Podcast Bu Heni

Komik LINE Webtoon dan Sex Education Untuk Anak di Rumah

3 komentar
"Ma, aku mau bikin komik di Webtoon ah,"
Begitu kata anak sulung saya di depan bak cuci piring.

Sambil memeras kaos saya yang basah karena kecipratan air kran saat mencuci piring, saya nyengir kuda dan menjawab, "wah asik. Webtoon apa'an sih? bisa dilihat di browser?"

 "Pake LINE ma," gitu jawab anakku. "LINE? kamu donlot LINE sekarang?".

 Ya, tanpa babibubebo saya pun ikutan mendonlot LINE, sebuah messenger yang makin banyak dipakai anak muda. Setelah itu, saya menginstall Webtoon juga.


Ngapain Sih Latah Pake LINE & Webtoon Segala Mak?


 Nggak ada hal yang paling menyeramkan bagi saya, kecuali anak laki-laki saya berada di jalur yang nggak bener. Misalnya merokok, narkoba, kriminalitas ala geng motor dan pornografi sekaligus sex bebas.

Kalau teman lain memilih pasang BENTENG blokade semua akses yang berpotensi "bahaya" untuk anak.

Saya memilih pasang FILTER. Saya rela rempong mengakses hal itu bersama anak, duduk di samping anak, dan jika ada yang kurang benar nantinya akan saya bicarakan bersama anak saya.

Cara saya ini tentu tidak sama dengan teman lain dalam menerapkan sistim parenting. Saya juga tidak membuka akses perdebatan. Karena model parenting itu tidak bisa disamaratakan seperti rumus menghitung sudut bangun datar, harus saklek. Situasi, kondisi, keadaan ekonomi, spiritual, budaya, dan lain sebagainya mempengaruhi gaya parenting keluarga.

Satu hal yang sangat saya pegang kuat adalah bahwa saya tidak bisa menggunakan pola parenting jaman dulu. Dimana antara orang tua dan anak terdapat jarak yang sangat jauh. Tidak bisa curhat, tidak bisa bercanda atau bahkan main bersama.

Kali ini, saya ingin sekali menjadi TEMAN ANAK sampai kapan pun umurnya nanti. Oleh karena itu, di setiap ide atau hal baru yang ingin mereka cicipi, saya ikutan juga nyemplung disana. Kadang rempong juga deh sebenarnya, tapi nggak papalah, demi anak.

Komik Webtoon dan SEX Education

Ketika saya mendengar kata Webtoon, spontan yang terbesit sih ketakutan jangan-jangan disitu banyak komik porno. Jadi, malam itu juga saya nguprek tuh Webtoon. Eh, malah cekikikan dan terkagum-kagum sendiri sih.

Ceritanya banyak yang lucu. Dan gambar komiknya itu loh, alus dan bagus bangeet, kayak komik Si OCONG. . Kok ya mau penulis komik ini susah-susah upload hasil karyanya di Webtoon tanpa dibayar to? amazing deh.
Maklum emak-emak mikirnya udah dagang aja nih, hahaha.

Eh tapi, kata anak saya. Kalau masih di Webtoon Challenge sih, emang gratisan. Tapi kalau komikusnya udah layak standar, maka akan direkrut jadi Komikus Tetap oleh Webtoon, dan itu dapat "gaji". 

Kembali pada kecemasan akan pornografi, saya buka komik berjudul Pengantin Gaje. Wah dari judulnya rada gimana gitu kan? nah pas saya buka, itu ternyata cerita pengantin baru yang mengalami konflik kecil yang lucu-lucu. Memang ada sedikit adegan dewasa, namun sebelum tayang, ada peringatan tertulis bahwa gambar itu untuk UMUR 17 TAHUN KE ATAS. Kalau di klik Lanjut, baru bisa muncul.Tapi adegannya tidak vulgar kok. Saya harapkan memang ada kebijakan sih di Webtoon Indonesia ini, karena saya belum eksplor banyak komik lagi.

Memang, kita nggak akan bisa menjamin anak-anak kecil atau remaja dibawah umur 17 tahun, yang mengakses komik semacam itu, akan menaati aturan. Akan berhenti dan tidak melihat gambar. Nah disinilah pengawasan orang tua dan pendampingan harus dilakukan.

Kalau ada hal begini, biasanya malah saya manfaatkan untuk mengenalkan dan membicarakan tentang SEX EDUCATION.

Hari gini, akses google dan share di sosial media sangat tinggi, mustahil anak kita tidak terpapar hal berbau pornografi. Bahkan jika tidak mengakses pun, akan mendengar dari cerita teman bermainnya, seperti anak saya yang kedua. Saya punya cara yang mengadopsi ilmu parenting dari bu Elly Risman dan beberapa psikolog lainnya. Serta dengan gaya karakter keluarga kami sendiri. Begini strategi saya mengenalkan dan membicarakan SEX EDUCATION ke anak lelaki saya.

  1. Sex education awal adalah mengenali dirinya sendiri. Dan tentang siapa saja yang boleh memegang area tubuh dan tidak. Hal ini ketika anak masih kecil-kecil, sebelum kelas 3 SD.
  2. Sejak kecil saya melarang anak menjadikan guyonan anggota tubuh perempuan. Misalnya tentang "breast", akan saya katakan bahwa itu diciptakan untuk memberikan ASI kepada bayi, sehingga bisa sehat. Bukan untuk ditertawakan. Intinya saya mewajibkan anak lelaki saya menghormati perempuan, bahkan sejak mereka kecil.
  3. Jika ada adegan dewasa seperti "kissing" yang kadang nyelonong di film kartun lucu sekalipun, maka saya tidak mendadak menutup matanya lalu membentak melarang. Jika mereka terlanjur melihat, akan saya bilang, "itu boleh saja kok, asal sudah menikah. Kalau nggak menikah, ya kayak hewan aja di kartun itu bukan manusia."
  4. Ketika anak bertanya tentang hubungan orang dewasa, saya akan menjawabnya ala guru Biologi. Ilmiah aja menjawabnya. Tidak pake cekikikan malu-malu. Atau langsung memutus obrolan dengan bilang, "hush, itu saru, nggak sopan, dosa, diam, kamu jangan aneh-aneh, sekolah aja yang bener!". Saya tidak memilih itu, saya akan menjawab saja, sepotong-sepotong sesuai pertanyaannya. Tidak perlu menjawab sangat detil karena anak belum tentu ngeh dengan pertanyaan dan jawaban kita. Jika mereka tidak bertanya, ya sudah, kita berhenti bicara.
  5. Hal ini wajiib dan saya tekankan berkali-kali. Yaitu, anak wajib cerita apa saja yang terjadi, yang dia lihat, yang bikin dia merasa aneh, takut, senang atau apapun, kepada saya. Supaya jika ada apa-apa, saya bisa segera mengatasi dan mencari jalan keluarnya. 
Itulah sharing cara saya "berbicara" kepada dua anak lelaki saya tentang hal yang dulu sangat "saru" untuk dibicarakan antara anak dan orang tua. Apalagi antara IBU dengan anak lelakinya.

Sempat saya ragu dan bingung, Ternyata tidak ada masalah jika IBU membicarakan hal ini dengan anak lelakinya. Asal sebelumnya kita sudah punya kedekatan batin yang cukup baik. Dan itu memang harus dibina sejak mereka masih kecil. 

Semoga saja, dengan cara ini anak saya bisa mempunyai FILTER yang baik. Sehingga jika kelak misalnya berhadapan dengan lingkungan yang sangat buruk, atau merantau ke luar negeri dan melihat temannya berperilaku sex bebas, mereka bisa menentukan dan menyaring sendiri, mana perbuatan yang baik dan tidak. Tentu dengan koridor TAUHID yang sangat kuat. 

"Kalau nanti kalian keliling kemana-mana, mama sudah nggak bisa lihat dan ngawasi. Tapi Alloh SWT kan selalu bisa melihat kalian, nak. Ingat ya. Malu, kalau kita aneh-aneh. Sama Alloh SWT sudah dikasih tangan, kaki, badan lengkap. Jadi yang baik-baik saja ya. Jadi mandiri lalu bantu orang lain."

Udah, itu itu aja yang saya ulang-ulang bicarakan ke anak-anak. 
Harap maklum juga, saya mah apa atuh. Hanya emak-emak biasa bukan Mamah Dedeh. Ilmu agama saya masih cetek bangeet. Semoga dengan keterbatasan ini itu, saya sudah memberikan tools yang baik dan benar untuk anak di masa depannya. 

Ah, gitu aja ya. Kalau teman-teman gimana ke anak lelakinya? 
Kalau ke anak perempuan gimana ya? makin parno apa kalian ya mak-emaak? 


Kembali ke komik Webtoon, akhirnya inilah hasil karya anak saya yang sulung itu. Nih anak, emang dari kecil suka bikin komik. Webtoon oke juga untuk menyalurkan minat anak yang suka menggambar dan bikin komik. Asal tetap didampingi ya mak emak...



Semoga bermanfaat ya.

Salam,

Heni Prasetyorini

3 komentar

  1. Aku malah sdh lama uninstall line, Mba. Dan baru tau ttg webtoon ini dr postinganmu ini. *kemana aja eikeh?

    Sepakat dg metode parentingmu, Mba. Ga jamannya lagi bicara malu apalagi bilang saru jika pembicaraan ttg sex mengemuka di antara ibu dan anak. Mending dia dotkan sex education dr org tua lgsg drpd diskusi bersama teman kan? :)

    BalasHapus
  2. nah..itu.., sedikit dimasukin nilai agama..mengngatkan bahwa tuhan selalu mengawasi....

    informatif mba..makasih...

    BalasHapus
  3. Nyimak buat persiapan ngobrol sama anak lanang. Anak makin dilarang makin penasaran. Kalau kebablasan ini yang bahaya

    BalasHapus

Terima kasih telah meninggalkan jejak dan memberikan komentar.
Pasti lebih menarik jika kita terus ngobrol. Bisa ke facebook: Heni Prasetyorini dan Twitter: @HeniPR. Sampai jumpa disana 😊