Podcast Bu Heni

Supermaknyak #1 :

2 komentar
Mati gaya kalau di rumah saja?
Bisa diakalin.
Jaman kayak gini. Ngantor gak cuma di kantor. Rumah pun bisa jadi kantor. Bahkan kemarin aku sempat dengar di televisi, kalau di suatu negara sudah menerapkan kebijakan kerja di rumah untuk beberapa karyawannya. Dengan pertimbangan, hemat ongkos bensin, hemat waktu dan lebih produktif. Hasil kerjanya tinggal dikirim pakai internet. Karyawan senang, bos senang, perusahaan untung. Asik juga kalau ini diterapkan di Indonesia ya?

Mati gaya di rumah, ini istilah yang saya dapat waktu seorang teman baru mampir di salah satu artikelku di blog ini. Beliau memutuskan resign dari pekerjaannya karena merasa putranya tidak bisa didampingi maksimal karena waktunya habis untuk perjalanan di kantor berikut padatnya pekerjaannya.

Oke, yang sudah terlanjur jadi ibu rumah tangga, mari kita bersama menyingsingkan lengan dan membusungkan dada dengan bangga. hahahaha *suara ketawa bajak laut*

Predikat IRT dah kadung nancep di jidat kita. Suka nggak suka, pendapat pro dan kontra tentang IRT itu harus kita hadapi sepanjang masa. maka ABAIKAN saja.

Kita harus bersatu padu, membangun imej baru, bahwa berkarier dari rumah, asik juga. Malah hemat cermat dan bersahaja membangun persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, *halagh :P

Apa yang bisa kita lakukan biar bisa jadi supermaknyak dan nggak mati gaya di dalam rumah ?
Berikut tips ngawur dari saya, yang monggo dibaca untuk hiburan dan senang-senang saja, hahaha

1. kita ganti kosakata ibu rumah tangga yang kesannya nganggur banget itu, jadi WORK AT HOME MOM alias IBU-IBU YANG KERJA DI RUMAH. nah, kan keren tuh.

2. kita harus cari cara cerdas agar pekerjaan rutin kita bisa selesai secepatnya dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Seperti ritual masak-cuci piring-hidangin masakan-makan-cuci piring-masak. Atau cuci baju - setrika - pakai;in baju - cuci baju -setrika. Dan segalam macam alur ritual rutin rumahan yang seringkali bikin rasa bosan yang mencekik leher [haduh curhat colongan!]. Tipsi paling manjur untuk hal ini adalah JANGAN DITUNDA. Biar males dan bosaaan sekalipun, langsung saja nggak pake mikir, bras bres bros, pake daster atau babydoll, hajarrr tuh cucian kotor. hehehe, kasar amat kesannya. Nah, biar nggak bosen lagi, bisa nyanyi sendiri atau muter lagu di radio, mp3, ipad, apa aja deh. Yang lebih afdol ya disertai dzikir-dzikir dikitlah sembari masak, nyuci, setrika dan semacamnya, biar dapat berkah kerjaan rumah tangga. Niru putri Nabi Muhammad SAW yang memilih ngerjain kerjaan rumah tangga sendiri demi mendapat kemuliaan dalam rumah tangganya, daripada mencari khadimat atau asisten rumah tangga.

3. nambah ilmu dan skill. wajibun wajib ini bu. Janganlah hamburkan waktu buat nyetel sinetron sama inpotainment doang. ganti channel tipi ke talkshow semacam kick andy, oprah winfrey, bosan jadi pegawai, galeri dan semua acara yang menampilkan profil sukses entah pengusaha, penulis, atlet dan semacamnya. Biasanya kisah mereka itu susah payah banget baru bisa sukses. Nah ini bisa jadi inspirasi buat kita agar mau ikutan susah payah biar ngikut sukses juga gitu.
Selain nonton tipi yang baik-baik, kita juga kudu doyan baca. bacanya juga jangan tabloid gosip aja. Buku yang bagus. Novel yang bagus dan apa aja deh yang nambah wawasan. Biar dilihat anak, juga cakep. Nih emak gue doyan baca, pasti dia pinter. Maka anakpun ketularan jadi doyan baca. Untuk ini kita harus ikhlas menyisihkan jatah bedak kita buat beli buku. Biar cantiknya luar dalam gitu buk, ntar make bedaknya yang rada irit-irit aja ya. Nggak papa, kurang menor dikit, kan inner beauty dari brain kita juga muncul dan memancar bercahaya keluar. wkkkk.

nah urusan nambah skill juga harus bu. Jaman sekarang, apa-apa serba instan malah bikin penyakit. Badan jarang gerak, lengkap sudah tinggal nunggu mau sakit apa, kolesterol, darah tinggi, stroke, osteoporosis, haduh. Kita bikin semuanya sendiri aja dah. Masak sendiri. Bikin kue sendiri. Njahit baju sendiri. Dan semacamnya gitu. Skill alias keahlian yang bisa dijadikan hobi sekaligus bisa jadi penghasilan. Aku yang paling iri itu sama orang yang skill memasak, menjahit dan melukisnya jago. Kayaknya tuh duit ada di genggaman tangan ajah deh. Bisnis mereka pasti laris tampaknya.

4. nambah teman yang positif. Ingat ya, teman yang positif. Pernah kumpul sama ibu-ibu nggak? terus tiap ketemu ceritanya gini aja, " aduh belum setrika, numpuk semua. cucian banyak, belum masak. males banget, badan capek semua. linu. udah gitu anak mau ujian sekolah, nggak mau belajar sama saya. Kudu nganter les kesana kemari. Capek banget yaa. muteer aja jadi ibu rumah tangga itu, udah nggak digaji. diperas kayak babu."
Nah, tipe teman kayak gini, jarang-jarang aja kita deketin. kalau bisa malah, kita kabur aja jika beliau mulai menggerutu jaya seperti itu. Karena percuma buk, kita bisa kesetrum energy negatifnya. Ikutan mengeluh, makin capek rasanya. Ntar sampai rumah, cuman duduk nggelesor di depan tipi dan semakiin merasa capek padahal nggak ngapa-ngapain. Rumah tetep aja berantakan.

cari teman yang suka nyari duit [yang halal tentunya]. nah ini aku demen. mereka yang cas cis cus pandai berdagang, atau suka kesana kemari ngajarin ilmunya dengan sukarela murah meriah; cara menjahit, merajut, dsb. Atau teman yang suka aktivitas sosial, atau suka mengaji Al-qur'an dan hal lain yang positif, nah ini deketin. Ntar kita kesetrum ikutan suka belajar dan berbagi.

5. bersyukur dan bersungguh-sungguh ngurus  diri sendiri. Aku merasakan, ketika males ngurus badan, wajah karena merasa percuma dandan toh di rumah aja. hasilnya aku malah males aja di dalam rumah gitu. Giliran mulai care dikit, kadang luluran pakai scrub yang wangi alus. Rajin pakai lotion tiap habis nyuci piring atau nyuci baju. Bersihin muka sambil masak, entah diolesin pakai putih telur kek, tomat kek, timun kek atau sisa teh, apa aja yang ada di dapur. Wajah dikasih pelembab, bedak secukupnya, lipstik yang segar. Dan tentu saja penghadang bau badan yang wajib dipakai itu. Hasilnya makin menghargai diri sendiri. Memakai pakaian yang pantas ketika menjemput anak sekolah, nggak cuma celana jins belel, jilbab lusuh dan jaket lebih lusuh lagi, kayak aku dulu. Maka sekarang, biar keluar rumah cuman seimprit waktunya, tapi dengan menghargai diri sendiri memakai pakaian yang pantas, kita sampai dalam rumah tetap semangat. Nggak jadi males dan makbrug maunya ndlosor tidur melulu atau nonton tipi.

6.... dst
udah malem, otak saya rada nge-hang nih. ngantuk...besok dilanjut ya :)

semoga bermanfaat, jika ada yang salah, mohon mangap - eh mohon maap

Melanjutkan Ramadhan

1 komentar
Idul Fitri sudah hampir masuk waktu seminggu. Isi perut tak lagi sering kosong seperti Ramadhan kemarin. Malah seringnya kuisi makanan silih berganti. Sudah sarapan, lalu kue kering kemudian mangga dan lanjut sesuai apa yang ada.

Minum air mineral pun kulakukan beberapa menit sekali. Untuk mengatasi kerongkongan yang rasanya haus melulu. Mungkin balas dendam kemarin terasa kering karena puasa.

Karena sempat berhalangan rutin, Al-qur'an pun tak kupegang sama sekali. Kegiatanku lebih banyak berbenah rumah. Mencuci baju kotor yang menumpuk setelah mudik. Membersihkan isi kulkas, kompor, rak piring dan dapur semuanya. Yang biasanya berimbas membuatku malas belanja dan masak. Karena belanja membuat kulkasku jadi penuh dan bisa kotor lagi. Memasak pun membuat dapurku berantakan lagi dan bak cuci piring penuh lagi. Efek dapur bersih, hehehe.

Di depan tivi aku merenung (sambil setrika _ teuteup...), haruskah rutinitas selama Ramadhan berhenti begitu saja?

Tadarus
Tharawih (yg bisa diganti tahajud)
Nggak nonton inpotainment gosip
Berkompromi dengan haus dan lapar
Dsb

Konon katanya, diterima tidaknya amalan Ramadhan kita ini, baru tampak Pasca Ramadhan : ya sekarang inilah waktunya.

Jadi ?

Sayang ya jika dibiarkan berlalu begitu saja momen Ramadhan dan perasaan suka melaksanakan ibadah di dalamnya itu.

Biarpun pasti pasti sulit, mari bersetapak meneruskan Ramadhan ini اللّÙ‡ُ. Tak butuh ibadah kita.
Kita yang butuh.
Kita yang butuh.
Dan keluarga kita butuh tauladan dan percikan pahala dari amalan itu, demi mencari ridho اللّÙ‡ُ .

Bismillah, dengan semua kelemahanku, aku berharap diberi kemudahan untuk beribadah bersama keluarga besarku.

Allahumma 'ainna alaa dzikrika
Wa syukrika
Wa husna ibadatika

Ya اللّÙ‡ُ , tolonglah kami dalam berdzikir, bersyukur dan memperbaiki ibadah kami.

آمين ÙŠَا رَ بَّ العَـــالَÙ…ِÙŠْÙ†

Mulai dari hal yang terkecil
Mulai dari diri sendiri
Mulai saat ini juga

Have a nice praying process :-)


Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Kapal Pinisi

Tidak ada komentar
Dari Kick Andy Show yang baru saja tayang di Metro TV, tentang ekspedisi Ring of Fire.

Ada cerita tentang Kapal Pinisi.
Kapal buatan tangan orang Indonesia. Dari kayu terbaik. Dibuat tanpa sketsa, gambar dan perhitungan apapun. Tanpa ilmu sekolahan melainkan diajarkan secara turun temurun. Kapal Pinisi ini banyak dipesan oleh orang Belanda dan Inggris. Dibuat dalam waktu 2 tahun atau lebih, sesuai ukuran kapal. Dihargai dua milyar rupiah atau lebih. Dalam proses pembuatannya selalu diawali dengan do'a. Untuk peletakan kayu pertama, pemasangan tiang dan peluncuran kapal. Tiap tiang punya makna sendiri.

Kurang hebat apa Indonesia kita ini?

Bangga sekali !

»Aku Cinta Indonesia«

Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Lovely Reminder

Tidak ada komentar

Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Di Lebaran ini ..

Tidak ada komentar
Beberapa hari sebelum lebaran, berita duka datang dari sahabatku di dunia maya. Bayi mungilnya - 5 bulan- berpulang ke Rahmatullah setelah 2 hari masuk NICU karena kejang, ada pembengkakan di jantung dan masalah di paru-parunya.

Berita itu sangat memukul hatiku. Sejak dia hamil sampai melahirkan, aku ikut tahu bagaimana cerita gembiranya. Dan rencana dia ingin punya 3 anak saja, lalu fokus membesarkan mereka sambil berkarya : menulis novel seperti yang biasa dilakukannya.

Dan,ketika fotonya mengecup jasad bayinya kulihat di fb, hatiku mengerut memeraskan air mataku begitu derasnya. Aku sedih,sangat sedih. Perasaan kehilangan bayi seperti sama dengan perasaanku dulu yang mungkin akan kehilangan bayi. Di saat bayi keduaku lahir dulu.

Aku menangis sejadi-jadinya di depan laptop kecilku. Duduk, tergugu sendirian dan sengaja membiarkan kesedihanku terpuaskan. Mungkin ini juga airmata yang kupaksa kupendam ketika mendampingi anak keduaku di inkubator dulu.

Alhamdulillah, bayiku selamat dan sehat. Karunia ini semakin kurasakan. Susah payah mengurus anak,masih dan pasti sanggup kurasakan, daripada kehilangannya.

Ini semua takdir. Mau tidak mau, harus belajar ikhlas dan siap kehilangan mereka yang sudah jadi "milik" kita.




Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Ingin Jadi Ibu Rumah Tangga? Benarkah?

10 komentar
Untuk kesekian kalinya, ada teman curhat sekaligus konsul pada saya,kadang di malam hari. Entah lewat inbox fesbuk, chatting atau sms. Topik mereka sama : ingin resign kerja dan jadi ibu rumah tangga (saja) seperti saya ini.

Jika itu kenalan baru, biasanya awal disertai pujian dulu pada saya,yang mereka kira sebagai ibu rumah tangga yang sukses berbisnis sekaligus sukses ngurus keluarga.Baru kemudian mereka bertanya ini itu.

Yang biasanya mereka tanyakan, gimana caranya jadi ibu rumah tangga sambil bisnis, gimana mulainya, dan tentang kegalauan mereka mau resign apa nggak.

Menghadapi pertanyaan ini, saya sering geli aja sendiri. Pertama, saya heran juga kok bisa dibilang jadi IRT yang sukses bisnis. Saya amin-kan saja kalimat pujian itu. Kedua, saya bingung jika ditanya gimana caranya jadi IRT sambil bisnis ; karena saya gak pake mikir panjang pas mau jualan. Bondo nekad aja. Maka untuk menjawab hal ini,saya seringnya berbagi cerita saja,gimana saya memulai sebuah toko jilbab online.

Nah, untuk pertanyaan yang terakhir,jawaban saya gak pakai ragu. Dan cenderung tegas. Ketika mereka - para istri itu bertanya, mereka perlu resign apa ga ya? Langsung saya jawab "RESIGN saja ! Cari duit di rumah saja !"

Sering penanya jadi kaget dengan "kekakuan" saya ini. Nggak nyangka saya seenak udelnya aja nyuruh mereka berhenti dan tidak mempunyai gaji tetap lagi. Kayak yang saya nggak butuh duit aja.

Saya juga merasa sih, jangan-jangan para penanya ini sekedar uji coba perasaannya aja, nggak beneran ingin resign. Karena walau semanis apapun uraian tentang utamanya para istri dan ibu beraktivitas berbasis rumah, mereka tetep ragu-ragu melepas pekerjaan kantorannya.

Jika sudah begitu ngotot memberikan alasan kenapa dia harus tetap kerja, maka dengan cepat saya putus percakapan saya itu. Salah alamat saja sepertinya. Padahal nggak seharusnya saya begitu (saya pun sadar).

Tapi ya gimana, saya bilang saja : saya sekedar berbagi crita dan memberitahukan prinsip saya. Bahwa saya ini idealis, nekad dan berani melarat. Anak adalah alasan utama saya resign kerja. Memang kemarin-kemarin saya juga ragu mengambil keputusan. Karena ego saya ingin mandiri finansial lebih besar. Namun belakangan,ketika makin pasrah dan tulus menjadi IRT, toh rejeki lewat suami diberikan lebih mudah oleh اللّÙ‡ُ SWT. Dan dengan pengalaman ini,maka saya tanpa tedeng aling-aling mengatakan pada mereka yang bertanya itu dengan satu jawaban tegas. Jika kondisi menitipkan anak, dll tidak memungkinkan, maka RESIGN saja semoga lebih baik.

Semoga.. Semoga, saya harap begitu. Dan alhamdulillah juga, ada seorang teman baru juga yang dulu kerja di laboratorium negara,lalu hamil dan takut kehilangan anaknya lagi,sharing kepada saya. Dan saya yakinkan untuk berani memulai bisnis jika memilih resign. Dan sekarang dia sudah punya bisnis handycraft yang gejalanya makin laris.

Tentu, pendapat saya ini tidak mutlak benar dan bisa berlaku untuk semua orang. Namun saya ingin membagi prinsip nekad saya kepada mereka yang cemas kekurangan rejeki jika resign kerja.

Langit menyimpan banyak rahasia, termasuk rejeki kita. Kenapa dengan yakinnya kita hanya menganggap rejeki cuma dari kantor kita saja? Dan tetap bertahan disana dengan resiko anak-anak dan keluarga kacau atau tidak optimal?

Saya ingat kalimat bahwa Anak Shalih termasuk salah satu modal kita bisa nyangkut ke surga. Maka, bismillah dengan prinsip itu saya tak ragu lagi menjadi IRT - stay at home mom- dan fokus pada anak-anak.
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Uji coba insert Picture dari BB ke Blogspot

Tidak ada komentar

Aku pernah diledek mbakku nomer dua. Waktu masang jam ini. Katanya, lah, jam pas lulus kuliah kok udah dipasang foto bonusnya : dua prencils. Hehehe
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Uji coba

Tidak ada komentar
Baru saja nemu cara mudah ngisi blog pake BB. Memanfaatkan pushing email.
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Hijabers

Tidak ada komentar
foto dari sini
Namanya Ramadhan. Selain tema ibadah, yang rame juga tema busana muslim. Hijaber menjadi nama baru yang makin merakyat di media, terutama televisi.

Saya salut dan kagum juga dengan munculnya Hijaber ini.

Hijaber dari kata Hijab.
Dulu penggunaan kata Hijab, sangat limited. Pengertian paling awam tentang hijab [bagi saya] adalah penutup seluruh tubuh yang full seperti para perempuan di Afganishtan. Yaitu jilbab lebaar menjulur sampai kaki dengan cadar atau burqa menutupi wajah. Dengan warna hitam, biru dongker atau warna gelap lainnya.

Dulu, banyak yang enggan menggunakan kata Berhijab dan memilih untuk kata berjilbab atau berkerudung saja. Kesannya lebih ringan dan sesuai dengan proses menjadi muslimah yang ingin mematuhi perintah Alloh SWT untuk menutup aurat.

Lalu, entah dimulai dari siapa, kata Hijaber mulai muncul.
Hijaber yang biasanya tergabung dalam Hijaber's Community ini [dari penjelasan Dian Pelangi] bertujuan untuk mengedukasi para muslimah [khususnya Indonesia] bahwa hijaber, alias pengguna hijab adalah mereka yang tidak hanya peduli pada jilbab / kerudung saja. melainkan juga Hijab dalam arti menutup tubuh dengan pakaian yang sesuai syar;i, serta menghijabi hati agar sesuai dengan yang dititahkan Alloh SWT dalam Alqur'an.

Kreativitas designer dalam komunitas hijaber ini, menurut saya, patut diacungi jempol juga. terutama untuk para designer yang masih mengusung tinggi konsep pakaian muslimah sesuai aturan/syar'i.

Dengan kreativitas mereka, sekaligus cara berjilbab yang super kreatif juga a.k.a hijab style; akhirnya makin mendongkrak keinginan wanita muslim untuk mulai menutup auratnya.

Memang, beberapa segi, model berjilbab para hijaber ini juga menjadi sorotan. Karena kadang, tampak begitu berlebihan. Terutama mereka yang menggunakan inner jilbab dengan isi cempol yang begitu besar, bak punuk unta.

namun, jika kita jeli dan mau rajin mencari di internet, ada banyak designer yang kreatifnya masih dalam koridor syar'i, misalnya designer Gda's Gallery yaitu putri pertama dari Aa Gym. Beberapa saya lihat tergabung dalam sebuah toko hijab online di www.hijup.com.

Berjilbab menutupi dada, menjadi menarik sekarang dan sudah banyak diterapkan oleh para hijaber. Model baju, yang sebenarnya bagi saya, rada ruwet juga tampaknya, tapi berhasil sesuai dengan syar'i yaitu tidak transparan, tidak ketat dan menutup seluruh tubuh.

Saya anggap, Hijaber memulai langkah yang baik untuk syiar islam terutama syiar hijab. Bahwa ada kekurangan disana sini, itu adalah proses.

Benang Merah

2 komentar
Masih di bulan Ramadhan ya.
Hmm..sudah di minggu kedua, alhamdulillah. Sekeluarga saya sehat semuanya, bagaimana dengan keluarga kawan sekalian? semoga sehat selalu ya.

Perkara sehat, saya sendiri sering nyolong waktu minum sebutir kapsul habbatussauda atau ekstrak temulawak [ah kok saya lupa namanya]. Selang-seling. Kadang sehari minum Habbat, kadang temulawak. Sesekali ditambah sesendok madu, minumnya pas sahur atau pas sebelum tidur malam. Lumayan banget, badan tak mudah flu dan masuk angin, seperti biasanya, walau sedang puasa.

Wokay, selesai bicara suplemen-nya ya :)

Sudah beberapa bulan tidak memegang yang namanya "berkreasi". Walau ingin disangkal, dan tak ingin menjadikannya excuse. Tapi.. yang namanya kerjaan rumah kok ya menyita waktu lumayan banyak.

Ada hal baru yang saya mulai yaitu menjadi Reseller Pourvous Natural Bodycare. Sehingga perhatian terpusat disana. Saya bersyukur menemukan produk dan sistim bisnis di Pourvous ini. Produknya beneran bagus. Sistim bisnisnya sangat mudah.

Ketika aktif menelorkan Pourvous di setiap akun jejaring sosial saya ini, terus terang saya dilanda kejenuhan akut di kancah fashion dalam toko online saya di Jilbab Orin.

Saya juga menderita writerblock yang lumayan parah juga.

Dua "derita" yang saya alami ini, cukup mengganggu. Antara rasa bersalah, ingin maju namun entah, yang namanya isi kepala nggak bisa konek dan terisi.

Mengapa, oh mengapa? saya pun bingung sendiri. Ada yang bilang, ini adalah masa remaja kedua saya. Ibaratnya puber, ada puber kedua. Menjadi remaja pun begitu. Dalam arti menjadi remaja adalah masa yang labil dan mencari jati diri.

Ada seorang teman yang mengatakannya, kelak jika sudah berumur 35 tahun, maka saya akan stabil dengan sendirinya. tidak sering galau, bingung, dan menyesali apa yang sudah dilakukan. Persis perasaan ketika masih sweet seventeen itu.

Saya masih terjebak dalam segala perasaan kacau balau galau tersebut. Sampai saya membaca novel Perahu Kertas, karya Dee.

Di novel itu, ada cerita dari pak Wayan, Pelukis. Yang membiarkan dirinya tidak melukis selama bertahun-tahun, karena memang tak bisa melukis lagi, dalam arti, tak tahu harus melukis apalagi. Perasaan ini dibiarkan dan diterima dahulu dengan pasrah. Mengalir saja seperti air. Kelak akan bisa melukis lagi dengan sendirinya.

nah, dengan tulisan ini, membuatku cukup aman. Minimal tidak ruwet dengan kegalauan diri sendiri yang merasa semakin tidak produktif. Karena, saya tidak ingin ,menjadikan posisi sebagai ibu rumah tangga, kembali menyeret saya dalam perasaan tidak berguna itu tadi, karena tidak produktif.

Seiring waktu, saya akan menemukan benang merah kehidupan saya sendiri. Saya mempraktekkan minta bantuan kepada Tuhan, kepada Alloh Rabbul Izzati, untuk menunjukkan jalan mana yang paling baik untuk saya lalui.

Sekarang, yang saya lakukan adalah menjalani hidup, belajar bersyukur dan menikmatinya dengan cara yang semakin sederhana.