Podcast Bu Heni

Seperti Cicak : Dimanja oleh TUHAN

Tidak ada komentar
Aku ingin membagi kata hatiku. dia sering berbisik akhir-akhir ini. Semakin lama bisikannya pun semakin keras.

Ssstt...kuberitahu ya, ..."sepertinya TUHAN sedang memanjakanku".......

Ssst...jangan keras-keras juga membacanya ya, karena menurut aturan tak tertulis ibu dan bapakku, "manja" adalah kata sifat yang haram terjadi dalam keluarga kami.

Maka, ketika membaca kata "memanjakanku" kumohon kalian juga berbisik sama sepertiku.

Sudah?

Ah, terima kasih telah ikut berbisik.


Ya, Aku merasa TUHAN telah memanjakanku.
Dengan beberapa peristiwa yang terjadi, di masa laluuu sekali, kemarin, dan kemarinnya lagi. Aku merasa di titik ini, aku sudah aman.

Aman, dalam arti, tidak ada gelisah, galau dan kerabatnya lagi yang sering datang. eh, kalaupun mereka datang, aku bisa mempersilahkan mereka masuk ke teras hatiku dengan lebih santai. Lebih rileks dan lebih bisa menguasai mereka.
Ibarat mereka adalah tamu, masa tamu bisa berkuasa di atas si tuan rumah.
Nah, aku adalah tuan rumah yang hangat, ramah dan tetap tegas berkuasa.

Oiya see, aku ingin membagi cerita kenapa aku merasa dimanja itu tadi.

Singkatnya, ketika aku kesulitan. Kemudian aku berusaha mencari solusinya. Lalu ada kesulitan lagi, dan mentok banget, kemudian aku sudahlah pasrah saja. Eh, akhirnya, malah ada solusi lain yang mendadak muncul kemudian menjadi solusi yang lebih awet dan lebih sering membantuku.

Sebenarnya ada banyak versi ceritaku yang benar terjadi, tapi kupilih satu saja.

Tema ceritanya : "menentukan pilihan"

ketika sudah hampir dua tahun aku menjalankan usaha jilbab online, aku merasa semakin lama ada hambatan yang tidak bisa diselesaikan. Yaitu waktu dan tenaga. Sebelumnya, ketika dua anakku hanya satu saja yang sudah sekolah, maka pergi keluar kota untuk membeli bahan dan produksi jilbab, bisa kami lakukan setiap weekend. Di hari Sabtu atau Minggu.

Sekarang, dua anak sudah sekolah. Ditambah kesibukan bapaknya semakin besar dengan makin banyaknya amanah dari kantor kerjanya. Sehingga weekend bukan hari libur lagi bagi kami. Dan keluar kota di hari itu bakal menyita waktu dan tenaga yang sangat besar.

Aku berusaha mencari solusi dari hal ini. Kupikir, sebaiknya aku mencari produsen konveksi jilbab saja. Jadi aku tak perlu mencari bahan sendiri. Aku hanya perlu menyediakan model jilbab sendiri, sehingga mereka yang membuat. Untuk itu, aku mendatangi mereka. Dan beberapa kali bertemu muka, untuk melihat kualitas jahitan, bahan serta bisakah mereka dipercaya.

Satu- dua kali order berjalan mulus. Apalagi mereka bersedia mengirimkan langsung ke Surabaya, tempatku tinggal. Tetapi kemudian ada kesulitan baru. Yaitu aku tidak bisa mengontrol kualitas jahitan, sementara semua produk sudah dipack plastik. Dan kadang, ada saja produk yang terselip dan tidak enak dipakai ketika sudah diterima pelanggan. Untungnya yang mrotes ini biasanya teman baikku sendiri. Jadi, usaha recovery dan permohonan maaf bisa lebih luwes kulakukan.
Masalah yang kedua, yaitu aku susah menunjukkan model jilbabku yang baru. Para ibu juragan konveksi itu tidak mengenal INTERNET dalam segala bentuknya. Mereka biasanya mengandalkan contoh produk berupa barang jadi, dan telepon atau SMS. Sementara jika harus selalu menunjukkan barang baru, itu sama saja, sedikit=sedikit aku harus pergi keluar kota. Tempat para konveksi itu berada.

Akhirnya opsi ini kuhentikan.

Kemudian, aku mendapat lagi teman yang mengenalkan suplier baru. Tepat ketika kuputuskan aku tidak akan memproduksi sendiri jilbab dan bandana jilbab untuk kali ini. Profit tidak kupikirkan, yang penting usaha ini masih jalan.
Suplier baru ini cukup menarik. Ada di pusat perbelanjaan di Surabaya. Dan order ke dia, malah lewat temanku sendiri. Jadi aku tidak perlu pergi kesana untuk belanja. Cukup transfer, dan barang dititipkan ke temanku. Kelemahannya adalah respon dan ketersediaan barangnya sangat lama. Paling cepat dua minggu.

Dua minggu menurutku terlalu lama, bisa jadi mengecewakan calon pembeliku. Maka opsi ini juga aku stop.

Akhirnya aku memilih satu suplier yang sebelumnya hanya aku jadikan cadangan. Beliau adalah seorang teman baru yang akhirnya menjadi produsen jilbab dan perlengkapan bandana jilbab lainnya. Beberapa kali aku order padanya, barangnya selalu habis terjual.
Bahkan untuk jilbab yang aku pesimis laku, kemudian aku pakai sendiri, malah akhirnya banyak yang pesan, karena melihatku memakai jilbab yang enak dipakai. Heheeh...orang jualan emang harus promosi dengan cara pakai sendiri ya?

Sistim orderku pun sangat mudah. Tinggal SMS, atau sekarang pakai Whatsapp [karena aku masih males dan ga tertarik pakai BB]. Lalu aku transfer DP-nya. Beliau merespon dengan cepat. Dijahitlah pesananku. Dan tiga hari kemudian sudah dikirim.

Iya, sekali lagi, profitku tentu tidak banyak kali ini. Karena kita bisa mendapat profit lebih tinggi jika kita produksi sendiri, dan langsung menjualnya sendiri. Seperti yang sebelumnya aku lakukan.

Tetapi cara ini sangat membantu usahaku berjalan lancar. Tanpa aku harus kemana-mana. Tidak harus belanja bahan dan lain sebagainya.

Mungkin pengalaman saya ini bisa menjadi masukan bagi teman-teman lainnya. Saya memilih beliau, karena bahannya sangat bagus, Saya bisa bayar mundur - dengan DP, dan masing-masing sudah akrab secara batin [walau beliau adalah teman baru dari FB dan tak pernah bertemu muka sekalipun].

Lama-lama, beliau pun percaya pada saya. Jadi ketika mengirimkan order saya, beliau menyertakan beberapa potong jilbab untuk saya jualkan. Dan saya pun, berkomitmen untuk membayarnya segera setelah semua jilbab titipan itu terjual.

Akhirnya, cara saya berbisnis menjadi sangat mudah. Tinggal mencet-mencet hape, membuat foto produk, memajangnya di internet, promosi, dan alhamdulillah, order pun datang lagi dan lagi.

Kalau diperhatikan, bisa dibilang kan kalau TUHAN memanjakan saya?
saya tidak bisa pergi kemana-mana, tapi diberi rejeki juga.

Ibarat cicak yang hanya menempel di dinding, tapi oleh ALLOH SWT dikirimi seekor nyamuk yang terbang di dekatnya. Huppp dan si cicak pun bisa makan.

Asal kita seperti cicak itu. Diam. Pasrah. Dan mungkin dalam diamnya itu dia banyak berdzikir dan memuja TUHAN. Atau dalam diamnya, dia banyak bersedekah kepada cicak lain yang belum kebagian jatah nyamuk terbang. Wallahua'alam.







Selalu Optimis dan Terus Tambah Skillmoe
Heni PR

Tidak ada komentar

Terima kasih telah meninggalkan jejak dan memberikan komentar.
Pasti lebih menarik jika kita terus ngobrol. Bisa ke facebook: Heni Prasetyorini dan Twitter: @HeniPR. Sampai jumpa disana 😊