Podcast Bu Heni

Berkat "Kebiri Kimiawi"

Tidak ada komentar
Dalam minggu ini saya seperti sedang mengalami transformasi diri secara besar-besaran. Perubahan yang hanya karena satu lintasan isi kepala. Dan itu merambat menjadi penemuan hebat.

Dimulai ketika hati geram dengan ngakaknya isi gedung DPR ketika acara fit n proper tes calon hakim Daming. Geram atas nama marah pada kejahatan seksual dengan segala bentuknya. Lalu saya munculkan sebuah status geram itu di fesbuk, dengan menyertakan istilah baru yaitu KEBIRI KIMIAWI untuk pelaku kejahatan seksual.

Sedikit informasi tentang hal ini, Kebiri Kimiawi, prosedurnya seperti berikut : pelaku perkosaan diberi pilihan hukuman. Mau dihukum penjara seumur hidup atau dikebiri secara kimiawi lalu bebas. Nah, kebiri kimiawi dilakukan lewat suntikan pada lengan si pelaku. Suntikan itu berisi zat kimia yang bisa menghilangkan hasrat seksual pelaku tersebut [dalam hal ini laki-laki]. Tujuan hukuman ini agar pelaku tidak sembarangan atau bahkan biar hilang hasrat seksualnya sehingga tidak membahayakan calon korban berikutnya. Efek samping dari zat kebiri ini adalah penurunan kesehatan bahkan sampai pengeroposan tulang. Jadi setelah dikebiri kimiawi, laki-laki itu akan letoy seumur hidupnya. Cukup mengerikan bukan? dan balasan yang setimpal menurut saya sih. Hukuman ini sudah diterapkan di beberapa negara. Kalau tidak salah ingat, di Cina dan Amerika. Berita ini saya lihat di televisi.

Kebiri Kimiawi...itu terngiang di kepala saya.
Dan lalu, Ahaaa... kimiawi !!
hebat sekali ya, penemu zat kimia ini. mendadak di kepala saya muncul gambaran tentang seorang peneliti yang asyik bekerja di laboratorium. Lalu dengan tim risetnya membahas tentang zat yang paling efektif untuk kebiri kimiawi ini. Kemudian menyusul pula terpampang gambar tabung eppendorf, cawan petri yang berisi gel untuk membiakkan bakteri. Tercium bau ruang asam, tempat membuka dan mengambil zat kimia yang berbahaya semacam Asam Sulfat pekat. Erlenmeyer, tabung reaksi, bahkan bak cuci alat praktikum pun muncul di kepala saya.

Kimia, oh Kimia.
Saya sungguh terbawa lagi suasana belasan tahun yang lalu ketika berkutat di laboratorium kimia. Terutama ketika di LIPI Bandung ruang biokimia molekuler. Ketika saya mengerjakan tugas akhir, meneliti reaksi atau interaksi antara DNA bakteri typhus dengan ekstrak dari tanaman Gardenia tubifera wall. Mengerjakan penelitian bersama dengan ketua balai LIPI Biokimia saat itu yaitu bu Zalinar Udin. Perempuan bertubuh kecil, kenes, pintar dan belum menikah sampai usia lebih dari empat puluh tahun. Yang selalu menyebut, calon suamiku, sebagai "Laki Elu itu ya!"

Aih, saya rindu.
Saya rindu kimia. Saya ingat ketika berfoto memegang tabung eppendorf saat melakukan elektroforesis DNA. Lalu saya menuliskan di album foto itu, Calon Peneliti Biokimia.

Saya betul tersengat. Mendadak juga dalam pikiran saya bicara seperti ini. "Jangan-jangan, kembali ke jalur kimia adalah tugas penciptaanku di dunia ini. Jangan-jangan Alloh SWT memberiku minat sekaligus kemampuan di bidang kimia, karena ingin saya berhasil membuat sesuatu yang bermanfaat untuk orang banyak. Seperti halnya pembuat zat pengebiri kimiawi itu tadi.

Kuliah Lagi.
Kuliah lagi, menapaki jalan untuk menjadi dosen dan peneliti lagi.
Iya, hati saya berkata berkali-kali. Iya , inilah yang saya inginkan selama ini. Walau bertahun-tahun berusaha untuk dipendam dan dialihkan ke dunia bisnis atau kerajinan tangan, tetap saja hati saya masih terus merasa belum pada tempat yang tepat. Belum pada konfigurasi elektron kehidupanku yang sebenarnya. Saya masih tereksitasi kesana-kemari. Melepaskan elektron. Berpasangan dengan elektron dari unsur tetangga. Agar bisa stabil mirip dengan gas mulia. Namun saya belum stabil. Karena berusaha begitu keras melepaskan passion.

Ya, kimia adalah passion saya. Itu adalah passion saya.
Dan walau sudah belasan tahun saya menjadi ibu rumah tangga, saya yakin bisa kuliah lagi. Insya Alloh pasti. Hal yang sungguh membahagiakan lagi adalah ketika membicarakan dengan suami, beliau mendukung lebih dari seribu persen.

Sayangku, anak-anakku. Semoga dilancarkan, mama ingin kuliah lagi. S2 Kimia lagi.
Kita belajar bersama ya sayang. Nanti kalian akan diajak ke laboratorium mama. Dan akan mama kenalkan yang namanya erlenmeyer, tabung reaksi, pipet, aquadest, dll. Bismillah semoga Alloh SWT meridhoi. Amin.

Ketika percakapan batin ini terjadi, saya merasakan pompa semangat yang luar biasa muncul kembali. Ketika kemarin bangun pagi dengan kebosanan luar biasa. Kali ini, tidak. Semoga ini juga adalah jawaban, dari doa saya kepada-Nya, "berilah saya petunjuk, apa yang harus saya tekuni dan saya lakukan agar menjadi hamba-Mu yang bermanfaat"

Tidak ada komentar

Terima kasih telah meninggalkan jejak dan memberikan komentar.
Pasti lebih menarik jika kita terus ngobrol. Bisa ke facebook: Heni Prasetyorini dan Twitter: @HeniPR. Sampai jumpa disana 😊