Beberapa hari ini nonton tivi, menampilkan profil artis. Acaranya apa ya? singkat cerita sajalah. Ada dua artis yang dibahas. Famous semua. Yaitu Agnes Monica dan Dian Sastro.
Kedua artis ini diberi komentar yang sama oleh rekan dekatnya atau ibunya. Bahwa mereka berdua itu Tahu Yang Dia Mau.
Artinya mereka tahu benar apa keinginan mereka di masa depan. Membuat rencananya dan melakukannya. Keren betul. Apalagi pas di acara profil Dian Sastro ditunjukkan diarynya masa SMA, disana ditulis beberapa mimpinya atau ibunya bilang Repelita Dian [Rencana Pembangunan Lima Tahun] versi Dian. Dan beberapa tercapai, beberapa tidak.
Saya jadi ingat ketika membongkar buku dan menemukan diary. Bener juga, ada beberapa hal yang saya tulis dan tanpa sadar semuanya terjadi. Menikah cepat, punya anak laki-laki semua dan bahkan tanpa sadar di salah satu buku campur yang mencatat tentang resep dan kesehatan, saya menulis info tentang bayi prematur. itu saya nulisnya ketika masih kuliah. Eh Subhanallah, Masya Alloh, Allohu Akbar, ternyata bayi kedua saya lahir prematur.
Menuliskan mimpi atau keinginan ternyata tanpa sadar memberikan koridor yang jelas bagi kita untuk melangkah ke depan. Walau benar-benar itu semua saya lakukan tanpa sadar. Atau malah ini disebut "dibawah sadar ya"? entahlah. Ketika masih sekolah saya rajin menuliskan keinginan ini dan itu. Dan tanpa sadar pula saya mempunya semangat sangat membara jaman sekolah.
Nah, belakangan saya merenungi diri sendiri, kenapa semangat itu tak semenyala dulu. Kenapa saya juga tak memulai menuliskan mimpi saya lagi?
mungkinkah karena :
1. sejak punya anak, saya ragu untuk mempunyai mimpi lagi. karena walau berencana secanggih apapun, akhirnya eksekusi rencana itu harus sesuai dengan kondisi anak, suami dan rumah tangga. alias, saya sudah sangat sering harus mengalah mundur agar mereka semua maju. mungkin ini yang membuat saya enggan bermimpi lagi.
2. zona nyaman. kemarin saya anti dengan kenyamanan. lalu beberapa teguran dari Alloh SWT datang pada saya. paling gress ya ketika tulang telapa kaki saya retak tempo hari, dan harus menjalani operasi besar tipe tiga untuk memasang kawat diantara tulang kaki saya itu. Sakitnya luar biasa dan pengalaman ketika operasi sungguh membuat saya takut meninggal. Jujur itu benar. Akhirnya karena takut meninggal dan melihat anak-anak, maka fokus saya saat itu sudahlah melepaskan saja semua mimpi yang muluk-muluk dan kembali menginjak bumi dimana anak-anak saya berada.
3. banyak alasan dan semakin malas. namanya otak dan otot itu mirip. jarang dipakai, ya lembek bin letoy. ini benar terjadi pada saya. Menulis yang biasanya saya lakukan spontan membahan badai halilintar [eh niru jeng syahrinem hehehe], ini karena saya lama betul tidak menulis, jadinya sulit sekali. Membaca dengan tenang juga sulit, saya masih selalu emosian dan membaca cepat. Bahkan novel tebal Perahu Kertas habis dalam sehari semalam saja. Karena penasaran juga tidak bisa membaca lambat lagi, takut dikejar pekerjaan lagi.
Begitulah, saya membolak-balik hati, kenapa semakin pesimis dari hari ke hari. Kenapa ya, toh saya berusaha untuk memompa semangat diri sendiri ini setiap hari loh. Ternyata eh ternyata saya mendapa jawabannya setelah membaca timeline di twitternya pak Ippo di @ipporight. Beliau menunjukkan konsep Input in Output Out. Garbage in Garbage Out.
yang artinya, Apapun yang masuk dalam pikiran kita- itulah hasil yang keluar. Jika bacaan-tontonan-teman kita positif dan semangat, kita pun ketularan begitu. Jadi semangat, optimis dan yakin,
Tapi, kita akan mudah pesismis jika suka melihat berita negatif, tontonan horor,..
nah jreng jreng itu dia, BERITA NEGATIF. inilah biang keladinya. Sejak jadi ibu rumah tangga, karena menghindari sinetron, saya rajin nonton berita. Lah, berita di negeri ini berapa persen yang positif? mayoritas negatif semua. Ini diaaa, saya kebanyakan nonton berita negatif, seperti korupsi, perceraian, rusuh, banjir, dll. Pantesan saya keder sendiri secara tidak sadar.
Lalu ada lagi, karena menjadi ibu rumah tangga yang ingin posisinya aman di masyarakat sosial, saya merasa semakin sering diam memendam kalimat yang ingin saya sampaikan. Misalnya ingin menjelaskan pentingnya konsep bahwa belajar di rumah itu oke loh bu, daripada anaknya dibawa kabur les kesana kemari sampai kecapekan. Nah itu kalimat haruus saya telan terus, karena kuatir menyinggung perasaan teman sesama ibu-ibu. Atau semacam itulah kasusnya. Karena saya harus diam dan diam tanpa konsep diam yang baik , maka saya merasa untuk menambah ilmu lagi jadi sia-sia dan tidak bersemangat. Ini juga biang keladi rasa pesimis dan malas saya ini.
Tapi untunglah, alhamdulillah. Berkat gemar internetan dan membaca dengan seksama saya terinspirasi oleh status seorang teman yang menunjukkan simpati dan kagum pada temannya. Ibu rumah tangga, punya dua balita, baru melahirkan dan bisa lulus di kuliah online gratisan di www.coursera.org. Nah status ini bikin saya penasaran lalu membuka link website itu. Kuliah online gratis, asik sekali. Dan ketika saya buka, eh benar, disana banyak sekali materi kuliah dan kursus yang ditawarkan. Yang menarik bagi saya adalah tentang sains, menulis, psikologi dan digital. Yang membuat keder dan terhenyak adalah kudu pake bahasa Inggris ciin. *mukul kepala sendiri - salah sendiri dah lama kabur kalau ada bahasa Inggris yang serius. [apa saya perlu kursus lagi? hehehe]
Ah, setidaknya, ibu itu memberi saya motivasi dan contoh yang luar biasa. Memberitahukan pada saya bahwa harapan itu masih ada terbentang begitu luas. Lambat laun, saya kembali tahu apa yang saya inginkan. Kutahu Yang Kumau.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar
Terima kasih telah meninggalkan jejak dan memberikan komentar.
Pasti lebih menarik jika kita terus ngobrol. Bisa ke facebook: Heni Prasetyorini dan Twitter: @HeniPR. Sampai jumpa disana 😊