Podcast Bu Heni

Beras Kontrasepsi Hoax Atau Benar ?

11 komentar
Sedang marak beredar pesan BC (broadcast) tentang Beras Kontrasepsi ini. Yaitu beras yang mengandung pemutih dan pil KB sebagai bahan pengawet.

Inti dari pesan BC itu adalah seperti berikut:

LAKUKAN UJI BERAS.
Campurkan betadine pada nasi yang anda makan sehari-hari. Caranya dengan merendam sedikit nasi dengan air, kemudian diberi beberapa tetes Betadine. 
1. Jika nasi berubah sewarna seperti zat Betadine, maka nasi anda aman.
2. Jika berubah menjadi hitam, maka dalam nasi anda ada kandungan zat pemutih atau pengawet
3. Jika berubah menjadi biru atau ungu, maka dalam nasi anda ada kandungan kontrasepsinya.

Pesan ini beredar luas, dan beberapa teman sudah mencobanya pada nasi, bahkan ada anak-anak teman alumni di kimia yang mencoba menetesi batang spagethi yang masih mentah itu dengan Betadine. Dan hasilnya adalah :
1. Nasi + Betadine ---> warna biru ungu
2. Batang spagethi mentah + Betadine -----> warna biru ungu juga

foto kiriman teman saya, Euis (alumni Kimia ITB 1997)

note: untuk gambar nasi + Betadine menjadi ungu, teman-teman bisa mencari di internet dan sosmed karena sudah banyak beredar.

Mengapa hal ini bisa terjadi?
Apakah benar nasi kita mengadung zat kontrasepsi?
Kalau begitu, spagethi juga mengandung zat kontrasepsi?

Untuk menjawab hal tersebut, mari kita susun beberapa pertanyaannya:

1) Apa yang terkandung dalam nasi dan spagethi?
2) Apa yang terkandung dalam Betadine?
3) Apa yang terkadung dalam pil KB sebagai zat kontrasepsi yang diberitakan?
4) Mengapa nasi atau spagethi jika ditambah Betadine akan berubah warna menjadi biru/ungu?
5) Reaksi apa yang terjadi?


Dengan bahasa sederhana, jawaban dari pertanyaan di atas adalah:

Nasi ataupun spagethi mengandung karbohidrat. Nasi dari beras dan spagethi dari gandum. Kedua bahan itu mengandung zat pati atau amilum. Amilum atau starch adalah suatu karbohidrat yang mengandung banyak unit glukosa yang tergabung dengan banyak ikatan glikosidik. Bisa baca lengkapnya di wikipedia yaa :).

Betadine adalah nama dari sebuah antiseptik yang dijual bebas. Biasa dipakai untuk mengobati luka terbuka untuk mencegah dari bakteri. Zat antiseptiknya adalah povidon-iodin. Apa itu povidon-iodin? adalah suatu senyawa iodin yang mengandung unsur I ( Iodium). Itulah mengapa jaman dulu, orang menyebut obat sejenis ini sebagai obat merah atau obat yodium.

Pil KB mengandung hormon estrogen dan progesteron. Hormon ini adalah sekumpulan senyawa steroid. Senyawa ini tidak bersifat antiseptik.

Nasi atau spagethi + Betadine berubah menjadi biru/ungu, mungkin karena ada suatu zat dalam nasi (amilum)  yang bereaksi dengan suatu zat dalam betadine (Iodine)

Meninjau adanya kandungan amilum dan Iodine serta perubahan warna biru/ungu, maka literatur yang tepat adalah diarahkan pada Uji Amilum.


Uji Amilum
         Uji amilum biasa dilakukan  di kelas biologi untuk mengetahui kandungan karbohidrat pada suatu bahan makanan. Pengujian dilakukan dengan meneteskan beberapa larutan Iodine (Iodium) pada bahan tersebut. Bahan makanan yang diuji bisa dari pisang, kentang, roti, nasi, mie, gula pasir, tepung, telur dan lain sebagainya. Seperti pada seorang pelajar yang menuliskan hasil percobaan uji amilum di blognya.

Dari blog tersebut menunjukkan bahwa nasi + Betadine hasilnya ungu kehitaman. Hal ini menunjukkan kandungan amilum (karbohidrat) yang besar. Bukan menunjukkan bahwa di beras kita mengandung zat kontrasepsi.


Lalu bagaimana dengan adanya pil KB?

Kandungan steroid pada pil KB, adalah semacam senyawa kompleks yang (sepengetahuan saya) akan cukup sulit bereaksi dengan zat Iodine pada Betadine. Ataupun kalau bereaksi tidak menghasilkan warna biru/ungu. Untuk membuktikannya bisa dilakukan pengujian: pil KB + Betadine.

Memang dengan adanya uji nasi + Betadine ini belum bisa membuktikan apakah di beras kita ada pil KB atau tidak, karena warna ungu yang dihasilkan adalah reaksi dari kandungan amilum (karbohidrat) dengan Betadine. Jika ingin menguji adanya pil KB dalam beras, maka perlu dipilih zat kimia lain (bukan Betadine).

Akan tetapi, saya mencoba menarik analisa sederhana ala ibu-ibu:

1) Untuk apa pil KB dicampur ke beras?. Pil KB hanya mengandung hormon.  Dan sepengetahuan saya, hormon tidak bisa berfungsi mengawetkan beras. Berbeda dengan misalnya beras dicampur formalin atau zat pemutih pakaian, karena zat itu mengandung antiseptik (anti bakteri dan jamur), jadi bisa mengawetkan.

2) Kalaupun ingin menggunakan pil KB untuk tujuan tertentu, apakah tidak malah merugikan?. Bukankah pil KB berukuran sangat kecil dengan kandungan hormon kecil pula. Jika ingin mengawetkan beras sekarung isi 25 kg, bayangkan berapa kerdus pil KB yang diperlukan?. Jatuhnya lebih mahal kan? Tentu bisa bertolak belakang dengan niat pemakai yang ingin lebih untung dalam berdagang beras. Berbeda dengan pemakaian formalin yang murah harganya.

3) Jika saja ada kandungan hormon dalam beras, mungkin saja berasal saat proses tanam. Bisa saja dari pupuk atau penyubur tanaman padi. Jadi bukan dari pil KB yang sengaja ditambahkan ketika padi sudah dipanen dan diolah menjadi beras. (ini murni pendapat saya)

Jadi, berita Beras Kontrasepsi itu adalah HOAX ???

Silahkan teman-teman sendiri yang menyimpulkan :)

Saya melakukan studi literatur untuk menganalisa berita ini, dan menyediakan link sumber referensi tentang beberapa hal yang bisa kita investigasi sendiri untuk membuktikan kebenaran info tersebut. Keputusan di tangan teman-teman semua.

Saya juga sangat terbuka jika ada teman-teman lain yang menguji lagi di rumah. Seperti saran dari teman saya, Cip, kita bisa melakukan semua pengujian di rumah satu persatu untuk memperkuat penyelidikan kita sendiri. Yaitu dengan menguji campuran dari:

1) pil KB + Betadine
2) zat pemutih + Betadine
3) zat pengawet + Betadine
4) nasi + pil KB + Betadine
5) nasi + zat pemutih + Betadine
6) nasi + zat pengawet + Betadine
7) nasi + pil KB + zat pemutih + zat pengawet + Betadine
Lalu bandingkan semua hasilnya, jika ada teman-teman yang sudah melakukannya di rumah, saya tunggu sharingnya ya :)


Semoga menginspirasi
-Heni PR-


11 komentar

  1. sekarang ini kita di tuntut untuk menjadi konsumen yang cerdas yah mbak..
    konsumen yang tidak serta-merta langsung percaya dan menelan mentah-mentah info yang beredar di masyarakat..
    contohnya seperti beras kontrasepsi ini :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya. Kalau sudah resah dgn segala macam berita. Ya udah makan biasa aja sambil baca bismillah, slamet slamet slameetttt 😀

      Hapus
  2. BC yang meresahkan.. Semoga ada klarifikasi dr yang berwenang agar yang sudah terlanjur tahu BC tersebut bisa tenang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya ya, ditunggu dari BP POM untuk klarifikasi.

      Hapus
  3. Hemat sy sih gini, coba aja beras yg lgsg dr tangan petaninya yg blm sm sekali diolah hingga proses akhir,nah beras trsebut di masak trs di uji coba lg menggunakan betadine.dr situ kita bisa melihat hasilnya, apakah sama atau tdk dg BC yg nyebar dan membuat masyarakat agak resah.maaf apabila ada kalimat2 yg salah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa dilakukan, namun berdasar Uji Amilum. Nasi + Betadine akan membentuk warna ungu, karena adanya karbohidrat di dalam nasi yang berraksi dengan zat iodium di dalam Betadine :)

      Hapus
  4. Tengkiyuuu untuk info nya yaaa Mba.. Sangat bermanfaat,qta di tuntut untk lebh bisa memilih berita yg hoax Dan yg tdk.. :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama-sama. Iya berita hoax sangat meresahkan dan mudah sekali tersebar luas

      Hapus
  5. Makasih infonya. Sangat membantu :)

    BalasHapus
  6. Siang ini sy kedatangn ibu2 muda tetangga komplek....dan mrk sdh melakukn test sprti itu dan hslnya sprti yg diatas.....nasi dan air brubah mnjd hitam.Sy sih cuma bilng sdh cek ricek blm sdh tany ke bpom blm sbaca internet blm (mksd sy intinya jgn terpancing berita2 begitu) tp lucunya jd sy yg salah.....sy dicemberutin ahihi sy sih merngerti niat baik mrk tp munk krn msh muda mrk jd gampang terpancing....resiko jd seleb whehee

    BalasHapus

Terima kasih telah meninggalkan jejak dan memberikan komentar.
Pasti lebih menarik jika kita terus ngobrol. Bisa ke facebook: Heni Prasetyorini dan Twitter: @HeniPR. Sampai jumpa disana 😊