka beristigfarlah para malaikat. Dan ALLAH mencatat Tiap – tiap hari seribu kebaikan dan menghapuskan seribu kejahatan.
Apabila ia mulai sakit karena melahirkan, ALLAH akan mencatat seperti pahala orang-orang yang berjihad.
Apabila ia Melahirkan, keluarlah ia dari dosa-dosanya seperti keadan sa’at ibunya melahirkannya.
Apabila ia Meninggal dalam melahirkan ia meninggalkan dunia ini tanpa dosa sedikitpun. Kelak ia akan mendapati kuburnya tersebut sebagai taman-taman surga. Dan ALLAH mangaruniakan pahala seribu haji dan seribu umrah. Dan beristigfarlah seribu malaikat untuknya dihari kiamat.


” Wahai Fatimah, wanita yang melayani suaminya dalam sehari semalam dengan baik hati dan ikhlas serta dengan niat yang benar. ALLAH S.W.T menghapuskan dosa-dosanya. Dan akan mengenakan seperangkat pakaian hijau, dan dicatatkan untuknya dari setiap helai bulu dan rambut ditubuhnya seribu kebaikan ( setiap helai seribu kebaikan ).. Wanita yang tersenyum dihadapan suaminya, ALLAH memandangnya dengan pandangan Rahmat.


.” Wahai Fatimah, wanita yang menghamparkan alas untuk berbaring atau menata rumah dengan baik untuk suami dan anaknya, berserulah para malaikat untuknya. Teruskanlah Amalmu, maka ALLAH telah mengampunimu dari dosa yanglalu maupun yang akan datang.”

.” Wahai Fatimah, wanita yang mengoleskan minyak pada rambut dan jenggot suaminya, serta rela memotong kumis dan menggunting kuku suaminya, ALLAH memberinya minuman dari sungai – sungai surga. Dan kuburnya akan menjadi taman di surga. Dan ALLAH menyelamatkannyadari api neraka, serta selamat dari titian Sirotulmustakim.

DARI ABDULLAH BIN AMR AL-ASH RA, ROSULULLAH BERSABDA.
“ DUNIA ADALAH SUATU KESENANGAN, DAN SEBAIK-BAIK KESENANGAN ADALAH WANITA YANG SHALEHAH.”
( H.R MUSLIM )

Nggak Jadi Kacau

Tidak ada komentar
AKu bisa saja mengatakan hari ini menyebalkan. Karena diawali dengan pembatalan sepihak. Tapi semakin aku mangkel alias marah, semakin kacau semua hariku. PAdahal ini masih pagi, perjalanan hari masih panjang.

Jadi aku memilih untuk berhenti marah. Istirahat jika capek. Lalu online lagi. Membalas komentar teman di fesbuk. Cukup menghibur. Lalu membuat entri baru di blog.
Fiuhh...lumayan menghibur.

JAdi caranya terima saja kegiatan hari ini. Lalu fokuslah pada tugasmu yang sebenarnya. Tugasku adalah ngemong anak. Nah si Aldo akan UAS nanti kamis, aku persiapkan dulu semuanya ya. Biar bisa sukses....!!!

Aku ingin anakku bisa mendapat beasiswa prestasi. JAdi sekarang bisa dibimbing ala peserta olimpiade. Yah yah, para homeschooler tidak akan memperhitungkan hal ini. Tapi aku punya pertimbangan sendiri. Bahwa sekolah itu penting. Tetap penting.

We All Will Never Dies

Tidak ada komentar
Semalam pak Mario Teguh memberikan statemen dan contoh yang manis sekali. Beliau bercerita tentang caranya berbicara dengan ibunya. Sambil berdiri di depan teras, menghadap tamannya yang asri beliau berkata, "Ibu, ini aku disini. Ini rumahku. Aku bisa membelinya tahun ini. Anak-anak bisa istirahat, belajar dan bermain. Kalau ibu disini, ibu pasti juga suka."

"Saya bicara santun dan penuh cinta. Kepada mendiang ibunda saya. Walaupun tampak aneh, tapi jika itu bisa membuat kita menjadi manusia yang lebih baik. Maka lakukan saja. TOh orang tua kita , semua yang terkasih tidak pernah meninggal. HAnya jasadnya saja yang tiada. Jiwanya masih ada. Dan memandang kita. MEngharapkan kita yang masih hidup ini melanjutkan hidup dengan cara yang baik."

Saya teringat pernah melakukan hal itu. Waktu itu saya duduk di depan laptop. Sebuah benda yang dulu hanya menjadi impian saya. Dan sekarang menjadi milik saya. Saya menggumam, teringat wajah bapak yang melintas tiba-tiba, "Pak, aku sekarang sudah lebih maju, lebih baik, bisa menulis. Punya alat untuk mewujudkan keinginanku menjadi penulis. Kalau bapak disini, bapak pasti ikut senang melihatku." Dan aku lanjutkan, "Anakku juga pintar semua pak. Aldo suka belajar dan membaca seperti bapak. Dia juga aktif bergerak dan pencak silat, juga seperti bapak. Aji pun tumbuh tinggi besar dan tampan. PErsis seperti yang bapak prediksikan sebelumnya."
Pada saat itu, hatiku terasa lega. Dan kurasakan juga bapak bisa mendengarku. Walaupun aku jarang sekali mampir ke makamnya.

Dan pak Mario, meneguhkan kebenaran dan kebaikan apa yang pernah kulakukan itu. Aku bahagia, karena ke depan aku bisa melakukannya lagi dan lagi. Juga akan kukatakan pada anak-anakku, kelak bicaralah terus pada mama walaupun mama sudah tiada. Aku pun tak lagi perlu cemas dengan kesedihan yang mungkin dilakukan anak dan suamiku ketika aku tiada. KArena manusia tak pernah mati. Ada hidup sesudah mati. We all will never dies.

Surat Dari ALdo di HAri Ibu

Tidak ada komentar
HAri ini bu Guru menugaskan murid-muridnya menuliskan surat untuk ibunya masing-masing. Baru saja membuka tas Aldo untuk membaca buku tugasnya. Dan kutemukanlah amplop putih dengan pita ungu. Inilah isi surat dalam amplop itu.

Hai namaku : Aldo
Aku ingin menceritakan tentang ibuku
SELAMAT HARI IBU

Oh ibuku kau telah melahirkan aku sampai aku sudah bisa sekolah.
Aku ingin tahu bagaimana rasanya merawatku
Apakah rasanya merawatku seperti ini :
a. susah
b. bahagia
c. gampang
d. gampang susah
Aku ingin bekerja keras untukmu.

[ hehe...ternyata jadi kuisioner gini. langsung saja kujawab B plus gambar senyum]

Tahun Baruan 2010 di Monkasel

Tidak ada komentar

Tahun Baru 2010

Pesta Malam Tahun Baru.
Wow. Baru kali ini benar-benar bisa menikmati malam tahun baru. Karena kedua anak sudah besar. Umur 7 dan 3 tahun. Tidak perlu lagi aku mengawasi mereka terus. Aku bias ngobrol dan membantu dapur ibu.
Hari itu mendadak diberitahu ada acara tukar kado. Wah, aku berniat membuat kreasi flannel lagi nih. Kubuatlah sebuah pigura hitam untuk foto ukuran 3R. Lalu dompet HP merah berhias bunga. Karena harus membawa dua buah kado, aku merasa kasihan sama calon penerima dompet flannel itu. Kok kecil. Jadi aku tambahin membuat wadah CD bulat berhias ikan paus hitam. Hmm….pundak pegel-pegel juga membuat itu semua. Dan selesai hamper 3 jam lebih. Tentu karena diselingi ngurus anak juga. Plus try error bikin desainnya. Maklum spontan. Tidak pakai desain sketsa dulu. Hmm….biasanya kalo spontan aku hasilnya lebih bagus. Kalo dirancang, rapi, tapi kurang sip.
Hari sudah beranjak sore. Secepatnya aku beres-beres rumah yang mendadak berantakan. Lalu mandi dan sholat ashar. Kemudian ngelipet baju cucian yang sudah kering di depan TV sambil nonton Putri Soendeok di Indosiar. Pundak masih pegal. Pekerjaan selesai masih ada lagi. Bikin pisang goring.
Lha kemarin dikasih mbak Yanti pisang sesisir. Gede-gede pula. Seut..seut…dah nggoreng deh. Belum beres, aku tinggal memandikan kedua anakku. Aldo dan Aji yang sesorean main di luar rumah. Rembes. Alias belum mandi. Baru saja mereka bersih dan rapi, bapaknya dating. Kami sholat maghrib bersama. Setelah sholat aku perintahkan bapaknya mandi sambil kuteruskan menggoreng pisang.
Yahh…anak-anak pun berulah. Rebutan penggaris lah. Bantal lah. Sampai Aji berlinang air mata. Merusak kesegaran wajahnya setelah mandi. Pisang masih ada belum tergoreng, langit semakin gelap. Panic panic dah si mamah, pakai jurus ancam mengancam tidak diajak ke Uti, jadinya deh.
Malam itu notabene dilewati dengan mendengarkan kakak iparku bercerita ke sana kemari. Dan sesekali kami menimpalinya. Hampir semua anak dan keluarganya berkumpul, kecuali anak ketiga. Karena ada acara di rumah juga si suami masih di Balikpapan. Bakar ikan dan jagung. Juga menikmati aneka gorengan. Tahun segera berlalu. Anak lelaki kecil-kecil antheng di depan TV menonton aksi spiderman yang pakai baju item. Waktu beranjak tengah malam. Aku sudah mulai mengantuk. Anak keduaku sudah tidur dengan bapaknya di dalam kamar. Aku bertahan dengan anak sulungku di ruang tamu. Untung saja para nyamuk juga sedang punya acaranya sendiri. Jadi tidak menggangguku. Aku tertidur. Tepat pada detik pergantian tahun, terdengar suara ledakan berkali-kali. Aku merasa marah sekali. Kupikir anak tetangga pada melempar mercon tepat di depan rumah. Kakakku pun keluar. Eh ternyata ada pesta kembang api di sebelah timur rumah. Jauh sebenarnya. Tapi ledakan kembang apinya di atas atap, lalu meledakkan warna-warni. Wuih…indah…aku menyaksikannya bersama Aldo, anak sulungku. Walau suaranya dar der dor. Keras banget. Tapi indah deh. Benar-benar malam tahun baru.
Lalu esoknya. Setelah melewati masa tunggu menunggu. Maklum pada punya anak kecil. Meluncurlah kami ke MONKASEL. Monumen Kapal Selam. Naik ke dalam, foto-foto, dan menonton videorama. Pulangnya mampir dulu ke Mc Donal Raya Darmo. Sedap nyaaa…