Podcast Bu Heni

Surat Dariku Untukku Sebagai seorang IBU

Tidak ada komentar
PENERIMAAN.

Kata diatas seperti mengisyaratkan kepasrahan yang mudah dilakukan.
Ternyata, sebelum mencapai proses itu, saya terutama, dan kita - mungkin jika apa yang anda rasakan sama dengan yang saya rasakan - mengalami kepahitan dulu sebelum bisa mencapai kata penerimaan.

Kepahitan itu berupa, perasaan mempersalahkan diri sendiri atas kekurangan diri kita sendiri pula.

Contoh,
saya gemar sekali mencari tahu blog atau website para pelaku homeschooling. terutama yang berasal dari Indonesia. Karena ketika mereka bercerita, kebanyakan dengan bahasa Indonesia, jadi saya lebih mudah mencernanya.

Nah, ketika berkunjung ke blog mereka itu. Atau ketika berkenalan di jejaring sosial, maka saya mengetahui sedikit banyak konsep dan cara hidup mereka.
Yang tampaknya begitu sempurna, cerdas, menyederhana dan kembali ke alam banget. Perfecto.

Terkadang, cara mereka menerapkan konsep belajar di rumah mereka, tampak begitu HEBAT. jadi saya ingin sekali menirunya. dan menerapkannya dalam keluarga saya. TEtapi, karena satu dan lain hal, termasuk kekurangan saya pribadi. kebiasaan keluarga saya. sifat dan karakter kedua anak lelaki saya. maka, peniruan itu biasanya tidak bisa berjalan dengan sempurna. atau tidak bisa berlaku saat itu juga. singkat kata, saya merasa gagal meniru mereka. gagal mendidik mereka sebaik sebagai ortu yang cerdas atau smart parent.

rasa gagal itu malah menjadi penyebab saya mudah sekali emosi, terutama kepada anak-anak saya. dengan batin saya yang mengatakan, "kenapa sih nak kamu tidak bisa seperti anak-anak mereka!, walaupun kalian sekolah, kan bisa saja secerdas mereka."

atau batinku berkata lainnya, :kenapa sih Hen kamu tidak bisa disipilin, kreatif, dan istikomah mengajari anak-anakmu di rumah?!, kan kamu lulusan sains, suka belajar, kata orang kamu pinter. Mosok gak bisa ngatur waktu dengan baik. lakukan pekerjaan rumah tangga ketika mereka sekolah dong. lalu nulis dan jualan ketika mereka tidur dong. dan dampingin mereka, stimulasi mereka, motivasi mereka tepat ketika mereka ada di dalam rumah....dst...dstt..."

panjang lebar sekali kalimat yang bisa kubentuk ketika memaki kekurangan diri sendiri.

kemudian, tepat hari ini, ketika sudah berhari-hari dan berbulan-bulan di dera rasa gagal. ada selintasan hatiku yang mengatakan bahwa,aku ingin menghapus segala jejak pertemanan dengan para ibu HS ini, supaya sekalian saja aku tidak tahu menahu apa yang mereka kerjakan. jadi aku tak perlu merasa bersalah.

tetapi, ada lintasan hati juga yang membisikkan, bahwa, kenapa aku harus begitu? bukankah mereka benar?
bukankah apa yang mereka lakukan baik untuk ditiru?

dan Hen..ketika kau tidak bisa menirunya sekarang, ya tetap saja mereka masih baik dan patut ditiru.

jadi biarlah informasi itu kau terima, dengan syarat, terimalah dirimu dan segala perbedaanmu itu juga apa adanya. bisa tidak bisa meniru, jelas-jelas kau berbeda dengan mereka. jadi tak perlu risau.

suatu saat, jika kau mulai menerima semuanya dengan lapang dada. dan mulai mengerjakannya sesuai karakter keluargamu sendiri dengan tetap terbuka terhadap masukan yang baik, maka insya Alloh lambat laun, kau akan menemukan bentuk yang paling menarik dan sesuai khusus untuk keluargamu sendiri.

dan pada masa proses itu, tetaplah berbagi dengan ceria. bercerita dengan apa adanya. dan tak usah merasa terbebani lagi ketika ada seorang ibu/kenalan baru yang mneyapamu di fb atau dimanapun berada, lalu seperti berkonsultasi atas kebaikan yang telah kau tuliskan. karena, nanti jika sudah mulai chattingan atau kirim inbox, katakan saja sejujurnya, apa yang kau tahu dan yang tidak. dan katakan juga, saya ibu yang belum sempurna. masih sering marah, membentak anak dsb, tetapi saya berani meminta maaf kepada anak dan mengatakan pada mereka, inilah kekurangan mama sebagai ibumu. mama mohon maaf.

dengan begitu, melangkahmu kini akan lebih ringan.

Tidak ada komentar

Terima kasih telah meninggalkan jejak dan memberikan komentar.
Pasti lebih menarik jika kita terus ngobrol. Bisa ke facebook: Heni Prasetyorini dan Twitter: @HeniPR. Sampai jumpa disana 😊