Beberapa hari ini saya browsing tentang profil beberapa pengusaha sukses yang diulas di Kick Andy tempo hari.
Yang saya cari di internet hanya 3 orang, yaitu pengusaha boneka, baju muslim dan merchandise digital.
Yang menarik dari ketiganya, latar belakang pendidikannya jauh sekali dari usaha yang ditekuninya saat ini.
mereka para Sarjana IT, geodesi , intinya pelajaran sains, komputer yang kagak nyambung dengan usaha jualan jilbab, kaos dan boneka.
Tetapi hal ini berani mereka pilih dan tekuni. Dan akibatnya, bisa menjadi usaha besar yang merekrut banyak tenaga kerja.
Tentu saja, hal ini sangat meredamkan kegelisahan hati saya. Yang terus menerus selama hampir 11 tahun ini merasa telah selingkuh dengan jajaran almamater saya di Kimia ITB. [sekali lagi maaf ya pak dan bu dosen, :D ]
lalu hari ini, saya sekali lagi diberikan masukan oleh YANG MAHA KUASA lewat tayangan di tivi. [tivi tak selalu buruk kan ya??]
disitu, disebutkan sebuah profil dari seorang istri mualaf bule, yang akhirnya menekuni bisnis butik busana muslim dari rumahnya.
ibu ini, dulu mengelola butik yang berhasil eksis selama 10 tahun. dan akhirnya tutup karena suatu hal. setelah itu beliau pindah ke Singapura. dan malah disana mengalami transformasi spiritual untuk mendalami ISlam.
akhirnya, beliau ingin meneruskan usaha butiknya namun beralih pada busana muslim.
saya lihat profil beliau adalah orang yang cukup "kaya" dari segi materi. rumahnya aja gede di tivi kelihatannya. namun beliau mau :
- belanja sendiri kain di pasar jakarta
- mendesain sendiri baju muslimnya
- menawarkan baju-bajunya dimana saja, di pengajian, arisan, dll.
ini membuat saya makin yakin juga dan makin bisa memilah juga. ternyata ukuran sukses itu ya, tidak harus punya banyak toko dimana-mana. atau bisa menjual barang sampai ber-troli troli.
terutama, jika menilik kondisi ibu ini dibandingkan dengan saya, yaitu sama.
sebagai ibu rumah tangga, yang masih ingin dekat dengan anaknya tanpa sekat ruang dan waktu. jadi, memilih untuk berkreasi sekaligus berbisnis dari rumah.
akhirnya ukuran sukses itu pun berubah :
jika, produk sudah banyak yang suka,
produksi dan penjualan lancar,
anak-suami-rumah dan kondisi diri sendiri sudah terkendali ,
maka ini bisa disebut BISNIS RUMAHAN YANG SUKSES kan?
berapa besar profit dan lain sebagainya, di"hidden" dulu saja deh ya. karena jika ini jadi fokus utama, maka akan sangat melelahkan.
Alhamdulillah, profil ibu ini sangat menguatkan saya.
Apalagi ketika bapak Ustadz yang mengajari beliau mengatakan
jika berjualan baju yang minim dan menampakkan aurat, maka kita ikut bertanggung jawab jika baju itu dipakai oleh orang lain dan mengakibatkan terjadinya hal yang negatif di mata ALLOH SWT.
sebaliknya, Jika kita berjualan baju yang sesuai syariat, maka ketika si pemakai itu beraktivitas lalu bisa sampai di rumahnya kembali dengan selamat. Maka,
PAKAIAN YANG BAIK itulah yang menjadi DO'A baginya.
Subhanallah.
Dengan Bismillah, saya semakin yakin untuk terus mengembangkan usaha jilbab saya di
Jilbab Orin.
---------------------------------------------------------------------------------------
Mengapa saya sempat gamang, ketika berjualan jilbab?
1. saya ini bukan orang yang modis dan gemar berganti busana. di kepala saya, gonta-ganti baju itu pemborosan :P
jadi ketika saya berjualan jilbab, yang artinya adalah bagian dari busana. hati kecil saya lama-lama berontak, dan mengatakan, sepertinya saya mengajak orang untuk terus menerus boros dan menggunakan uangnya hanya untuk belanja dan bergonta-ganti baju. ini membuat saya nyaris saja mundur dan menutup etalase untuk kembali ke laptop [menulis saja].
2. lalu saya merenung kembali. di misi awal, saya ingin sekali menjadi jalur rejeki buat para pengrajin di desa mertua saya di Lamongan. dimana di dalam jajaran para ibu pengrajin itu, ada adik ipar saya dan beberapa saudara dan tetangga dari mertua. jika saya berhenti, bagaimana ya? sedikit banyak, ada rejeki mereka yang berhenti juga.
3. saya merenung dan berdoa dalam hati, dengan bahasa seadanya kepada ALLOH SWT, untuk memberi saya petunjuk, bagaimana saya seharusnya nanti ke depannya. sementara perasaan bersalah telah melepaskan SAINS, masih terus menerus ada.
dan ALHAMDULILLAH. dalam perjalanan merenung itu, saya pun memutuskan untuk kembali ke misi awal bisnis saya. dan mengkonsep ulang pengertian sukses dalam benak saya. serta membuka konsep
RESELLER ONLINE di internet, agar jilbab saya bisa jadi jalan rejeki para ibu-ibu digital yang ingin berjualan lewat facebook atau BBM-nya.
=============================================================
mungkin kegelisahan semacam ini dialami oleh semua/beberapa pebisnis pemula seperti saya ya?
dan benar kiranya, jika ada MISI MULIA dari berbisnis, maka kegelisahan ini lambat laun bisa kita atasi.
========================================
ditulis di Surabaya untuk bagi-bagi cerita :D