Podcast Bu Heni

PATAH HATI

Tidak ada komentar
kalau ibu Bidan Robin yang menggagas adanya yayasan BUMI SEHAT di BALI, mengatakan, beliau PATAH Hati, ketika menyaksikan seorang ibu dan bayinya meninggal ketika dalam proses persalinan.

Maka, patah hati yang lain seringkali juga terjadi kepadaku.

Setelah kutelusuri, sejak aku SMP dan sering berkendaraan umum melewati kawasan Dolly atau Jarak di Surabaya, yang notabene sebagai kawasan para wanita PSK, disitulah aku mulai patah hati,

terutama, ketika aku melihat deretan wanita berpakaian minim, berdandan menor, duduk rapi di balik etalase rumah itu, aku patah hati.

sedih sekali melihat mereka mencari uang dengan jalan menjual diri. dan aku lebih patah hati ketika melihat ada perempuan yang masih sangat muda di dalam ruangan bernama wisma-wisma itu.

kasihan sekali.

dan kemarin, ketika aku berbincang dengan seorang saudaraku, dia pun bercerita, dua temannya yang melakukan hal yang sama.

yang satu,
ditinggal meninggal suaminya ketika anaknya kecil. lalu bekerja sebagai petugas pembersihan di salah satu wisma psk. akibatnya dan akhirnya terjebak dengan lelaki tua pemilih wisma itu. mau tidak mau, dengan ancaman sana-sini, lelaki tua itu tetap memaksa perempuan ini memenuhi keinginannya.
yang ,membuatku semakin patah hati.
aku pernah bertemu perempuan ini. bercanda, dan bertukar resep membuat martabak bihun. sama sekali aku tidak menyangka dia punya cara hidup seperti itu, untuk memenuhi kebutuhan anaknya [itu dalihnya].
miris. aku tak mau berkomentar tentang keimanannya kenapa mau menadah uang haram dengan menjual dirinya.
tapi, untuk hal-hal seperti ini, aku seperti ingin menyelami perasaan perempuan itu. apa bener dia senang?

dan ternyata tidak. sejatinya, di setiap langkah dia mau mengunjungi lelaki tua bedebah yang memanggilnya itu, hatinya luka tidak kepalang. sakit sekali.
tapi, mungkin juga, luka hati itu cepat terobati dengan beberapa lembaran uang seratus ribuan.

miris!!!


yang kedua,
seorang tetangga saudaraku ini. rela melakukan hal yang sama dengan perempuan pertama untuk sejumlah uang. dan ajaibnya, pasangannya adalah, lelaki tua tetangganya sendiri.

note : lelaki tua.
yang jauh lebih tua daripada umur suaminya yang masih hidup dan tinggal serumah, dan rukun-rukun saja.

alasan perbuatan ini, karena lelaki muda suaminya itu adalah orang yang tenang dan rileks saja ketika menjadi pengangguran tanpa nafkah untuk keluarganya.

gila!!

rasa marah ini selalu bercampur dengan patah hati semacam itu.

wahai kaum perempuan,
mungkin jika kau asah keimananmu itu lebih dalam. dan kau biarkan tangan dan kakimu lebih keras bekerja, maka kau takkan terjerumus di lembah-lembah nista semacam ini.

atau?
ini juga tugas kita - perempuan terhormat- untuk ikut serta menaruh perhatian kepada mereka?

bagaimana?
mungkin dengan membagi pelatihan ketrampilan kepada mereka?
mengajaknya masuk dalam jajaran bisnis kita, walaupun masih kecil-kecilan dan baru saja merintisnya?

entahlah.

hal ini seringkali mengganggu pikiranku.

jika bukan karena perempuan yang rela menjual dirinya seperti itu, aku pun juga sering patah hati ,

ketika melihat istri yang :
- "aku di rumah aja mbaak. males mau kemana-mana, panas. nggak level ketemu ibu-ibu yang udah pada sepuh. "

- :buat apa belajar naik sepeda motor, nanti aku disuruh ngantar-jemput anakku pula, jadi item nih aku. enakan begini, dirumah aja , adem.

yaitu, orang yang berkecukupan, suaminya baik boleh memberi kesempatan istri berkembang, belajar naik sepeda motor biar bisa kemana-mana, tapi istrinya yang malas menangkap kesempatan itu.

atau melihat istri yang :
- " aduh mbaak, aku nggak bisa kemana-mana. nggak boleh sama suamiku. dia cemburuan posesiv. aku gak boleh nyari duit, dia takut kalau istrinya punya penghasilan sendiri nanti malah ngelunjak. aku nggak boleh ikut pengajian, punya teman, dsb. aku stres deh, di rumah aja nggak boleh ngapa=ngapain."

yaitu, istri yang dikekang oleh suaminya yang posesive dan penuh prasangka buruk pada istrinya.

DUH, bikin PATAH HATI !!!

Tidak ada komentar

Terima kasih telah meninggalkan jejak dan memberikan komentar.
Pasti lebih menarik jika kita terus ngobrol. Bisa ke facebook: Heni Prasetyorini dan Twitter: @HeniPR. Sampai jumpa disana 😊