Podcast Bu Heni

Menabung Emas Agar Masa Depan Anak Tak Lagi Bikin Was-Was

3 komentar
 "what is important for kids to learn is that no matter how much money they have, earn, win, or inherit, they need to know how to spend it, how to save it, and how to give it to others in need. This is what handling money is about, and this is why we give kids an allowance. (Barbara Coloroso)

 Dua anak lelaki saya sudah terbiasa dengan kata hemat, ngirit dan menabunglah dulu jika butuh sesuatu. Garis bawah pada kata "butuh" bukan "ingin". Untuk mendapatkan suatu barang, perlu komunikasi dan kompromi yang panjang antara saya,suami dan anak-anak. Bahkan dengan kebiasaan ini, anak sulung saya lebih parah lagi. Dia supeeer ngirit.

Anak ini rela lapar di sekolahan dan hanya kenyang dari acara makan besar, makan nasi beserta lauk pauknya. Tidak ada acara beli jajan kek, es mambo kek. Pokoknya cuma makan aja. Demi apa? ternyata demi menabung uang jatah bulanannya secara diam-diam.

Saya sebagai emak, antara seneng, bangga juga kuatir.
Seneng dan bangga karena nih anak bakal aman masa depannya. Karena terbiasa menabung dan tidak hura-hura beli hal yang nggak penting. Kuatirnya kalau dia sampai kurus kering demi menahan lapar, untuk bisa menabung.

Konsep hemat yang sudah tertanam ini, sebenarnya hasil didikan dari ibu saya. Apalagi ibu jaman dulu ya, kalau nabung hanya dianjurkan satu hal, menabung emas!

Sebelumnya ya cuma ngikut saran ibu, untuk membeli perhiasan emas lalu memakainya. Sayangnya kadang kan karena pemakaian jadi luntur, juga resiko ilang. Akhirnya setelah mengenal adanya Pegadaian Tabungan Emas di pegadaian.co.id saya mendapatkan alternatif baru cara menabung emas.

dapet juga nih tabungan emas :)
Teman saya yang memberitahukan hal ini. Menarik juga ya konsepnya. Kita menabung uang, nanti disetarakan dengan emas. Kalau mau penarikan tabungan, bisa berupa uang atau berupa emas batangan. Kalau mau ambil bentuk emas batangan, akan ada biaya percetakannya.

Saya pikir, kalau konsep gitu, pasti buka tabungannya mahal seperti bank pada umumnya. Dan males banget kalau tabungan kita lama-lama habis kesedot biaya admin. Eh, ternyata nggak loh. Untuk Pegadaian Tabungan Emas, awalnya cuma habis duit 22 ribu aja. Udah dapet emas senilai 0,0110 gram seharga Rp.5.460,- (kan harga emas mengikuti tren toko emas terbaru juga).

Ah ya, nggak mahal, okelah nanti bisa nabung dikit demi sedikit. Sekitar nabung 50ribuan, waktu longgar, kan lumayan. Nabung dikit-dikit gitu juga nggak khawatir bakal habis kesedot biaya admin. Karena, kata pak petugas tadi nih, biaya admin per bulan itu nggak ada alias NOL rupiah. Hanya ada biaya admin per tahun, cuma 30 ribu aja. Wis sip, mantep lah. Buat nabung sisa belanja, kan aman.


setelah ini, emaknya bisa bekerja dengan lebih tenang
Jadi begitulah, sejak mengenal Tabungan Emas di pegadaian, saya mulai beralih nggak beli emas dalam bentuk perhiasan. Saya pun berencana mengajak anak untuk ikutan ngisi tabungan ini, dari simpenan uang jajannya. Kebetulan nih kantor Pegadaian, dekat banget sama sekolahan anak.

Saya perkirakan, jika satu bulan saya rajin menabung minimal 300 ribu aja. Kelak waktu anak saya yang SD udah mau kuliah, bisa lumayan tuh tabungan saya. Bisa buat bekal dia mau kuliah atau modal bisnisnya.

Pegadaian pasti kinerjanya profesional, jadi bisa dibilang tabungan emas kita aman disana. Proses pencairan juga mudah, jika suatu saat kita butuh. Kalau anda penasaran bisa datang ke kantor cabang Pegadaian terdekat, lalu mintalah informasi tentang hal ini. Pasti dibantu banget. Tempo hari, saya malah dilayani oleh pak satpam. Saya tinggal nyerahin KTP dan uang 22ribu ke beliau. Lalu duduk manis, kemudian dipanggil petugas teller, tanda tangan ini itu, selesai. Cepet nggak pake ribet.

Nah, daripada nabung perhiasan emas di rumah trus kepikiran mending cobain deh Pegadaian Tabungan Emas. Semoga dengan cara ini, apapun kebutuhan keluarga dan anak-anak kita di masa depan, nggak bikin kita was-was.

Cara Mudah Menjual Apartemen Secara Online

Tidak ada komentar

Ada begitu banyak apartemen dijual di luar sana. Namun sayangnya, tidak semua apartemen tersebut diminati oleh pembeli. Bahkan tak jarang, ada juga apartemen yang tak kunjung laku. Kurangnya minat pembeli terhadap apartemen ini bisa disebabkan karena harganya yang terlampau mahal. Selain itu, faktor lain yang bisa mempengaruhi misalnya kurangnya fasilitas, tingkat keamanan yang kurang baik, dan lain sebagainya.
Nah, jika Anda mengalami kesulitan menjual apartemen secara langsung, mengapa tak mencoba menerapkan strategi lain? Misalnya menjual apartemen secara online. Namun sebelum itu, perhatikan beberapa hal berikut ini:

1.     Memanfaatkan media sosial
Dengan adanya media sosial saat ini, kita dapat memasarkan barang apapun dengan  semakin mudah. Sayangnya, tidak banyak orang yang tahu tentang bagaimana cara memanfaatkan media sosialnya untuk mempromosikan barang dagangan. Tidak hanya sekadar melakukan promosi, tapi ada strategi pemasaran seperti memasang Facebook Ads, Instagram Ads, atau Promote Twitter.

2.     Memasarkan melalui forum
Tempat nongkrong orang-orang sekarang ini tidak hanya di café, tapi juga di forum online. Biasanya, orang-orang yang memiliki hobi yang sama akan berkumpul secara di forum-forum online tertentu, misalnya forum jual beli rumah atau forum apartemen . Jadi, Anda bisa dengan mudah menawarkan properti berupa apartemen Anda tersebut di forum-forum yang jual beli apartemen tersebut. Dengan begitu, kemungkinan apartemen Anda laku pu lebih besar pula.

3.     Beriklan di Google
Anda juga dapat menggunakan layanan iklan dari Google bernama Google Adwords. Dengan menggunakan Google Adwords, iklan Anda akan sering muncul di halaman pertama Google. Semakin besar dana yang Anda alokasikan untuk iklan ini, semakin banyak pula orang yang akan melihat iklan tersebut. Dengan begitu, kemungkinan terjualnya apartemen dijual yang Anda tawarkan pun semakin besar.

4.     Pemasaran melalui agen
Jika Anda tidak bisa memanfaatkan media sosial, forum online, serta beriklan secara digital seperti menggunakan Google Adword, Anda bisa serahkan urusan pemasaran apartemen Anda kepada agen property yang sudah handal. Mereka umumnya sudah menguasai strategi marketing online dengan memanfaatkan semua source yang ada sekarang.
Sayang sekali jika Anda tidak memanfaatkan semua yang sudah ada di era digital saat ini. Orang sudah terbuka dengan dunia online. Jadi, semakin mudah untuk menemukan calon konsumen Anda secara online.
Agar pemasaran semakin efektif dan apartemen Anda terjual dengan mudah, hubungi saja agen profesional agar apartemen dijual atau dipasarkan secara efektif. Semoga bermanfaat!




Independensi Ala Ibu Rumah Tangga

24 komentar
 It takes nothing to join the crowd. It takes everything to stand alone

Perlu keberanian berdaya ribuan kilo Joule, untuk memutuskan sebagai "independent". Tidak mudah mengatur hati, diri dan motivasi ketika bekerja sendiri. Apalagi jika alasannya adalah segala bentuk pekerjaan dan amanahmu sebagai ibu rumah tangga.


Kok gitu sih?
Anak-anak dihandle suaminya dong, gantian.

Manja banget sih anaknya?
Suruh mereka berangkat sendiri.


Pernah mendapatkan komentar seperti ini? 
Kalau saya sudah khatam, :)

Yaa, begitulah. Yang memahami perasaan ibu rumah tangga, ya.... mereka yang mengalami sendiri sebagai ibu rumah tangga 100% persen, tanpa asisten rumah tangga, tanpa siapapun yang bisa dititipi anaknya jika ditinggal.

Yang belum pernah merasakannya, mungkin akan lebih sulit paham, kenapa IRT itu mudah banget membatalkan janjinya, HANYA karena alasan anaknya sakit.
Atau susah diajak janjian karena alasan terbentur jadwal anaknya ikut lomba mewarnai atau sedang ujian tengah semester di sekolah.

Terdengar sangat remeh temeh, bagi mereka yang tidak tahu seberapa penting hal tersebut bagi kelangsungan hidup sebuah rumah tangga.

Proses Menjadi Independent


Menerima Diri Sendiri
Saya pernah masuk dalam momen putus asa ketika tidak bisa "join the crowd". Tidak bisa berkumpul, berkarya dan bekerja bersama-sama dengan kebanyakan orang. Di komunitas blogger, saya tak punya nyali karena susah sekali bertemu muka. Alasannya apa lagi, kecuali waktunya berbenturan dengan jadwal antar jemput anak sekolah. Apalagi jika acaranya mulai ba'da Maghrib. Itu adalah hal yang mustahil.

DEPRESI banget deh, asli.
Tapi, mau gimana lagi itulah tipe rumah tangga saya. Mengubahnya tidak bisa seperti sulap. Harus ada kesepakatan, pembiasaan dan perbincangan yang cukup panjang.
Ya, saya bertipe rumah tangga jadul, kuno, konservatif dan apalah sebutannya, Just Name It.




Terinspirasi Blind Coder (Programmer Tuna Netra)

Apa iya kita harus depresi terus?
Nggak jalan kemana-mana dong.

Saya tersengat dengan cerita ketika saya ikut acaranya Female Geek tantang programnya mengajari para tuna netra membuat website.

Mbak Anne mengatakan, programmer tuna netra ini berhasil membuat website.

Wow, bayangkan.
Saya saja memahami coding web design, merasa kesulitan dan mudah berhenti. Ini mereka yang mendengarkan code dan kerja komputer lewat suara, bisa berhasil.

Mereka punya banyak keterbatasan, tapi mereka bisa melaju terus. Lah, aku ini? sehat walafiat, normal semuanya. Kenapa harus berhenti hanya gara-gara tidak bisa pergi kemana-mana?
Memangnya kerja di balik meja, di dalam rumah tidak bisa menghasilkan apa-apa?
Tidak bisa mencapai kualitas yang baik?

Fokus Pada Kekuatan Diri
Baiklah, saya sudah mengesampingkan semua kesempatan yang lewat karena saya tidak bisa leluasa "join the crowd". Maka, saya fokus meningkatkan potensi diri, menambah ilmu pendukung profesi dan mengasah skill saya sampai mumpuni.

Saya memilih fokus di satu hal. Yaitu TEKNOLOGI.
Teknologi maksudnya seputar teknologi informasi, yaitu digital learning, digital writing, coding, blogging beraroma coding dan startup. Untungnya keluarga saya mempunyai toleransi dan dukungan besar dengan proses belajar. Jadi, saya bisa mengikuti even serupa seminar dan workshop.

Berani Berkata TIDAK
Karena memilih fokus di dunia IT, maka saya harus meneguhkan hati untuk berkata tidak pada hal-hal yang diluar tema saya. Karena waktu untuk keluar rumah tidak banyak, saya harus memilih dengan hati-hati. Keberanian ini juga mendapatkan respon beragam. Ada yang menghargai, ada juga yang berkomentar melemahkan. Sudahlah, anggak saja itu hukum alam.

Kerja Keras Tak Pernah Mengkhianati
Sunatullah berlaku disini. Siapa yang bekerja bersungguh-sungguh, akan menuai hasil yang ditunggu. Saya seribu persen yakin akan hal itu. Maka, saya atur strategi agar semua yang saya hasilkan bisa meningkat kualitasnya. Ketika menulis artikel di blog, saya usahakan isinya semakin berbobot. Saya melakukan riset yang cukup banyak, membaca beberapa artikel, membaca sejarah, mencari quote, mencari sudut pandang berbeda dan hal lain penting lainnya.

Saya membeli buku tentang Copywriting. Saya mengunduh aneka jenis ebook tentang elearning, startup, web design atau apalah yang ingin saya pahami lebih. Saya lakukan itu dengan ZERO MIND. Walaupun postingan itu tidak berbayar, jika topiknya mendukung fokus saya, akan saya lakukan sepenuh hati.

Saya berhati-hati sekali mengelola sosial media. Menahan diri sekuat tenaga tidak mudah membagikan berita viral atau berkomentar, jika itu tidak berkaitan atau mendukung fokus saya. Saya memilih mengalihkan atau mengisi beranda dengan nada motivasi dan inspirasi. Biarlah dianggap tidak update berita, tidak peduli, tidak berdoa; toh cara berdoa itu tidak dengan menuliskannya di status sosial media.

Dan sedikit demi sedikit, usaha kita menunjukkan hasilnya. Orang-orang yang mau bekerjasama dan membutuhkan jasa kita, ternyata datang sendiri karena kualitas yang mereka amati selama ini.


Puncak Independensi Ala Ibu Rumah Tangga
stand alone bravefully
Ketika prestasi kita sudah mulai nampak, mulailah banyak orang yang datang menawari kerjasama. Disini kita harus tetep pasang kepala dingin, waspada tidak jumawa.
From nothing to something, dari nggak dikenal lalu disapa saja, kita bisa merasa wah. Apalagi, jika orang datang, memuja muji kita dan ingin menggunakan jasa kita dalam projeknya.

Awalnya saya merasakan itu. Mudah merasa wah. Dan mudah berkomitmen dengan siapa saja yang katanya membutuhkan bantuan saya. Tetapi dengan berjalannya waktu, saya harus berpikir lebih bijak.
Projek yang menuntut waktu yang panjang, tidak berani saya ambil. 

Saya tidak berani ikut dalam projek jangka panjang yang menuntut meeting berkali-kali, sosialiasi berhari-hari, berkeliling dan pergi kemana-mana. Jika posisi saya masih muda, anak kuliahan atau baru lulus, okelah diajak ini itu yang butuh banyak waktu. Lah, saya ini ibu rumah tangga. Prioritas terbesar masih anak dan keluarga.

Jadi mohon maaf. Daripada nanti ujung-ujungnya konflik, pada ngambek kalau saya nggak bisa meeting karena kudu antar jemput anak. Yaaa, mending saya mundur dan mempersilahkan mereka mengatur jadwal lagi jika membutuhkan saya.

Alhamdulillah, cara ini ternyata bisa juga berjalan. Ketika saya memberikan rambu-rambu, bahwa kalau ngajak saya nggak bisa meeting dadakan karena meninggalkan anak dan suami di rumah, harus dilakukan persiapan ini itu. Sebisa mungkin saya maksimalkan teknologi komunikasi berupa email, messenger atau cloud computing untuk berbagi data. Sehingga mengurangi intensitas untuk meeting kopdaran yang memakan waktu.

Saya pun punya keterbatasan untuk pergi kemana-mana. Alasannya karena saya ini ahli nyasar juga sering nervous sendiri kalau jaraknya udah kejauhan apalagi bakal pulang malam. Efek kelamaan kudu semedi di dalam rumah kali ya? :)

Makanya, teman saya di komunitas Blogger sering bercanda, kalau ngajak mbak Heni, pasti ditanya dulu, "tempatnya dekat rumah nggak?" heheheeh.
Karena mereka udah hafal, kalau lokasi acaranya cukup jauh, saya pasti melipir nggak berani daftar.

Begitulah, bagi teman-teman yang mengalami kesulitan yang sama seperti saya dalam ranah ibu rumah tangga; bisa berbagi rasa dengan saya disini. Tetaplah semangat meningkatkan kualitas diri. Dan yakinlah, kalau sudah rejeki pasti datang sendiri. 
Ibu rumah tangga, punya peluang juga berprestasi.

Salam,

Heni Prasetyorini