Podcast Bu Heni

Pagi Terakhir di Tahun 2010

2 komentar
Halo semua
Ini Pagi terakhir di tahun 2010
Tepatnya hari Jumat, tanggal 31 Desember 2010

Paginya diawali dengan kesilapan sebagai hamba. Susahnya menarik diri dari kehangatan selimut malam. Entah beberapa hari ini, ngantukku rasanya nggak ketulungan. Dan ini teratasi oleh sentuhan lembut dari suamiku. Yup. bangun deh. Lovely.

Lalu aku persiapkan semua baju ganti, dan bahan makanan untuk membuat SAMBEL GORENG KENTANG ATI. Untuk acara nanti malam.

Aih...aku rada deg-degan. Semoga saja, nanti, ketika ada meeting keluarga jadi. semua berjalan lancar jaya.

Oke dicabut dulu. waktunya bangunin anak-anak. Mungkin mereka ga sempat mandi. Angkut aja deh....

Selamat Membenahi diri di tahun baru nanti ya.

BUKU, BROS, BISNIS ????

Tidak ada komentar
Apa kabar semuanya?
masih lesu karena kekalahan TIMNAS SEpakbola kita di negerinya Upin-Ipin semalam?
Ah, tentu janganlah ya. Walau aku sendiri sih kecewa juga sebenarnya. Kok kemarin tampak banyak umpan bola yang mudah banget dicuri sama pemain muda Malay yang agresif kekar dan lebih berotot itu. Daripada pemain kita yang mungil-mungil. :)

Ya, cukup segitu saja aku bicarakan tentang sepakbola. Kemarin , beberapa hari yang lalu aku sudah menuliskan status dengan yakin, bahwa di akhir tahun 2010 ini aku sudah menemukan fokus.

Kenapa aku bisa begitu yakin?
1. setelah mengalami beberapa kecewa dengan patner usaha, akhirnya aku berpikir ulang. Yang pada intinya, memilih satu jalur produksi saja, memanfaatkan sumber daya manusia yang sudah ada saja sebelumnya. Detilnya aku ceritakan di segmen sharing bisnis saja ya.

2. aku seperti menemukan kembali keinginanku untuk menekuni dunia buku. ya, aku ingin menulis kembali. entahlah, ingin sekali. membuat sesuatu lagi. seperti NOTE, ARTIKEL , ENTRY BLOG atau kalau bisa ya ikutan lomba cerpen atau bahkan menulis buku. Ingin sekali. entah.


Pada saat menulis status itu, aku yakin sekali. Dua hal itu akan kutekuni beriringan secara harmonis. Bisakah?

Bisa.

Aku hanya perlu mendesain pola hiasan pada jilbab, dan pengerjaan kuserahkan pada beberapa pengrajinku yang kualitasnya sudah bagus. Lalu aku memasangnya secara online, membuat iklan-iklan, dan menjualnya secara online pula. Lalu menunggu. Mudah kan.

Dan di sela waktu menunggu itu, aku menulis kembali.

Sebelum aku mulai menulis lagi, aku berhenti di depan deretan rak dan kerdus yang berisi alat kerajinan aksesoris. Ada kawat,manik-manik, pita, benang, yang semuanya sebenarnya tidak menarik hatiku. Tetapi ada semacam beban batin dan rasa tanggung jawab untuk menjadikan bahan-bahan itu menjadi sesuatu. Minimal BROS. Karena benda itulah yang cocok dijadikan pelengkap di usaha jilbabku. Maka mulailah aku duduk sebentar di depan televisi dan mengutak-atik brosku. Alhasil, jadilah beberapa bros. Maksud hati, aku hanya ingin membuatnya untuk diriku sendiri.

Ternyata ada customer mampir yang mengomentari bahwa brosku bagus dan dia pun menanyakan harganya. Nah, hatiku pun goyah. Rencana menyimpannya sendiri, berubah. Aku pasang Manekin, Jilbab dan Bros buatanku itu, Lalu aku memfotonya dan memajangnya di toko onlineku. Di blog dan di facebook JILBAB ORIN.

Kemudian aku minta komentar dari Shabrina WS, teman baruku yang menjadi penulis. Komentarnya, bagus.

Aduh.
Aku bukannya suka dengan komentar itu. Semakin orang bilang, karya craftku bagus, hatiku semakin bimbang. Kemarin saja aku bingung memutuskan untuk menekuni MANIK-MANIK atau FLANEL. Dan memutuskan ke aksesoris, karena menurutku lebih cantik dan menjahit masih menjengkelkan untukku.

Tetapi setelah browsing beberapa kali, melihat prospek flanel lumayan cerah, dan tanpa terasa setelah aku belajar menyulam dan ini itu, aku mulai terbiasa untuk menjahit, akhirnya aku berencana untuk menekuni flanel ketika bahan aksesorisku ini sudah habis terpakai semua.

aneh?

iya aneh.

Aku selalu merasa bersalah jika sesuatu yang baru kumulai itu kubiarkan sia-sia, diam begitu saja. MEmbuatnya dan menyelesaikannya akan membuat hatiku lega. Dan kupikir setelah hatiku lega, aku akan lebih mudah kembali menulis.

Kenapa, setiap kali aku harus merasa perlu untuk memilih?

Bukankan dari Bunda Pipiet Senja - penulis favoritku- semoga kelak aku bis amengkoleksi buku tulisannya - beliau mengatakan untuk aku terus melanjutkan kegiatanku apa saja dan tetap menulis.

Dan benar juga..
kemarin aku hanya berangan-angan , berandai-andai. Manakah yang kusukai. Tetapi pagi ini aku memaksakan diri untuk mengetik di atas papan hurug abu-abu elektronik ini. Mengentry blog. Dan mengikuti setiap huruf yang tercetak di monitor. MEnuliskan isi hati. dan merasakan sensasi aliran energi yang terlepaskan dari beban batinku.

Maka, betapapun aneh dan banyak macamnya kegiatanku, lebih baik, aku tetap meluangkan waktu untuk menulis. Latihan, ya latihan.

Itu saja sharingku.
Salam.
www.jilbaborin.blogspot.com
HENI PRASETYO RINI

IKUTAN U-A-S

Tidak ada komentar
Seminggu ke depan, Aldo, anakq kelas 3 SD akan ulangan akhir semester alias UAS. Alhasil, setelah memikirkan kembali ini itunya, perlu kiranya aku membimbing lagi si sulung itu. Artinya, aku harus membuatkan lagi soal-soal latihan untuknya. Dan berhenti membandingkan diriku sendiri, di masa sekolah dulu, yang bisa belajar sendiri.

Entah, karena beda gender. Anak lanangku ini begitu tampak butuh diarahkan. Beda dengan teman sebayanya atau sekelasnya yang perempuan, yang tampaknya sudah bisa mengatur dirinya sendiri.

Dan bukankah memang begitu adanya?
dari info parenting yang kuperoleh juga begitu. Anak lelaki lebih lambat mengurus diri sendiri daripada perempuan. Ya sudah kalau begitu, jadi guru les lagi deh :)

PDAM MATI 2 HARI

Tidak ada komentar
Sejak Minggu jam 10 pagi, PDAM Surabaya daerah Barat dan Selatan, mati. Sekarang sudah hari Selasa, jam 2 siang, air masih mati. Ditambah lagi barengan bak mandi bocor banget. Suker banget deh nih isi kepala

Memilih Skala Prioritas Ibu RT yang Berbisnis

Tidak ada komentar
Kemarin di benakku, atau di angan-anganku, aku bisa mensinergikan tiga hal.
Parenting. Bisnis. Menulis.

Ketiga-tiganya optimal. All Out.

Parenting : oke.
sampai tertib bikin soal latihan lagi, homeschoolingin aji lagi, bacain dongeng, ngajarin masak, nyuci. dll/

Bisnis : bisa desain jilbab dengan produktif, bikin bros aneka bentuk dan bahan, telaten ber-online ria untuk memfollow up customer, dsb.

Menulis : bisa rutin menulis halaman demi halaman, lalu menjadi buku.

Nah. hebat kan kedengarannya?

tapi,,

aku punya kelemahan yang sangaat fatal.
yaitu kebiasaan menarget diri sendiri.
serta kebiasaan ingin segera menyelesaikan sesuatu.

misalnya menulis. ingin hari itu juga selesai sesuai target.

nah target ini sangat tidak bisa dilakukan maksimal setelah aku berputra.
jika aku memaksakan diri, atau sedang niat banget, alhasil, bisa mudah sekali aku marah kepada anak-anakku.

Inilah hasil instropeksiku itu.
Jadinya, aku harus memilih.
dan yang kupilih adalah
nomer 1 : parenting
nomer 2 : bisnis
nomer 3 : menulis

bisnis, kuatur supaya rapi dan bisa dikendalikan secara offline, yaitu melalui sms.

menulis, tidak akan kutarget lagi. aku hanya menulis untuk men-diary di blog atau di note.

dan parenting, harus kubenahi kembali teratur dan telaten lagi. supaya akademis, skill dan emosi anakku bisa membaik.

Sukses Bisnis Online secara Gratisan

Tidak ada komentar
Dalam perkembangannya selama 6 bulan ini, akhirnya aku
memantapkan diri untuk masih menggunakan fasilitas gratis dari internet. Salah satunya adalah BLOGSPOT dan FACEBOOK.

Karena biar bagaimanapun, kedua fasilitas ini mempunyai kemudahan sekaligus kestabilan akses yang baik.

Kemudahannya

Facebook : dengan bisanya kita chatting, mengirim pesan serta tagging foto.
serta fitur notifikasi, yang memudahkan kita mengecek customer yang
menuliskan komentar di foto atau status dan wall kita

Blogspot : mudah dibuka dari handphone, ini yang membuatku bertahan
selain penambahan gadget dsb yang mudah sekali di fitur PERANCANGAN.
Juga ada opsi bisa menambahkan fasilitas CHAT BOX. Yang kemarin aku coba
di multiply, tidak bisa. Karena multiply sudah ada fasilitas chat antar
teman.
Memang tampilan foto di multiply lebih bagus, seperti slide berjajar.
Tetapi, customer harus mempunyai akun multiply dulu untuk bisa membuka
blog multiply kita. Sebenarnya yang Google Friendly adalah Wordpress.
Tapi aku menemukan kesulitan untuk mengelolanya, alias rada gaptek juga
sih sebenarnya. Akhirnya untuk menyingkat waktu dan tenaga, blogspot
menjadi pilihan.

Langkah selanjutnya adalah, kita harus beriklan. DI internet pun banyak iklan gratis atau toko online gratis. BErikut link dari toko online gratis yang biasa saya gunakan
dan lumayan menambah traffic kunjungan di blog dan facebook saya.

www.indonetwork.co.id
www.tokobagus.com
www.dinomarket.com
www.kiosdagang.com

Itulah sharing saya kali ini.
Wassalamualaikum Wr.Wb

Salam hangat,

Heni Prasetyorini
http://jilbaborin.blogspot.com
sms 0878-5178-1356
YM : jilbaborin
FB : www.facebook.com/jilbaborin [KIOS JILBAB ORIN]

Bikin Akun FB JILBAB ORIN BARU

2 komentar
Pertama kali mulai buka lapak online, aku buat akun page business yang nebeng di aku pribadiku HENI PRASETYO RINI.
Maksud hati sih, biar mudah. Satu email login, bisa buka akun pribadi sekaligus jualan. Tetapi ada yang luput dari pengamatanku.

Di Page Business, tidak ada fitur INBOX DAN NOTIFIKASI.
Jadi, jika kita luput untuk meneliti komentar di foto atau wall atau di status kita, maka, customer biasanya protes. Apalagi sekarang fitu PHOTO COMMENT dihapus oleh porvider fb. Nah semakin sulitlah melacak gfoto produk yang jumlahnya sudah puluhan bakan ratusan.

Sebelumnya rencana membuat page baru ini sudah terlaksana. Namun berhenti karena kukira, mereka harus menjadi temanku dulu, untuk bisa order. Ternyata, setelah malang melintang ke lapak online lainnya di fb, alhasil tahu deh resep jitunya.

Yaitu kita ubah PRIVACY SETTING, sehingga semuanya mulai dari wall, photo, bisa diakses oleh siapa saja. Jadi dengan akun biasa, Inbox dan Notifikasi bisa lebih memudahkan pelacakan order,

Apakah tidak ingin membuat www.jilbaborin.com ???

Tentu saja.

Namun. setelah beberapa hari melacak web.com teman yang baru dibuat. Kok aksesnya ternyata lebih lambat daripada blogspot. maka untuk sementara waktu, saya memilih tetap setia saja di blogspot. Dan lebih fokus pada produk yang jadi jargon utama kami.

Itulah sharing saya kali ini.
Salam hangat,

Heni Prasetyorini
http://jilbaborin.blogspot.com
sms 0878-5178-1356
YM : jilbab_orin@yahoo.com
FB : Jilbab Orin

Pintar Akademis pun Bisa Kaya

Tidak ada komentar
Aku tak ingin mendefinisikan kaya sebagai sosok yang bergelimang harta saja. Intinya, kaya adalah definisiku sebagai pribadi yang mandiri dan lebih mudah untuk berbagi. Sempat beberapa waktu aku diguncang prahara para pebisnis yang sukses karena DO dari sekolahnya. Sehingga aku menyangsikan betul, manfaat berhasil dalam akademis/sekolah. Akibatnya ada keraguan ketika aku akan membina keilmuan anakku di sekolah, terutama di pelajaran sekolah.

Namun artikel ini menyadarkan aku. Bahwa ilmu dalam bentuk apapun tidak akan sia-sia. Dan menjadi pebisnis tidak harus berawal dari cerita lalu masa sekolah yang suram. Ini adalah contoh, akademisi pintar, yang bisa sukses membangun bisnisnya. Dalam arti lebih luas, bisa menjadi jalan rejeki bagi orang lain.

-----------------------------------------------------------------------------------
Anak Jakarta Mendobrak Paman Sam
Koran SI
Senin, 29 November 2010 - 16:11 wib
sumber : http://suar.okezone.com/read/2010/11/29/283/398237/anak-jakarta-mendobrak-paman-sam
=====================================================================================
Saat bersekolah di SMA Kanisius sekira 30 tahun lalu, dia selalu membawa tas echolac berwarna hitam yang bentuknya sangat kaku. Tubuhnya kurus, berkaki panjang, dan berkacamata tebal.

Kendati begitu, dia sangat bersemangat. Kalau bicara, nadanya selalu berenergi dan dia sangat pintar. Dia selalu menolong teman-temannya. Rumahnya terletak di daerah Jakarta Kota. Jika ada praktikum elektronika yang rumit, dia selalu lebih cepat selesai. Keahliannya di bidang elektronika didukung rumahnya yang tidak jauh dari pusat pertokoan Harco di Glodok sehingga dia lebih cepat mendapatkan komponen elektronika. Sosok kurus yang berkacamata tebal itu adalah Sehat Sutardja, yang 10 tahun lalu menggemparkan Amerika Serikat (AS) sebagai anak muda paling kaya, di bawah usia 40 tahun. Nama Sehat Sutardja mungkin terdengar asing di telinga sebagian besar orang Indonesia. Tetapi, tidak di kancah global.

Apalagi, pada 2007 majalah Forbes memasukkan Sehat sebagai salah satu orang terkaya di Negeri Paman Sam. Sehat adalah pendiri Marvell Technology Group, salah satu perusahaan semikonduktor terbesar di dunia. Sehat mendirikan perusahaan ini bersama saudaranya, Pantas Sutardja. Kisah dua bersaudara kelahiran Jakarta yang sukses mendirikan perusahaan di AS itu menjadi inspirasi masyarakat di dalam negeri. Di perusahaan yang didirikan sejak 1995 itu, Sehat menjadi CEO dengan jumlah karyawan mencapai 5.000 orang. Pria kelahiran Jakarta, 9 Juli 1961 silam, ini memang luar biasa. Kecemerlangannya mencapai sukses di Negeri Paman Sam layak mendapatkan decak kagum.

Sehat yang memiliki nama lahir Tjioe Siu Wen yang semasa kecilnya tinggal di Jalan Kebon Jeruk XIV No 1, Jakarta Barat, meraih penghargaan atas 150 paten dan salah seorang fellow The Institute of Electrical and Electronics Engineers (IEEE). Sehat dikenal sebagai seorang yang meraih penghargaan sebagai Inventor of the Year oleh the Silicon Valley Intellectual Property Law Association. Sehat mampu membuktikan, menjadi kaya tidaklah mesti dimulai menjadi pengusaha. Namun, kesuksesan di bidang akademik juga amat mendukung. Sehat tercatat sebagai alumnus Iowa State University untuk S-1 dan University of California, Berkeley, untuk gelar master dan doktoralnya di bidang teknik elektro dan ilmu komputer.

Setelah meraih gelar sarjana dari University of California, Sehat menikahi Weili Dai dan kini dikaruniai dua putra, Christopher dan Nicholas, yang dua-duanya juga kuliah di perguruan tinggi yang sama seperti orang tuanya. Namun, jangan salah. Riwayat pendidikan Sehat di bidang teknik elektro justru dimulai di Jakarta. Sewaktu usia 14 tahun dia lulus dari lembaga Kursus Radio Gembira di Jalan Gajah Mada 213, Jakarta Kota, tahun 1975 silam, untuk ijazah reparasi radio transistor. Kini Sehat telah menjelma sebagai salah seorang konglomerat di AS. Beragam predikat diraih Marvell sebagai perusahaan maupun Sehat secara pribadi.

Di antaranya, Sehat terpilih sebagai orang terkaya peringkat 374 dalam daftar 400 orang terkaya di AS versi majalah Forbes. Forbes juga menobatkan Sehat sebagai orang terkaya ke-891 di dunia pada 2007. Sementara, Marvell Technology terpilih sebagai salah satu dari 400 perusahaan terbesar di dunia tahun 2006 dan 2009. Tahun 2010 Sehat tercatat memiliki pendapatan sebesar USD1.642.000 atau sekira Rp16,4 miliar per tahun, dengan rincian gaji sebesar USD657.000 dan bonus USD985.000 per tahun. Nama Sehat juga tercantum dalam majalah Forbes dengan kekayaan bersih USD1 miliar atau sekira Rp10 triliun. Dia masuk dalam kategori Exclusive Billioners Club untuk pertama kalinya pada 2007.

Perjuangan Sehat bersama tiga orang teman menembus industri semikonduktor di AS bisa menjadi inspirasi. Dia sebelumnya bukan siapa-siapa yang kemudian menjadi orang besar. Hanya dalam waktu 10 tahun, setelah didirikan tahun 1995, Marvell berkibar sebagai perusahaan yang paling dipercaya publik. Beragam media skala internasional, mulai Forbes hingga Bloomberg, pun menuliskan kisah sukses Sehat dalam merintis kesuksesannya. Selain sebagai Presiden Direktur Marvell, Sehat menjabat Presiden dan CEO pada Marvell Semiconductor Inc sejak 1989–1995, Manajer dan the Principal Project Engineer at 8x8 Inc, dan Dewan Penasihat pada of ICCP Venture Partners Inc yang berkantor di Silicon Valley.

Bahkan, pada Maret 2009 University of California menobatkan Sehat bersama istrinya dan kakaknya sebagai orang yang mendonasikan sebesar USD20 juta untuk pendirian laboratorium pembuatan nano di universitas tersebut. Padahal, ketika usianya masih 12 tahun, Sehat menganggap keahliannya dalam melakukan bongkar pasang gelombang radio pendek dan regulator voltase hanyalah main-main. Apalagi bagi orang tua Sehat, elektronik saat itu belum menjanjikan sebagai salah satu bidang karier yang menghasilkan. Namun, Sehat kecil sudah memiliki impian untuk mendesain dan membuat peralatan elektroniknya sendiri meski orang tuanya berpikir bahwa elektronik tidak akan banyak memberikan peluang ekonomi bagi Sehat, kecuali hanya sebagai tukang reparasi televisi.

“Mereka menginginkan saya menjadi seorang dokter,” ujar Sehat sebagaimana dilansir Bloomberg. Segala macam kesuksesan yang diraih Sehat bukan tanpa perju angan. Selain karena otaknya yang encer, Sehat membangun bisnisnya benar-benar dari bawah dan jatuh bangun. Sehat adalah cerita sukses perjuangan seorang imigran dari Indonesia dengan mengandalkan ilmu pengetahuan. Dia hijrah ke AS saat berusia 19 tahun. Dia pun memilih tinggal dan menjadi warga AS. Bersama kakaknya, Pantas Sutardja, Sehat mendirikan Marvell Technology Group, perusahaan yang terdaftar dan go public di indeks bursa Nasdaq New York Stock Exchange.

Bukan cuma itu, Marvell tercatat sebagai one of the best managed company in America dan menjadi kampiun di semi-conductor company top ten list. Usai menamatkan sekolah di SMA Kolese Kanisius, Jakarta, Sehat yang bermodalkan semangat, melamar di University of California, Berkeley, AS. Diterima di universitas bergengsi tak berarti jalan hidup Sehat lurus-lurus aja. Pada 1995, Sehat berpikir bahwa bila ingin sukses dia harus memiliki perusahaan sendiri. Bersama kakaknya, Pantas Sutardja, dan istrinya, Weili Dai, mereka mengumpulkan uang lalu mendirikan perusahaan TI, Marvell Group.

Tahun-tahun awal dilalui dengan berat. Mereka bekerja tak kenal waktu siang dan malam demi kesempurnaan produknya.

Hobi BAru : NJAHIT

Tidak ada komentar



Sungguh aneh tiada terkira, udah umur diatas 30 tahun nih, aku memandang jarum dan benang begitu menarik hati.

Padahal ketika masih gadis, haduhh....tidak deh,
Sempat sih, dengan amat terpaksa, membuat sketsa dan pola sendiri dari buku kursusnya mbakkku. Tapi ketika menjahit, duh tersiksa sampai mampus deh. Pengen aja tuh benang ditarik kuat-kuat biar jebol. SUmpah. Esmosi jiwa kalau harus menjahit.

Lah kok sekarang, dunia berputar. Hobi berubah drastis. Termasuk di hari itu. Beberapa manik-manik kecil sudah sukses menghiasi kerudung polosku. For sale, mestinya ya. Kalau nggak laku ya dipakai sendiri lah, hehehe...Nothing to loose.

Mungkin suamiku jadi herman, eh heran. Mendadak jadi penjahit begini istriku?
atau malah dia melihat sosok ibunya dalam diriku, ciaahh....secara ibunya penjahit seumur hidup geto looh..

Alhasil, entah apa yang men-drag munculnya hobi baru. Aku curiga kalau duit yang jadi pangkal masalahnya. Karena ada harapan bisa dijual, makanya aku tertarik menjahit lagi. HAHAHAHA

GUNDAH

Tidak ada komentar
Hari ini, banyak sekali lintasan hati menyeberang memenuhi isi kepalaku. Sampai-sampai aku perlu berkonsentrasi lebih dengan menyebut asma ALLAH ALLAH ALLAH, TOLONG BERI AKU KESELAMATAN. Ketika aku di jalan raya, naik motor sendiri atau bersama si kecil, tadi.

Alhamdulillah. Urusan demi urusan selesai. Aku harus beli token listrik, alias pulsa listrik untuk persediaan sebulan nanti. Lalu lanjut ke toko kain yang menjual perlengkapan pramuka. Aku membeli buku SKU, bet semanggi dan bros topinya untuk pramuka anak SD laki-laki. Sudah bertahun-tahun nggak nyentuh pramuka, sudah lupa atribut yang harus dipasang, mungkin aku perlu googling dulu supaya tahu nanti dijahitnya di sebelah mana baju anakku.

Singkat cerita,
Pulang dari "toko ke toko" tadi, aku berkutat kembali dengan komputer. Beberapa kali harus ber-sms untuk membenahi kesalah pahaman dengan pembeli produk Jilbab Orin. Lalu menjawab sms dari patner di Jombang, tentang harga jual dan harga beli. Hiah...inilah lika liku pedagang.

Terlebih lagi, sempat dipanaskan hati oleh sebuah komunitas bisnis di rumah. Yang ngejagoin BISNIS ONLINE. Jadi panas banget. Masa ada artikel atau semacam ajakan, "SIAPA YANG INGIN DAPAT RATUSAN JUTA RUPIAH DARI RUMAH?"
"SIAPA YANG INGIN MENGIKUTI JEJAK, MENJADI EKSPOSTIR DARI RUMAH?"

kan jadi panas membara hati ini :)

Daripada berkutat dengan bisnis plan terus, aku klik Yahoo, agar bisa ber-YM dengan adik. Chatting dimulai.

Di rumah ibu, ada yang musti dibenahi. Segera. Dan semoga bisa dengan segera. Aku menghela nafas berkali-kali. KArena hanya itu saja yang bisa kulakukan sekarang. Pergi kesana, tentu sedikit sulit, karena anakku masih batuk, dan malah ada ekskul futsal nanti sore. Dan jika nekad pergi kerumah ibu pun, nanti pulangnya bisa malam, jangan-jangan hujan. Atau berangkatnya nanti, naik angkot, eh angkotnya tak datang-datang. Kuputuskan tetap di rumah saja. Mungkin nanti malam, aku menelepon ibuku, mungkin. KArena biasanya ada trouble di telepon rumah ibuku, atau di hapenya yang jarang dikeluarkan dari tas.

Kembali ke rumah. Kuamati lalu lalang tetangga dekatku. Wajahnya sering cemberut akhir-akhir ini. Something wrong?
Ah, susah nian hidup jadi orang Jawa. Kalau sering ngobrol ngalur ngidul, sambil ngedumel bareng --- tampak begitu akrab.
Giliran kita mengtahbiskan diri, menjadi mom-preneur, yang sibuk di dalam rumah dan nggak keluar rumah kecuali sesaat --- itu wajah-wajah tetangga berubah mimik jadinya.

Apa karena anak bontotku berulah, sering mengajak anaknya main kesana kemari?
yah tapi..
itu resiko lah..
seperti halnya ketika anakku masih kecil dulu. Aku-lah, si ibu, yang harus repot ngikut kesana kemari, dan sebel sama teman anakku yang udah gede dan gak didampingi ibunya lagi.
Resiko yang punya anak masih kecil gitu kan..
Yang anaknya gede mah udah bebas. KEmarin-kemarin kita kan juga repot sama seperti anda?
"Ini sih versi dalam hatiku sendiri"

Aku tak mau ambil pusing lah.

Hanya saja. Semua yang sudah terlanjut kutulis di atas, toh masih membuat hatiku menjadi gundah. Ah mungkin ada hiburan nanti di lapangan futsal. Semoga.

Anakq CURHAT ----- My Oh My..............

Tidak ada komentar
Kemarin senja, di atas dipan bambu, anak sulungku - 8 tahun merebahkan kepalanya di pangkuanku. Air matanya sesekali mengalir pelan. Ketika mencurahkan isi hatinya habis-habisan.

What a Moment!!!

Mendengar anak bercerita, walau terpatah=patah,
tentang sedihnya dijahili terus sama adiknya-4 tahun-,
tentang sedihnya jadi korban "bullying" teman sekelasnya
tentang inginnya punya motor mainan kecil Hot Wheel.. dan kamar sendirian bebas adik.

Hatiku haru biru, campur senang, campur bingung.

Senang karena target menjadi tumpahan hati anak, berhasil sudah.

Haru karena, sesal, karena ketika dia masih di perut, keadaan hatiku membuatnya berkarakter seperti saat ini, begitu perasa. padahal dia laki-laki.

Bingung, karena di setiap permintaannya, aku ingin memenuhinya segera, sekarang juga. Namun apa daya, ada batas. Terutama karena alasan klasik : finansial.

Namun, diantara gado-gadonya perasaanku itu, aku sempatkan menyelipkan sebuah kalimat sakti yang insya Allah akan berguna bagi kita berdua kedepannya, antara ibu dan anak

kalimat itu adalah,
"Nah mas, enak mana, ngobrol cerita sama mama, atau main game dan diam saja?"

"Enakan cerita kan?" lanjutku.

Anakku mengangguk.

"HAtinya sekarang lega kan, gak terlalu sedih lagi?"

Anakq mengangguk lagi.

"NAh, mulai saat ini, berceritalah setiap hari pada mama. Atau bapak, atau kelak ke adikmu jika dia sudah ngerti nanti. Mau kan?"

Dia mengangguk lagi.

My Oh My... hatiku menghangat dan menghangat lagi...

Nasi Kuning Kemarin

Tidak ada komentar
Pagi ini berjalan cukup tersendat-sendat.
Ngantuknya bukan kepalang.
Beberapa hari kerja rodi, beresin rumah dll, sekaligus langsung PP LA-SBY. Wah, rekor banget nih,

Alhamdulillah, berhasil juga mendrag my self untuk membuat lauk sarapan. Tempe dan udang bumbu kecap. Dan menghangatkan nasi kuning dari arisan semalam.

Bicara tentang arisan, entah bagaimana respon dan apa yang terjadi di dalamnya kemarin. Aku tidak hadir karena capek luar biasa. Tapi sempat nitip pesan kalau aku tidak ikut arisan putaran berikutnya.

Ya aku sengaja mengeliminasi, kegiatan kampung, yang sampai saat ini masih sering diwarnai ketidakguyuban. Salah satu kegiatan sajalah yang aku gawangi, yaitu pengajian rutin kampung. Targetku bisa rutin mengundang pembicara. INsya Allah, untuk 2 bulan lagi.

Oke, begitu saja. Nanti dilanjutkan kembali suasanan hari ini.
MInimal ada 3 paket yang harus dikirimkan, yaitu : ke Mataram, Kaltim, Jombang,.
Serta pemberitahuan bahwa stok jilbab lukis akan mundur dari jadwal.
Oke. aku ingin hari ini produktif. dari segi apapun. dan lebih kalem ke anak-anak.

I just Did It = BERHASIL !!!

Tidak ada komentar
Hari ini aku bisa berteriak sekencang-kencangnya.
Tentu dalam hati.
Aku BERHASIL.

Berhasil?

Ya, berhasil mengatasi kecilnya hatiku ketika harus berhadapan dengan beliau. Lalu mendengar kalimat-kalimat beliau, yang biasanya bertemakan : NOT ME, NOR MY FAMILY

Kalimat itu bukannya hilang. MAsih ada, tetap. Tapi pencernaan dan responnya inside semakin bagus. HEbat nih. aku bisa dibilang sudah lebih dewasa ya. Atau malah lebih tepatnya, Lebih cuek?

Hm..
Jika itu terjadi, than That is WELL DONE>

pembelajaran dan pelatihan menjadi cuek, sungguh berhasil nian kawan. Daaan...akhirnya itu membuat energi positif terjaga tetap menyala. Produktivitas tidak mandeg, walau bentuknya menjadi tulisan diary, bukan sebuah bros yang bisa dijual. Karena sudah kecapekan boo...dari kemarin kerja rodi beres-beres dan stripping road-show ke LA, plus aksi pasang-pasang pintu kamar mandi secara otodidak.

Last but not least. Saya bangga pada hati saya sendiri hari ini.
GOOD JOB ,
I LIKE IT.

DI SATU MINGGU PAGI

Tidak ada komentar

GELIAT MINGGU PAGI

Mengawali hari Minggu ini aku ingin sekali berbeda. Kemarin malam, Sabtu, Malam minggu, aku sudah all out mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Tujuannya? Ya supaya di esok paginya aku tak perlu melakukan lebih banyak hal.
Ah bisakah??
Aku akan memaksakannya untuk kali ini. Kulirik dapur yang sepi. Dan rencanaku akan kubiarkan sepi untuk beberapa jam nanti. Tapi, rencana sekecil itu saja tidak bisa lolos tereksekusi. Aku harus bangkit, mencoba mengatasi keramaian kecil antara dua anak lelakiku.
Kuhampiri Aldo-anak lelaki sulungku yang berumur delapan tahun. Dia sedang duduk cemberut di sebelah bantal besar bersarung hello kitty hijau yang lusuh. Bibirnya monyong lima senti alias bimoli. Dia sedang berseteru dengan Aji-adiknya, umur empat tahun, laki-laki juga. Tepatnya sedang rebutan mainan dan berdebat ingin membeli berapa mainan baru yang sama atau lebih bagus.
Sumpah. Aku bosan dengan suara anak-anak saat ini. Kalau bisa aku ingin terbang saja. Pinjam singgasana langit. Dan duduk di atas sofa awannya yang empuk. Lalu sendirian dan menuliskan hasratku disana.

Tapi tidak. Bumiku masih memaksaku duduk di pojok kamar. Memandang laptop. Hati bergemuruh. Otak berputar kreatif. Dan telinga yang terpaksa mendengar sedu sedan Aji, kesakitan karena jatuh sendiri.
Aduh mak. Mereka rewel karena lapar?
Itu kemungkinan terbesar, mengingat sejak bayi sudah bisa dianalisis. Nangis tanpa sebab yang masuk akal. Di pagi, siang atau malam hari, bisa berarti lapar.
Dan aku pun bergegas di langkah pertama. Duduk di depan Aldo, meletakkan segelas susu coklat hangat dan roti tawar di depannya. Lalu berucap memerintah, “Bismillah. “ memintanya membaca bismillah sebelum makan. Kuambil selembar roti tawar untuk Aldo dan untukku sendiri. Kucelupkan roti itu kedalam susu dan menggigit bagiannya yang basah. Aldo melakukan hal yang sama. Hanya dia mencelupkan rotinya terlalu banyak. Susu berceceran menetes dari roti, dan membuat kotor kakinya sendiri. Aku diam saja tidak menegur caranya makan. Kutunjukkan saja sambil berucap,” dicelupnya sedikit saja mas.”

Selesai, kami makan masing-masing dua lembar roti tawar celup. Dan menyeruput beberapa teguk susu hangat itu. Kemudian kubereskan roti dan gelasnya kembali ke dapur. Sambil meraih selembar serbet corak biru dan melemparkannya ke kaki Aldo. Sesi pertama beres. Anak sulung sudah sarapan, bukan nasi, tapi minimal perutnya sudah terisi makanan.

Tinggal si kecil. Dia tidak suka acara roti celup-celup atau bubur. Aji ini Nasi n Kecap minded. Nah, aku kembali memaksakan diri tidak melirik ke dalam kamar dan memandang layar laptopku yang sudah berisi beberapa kalimat dengan model fancy di program Word.

Aku masuk ke dapur yang tak berpintu. Membuka kulkas. Mengeluarkan kentang kupas yang sudah kurendam dengan air sejak kemarin sore. Memotongnya kecil-kecil dan menggorengnya. Sambil menunggu matang, kubuka kulkas kembali. Kali ini aku mengeluarkan isi lebih banyak. Daging burger koin yang kubuat by accident kemarin, kecap Bango yang kubungkus kresek karena sebagian isinya sudah kumasukkan kedalam botol refill, dan wadah berisi lombok, tomat ers untuk sesi bikin sambal trasi favorit suamiku.

Belum juga kentang selesai digoreng, Aji menghampiriku dan berteriak,” mama aku maem nasi sama kecap!”
Wah cocok sekali. Karena rencananya aku masak kentang dan daging burger itu jadi SEMUR KECAP. “Oke deh….ini mama masak dulu sayur kecapnya”.

Kutersenyum sendiri dengan nada bicaraku yang ringan. Lalu aku berhenti sejenak dan meletakkan sutilku. Kutoleh ke belakang tempat Aji berdiri. Dan mengangkat tubuhnya. “Nih lihat nih mama masak sayur, “ kutunjukkan ke arah wajan sedang di atas kompor. Aji melengos mencoba menghindari ciumanku. Aku malah makin usil untuk menggigit dagunya. Beres deh. Sedikit mesra bisa melipur lara anak-anak. Aji pun kembali ke ruang tamu, aku kembali melanjutkan memasakku.
Di ruang tamu sudah ada sahabat kedua anakku, Adam- kelas 2 SD-sahabat dekat anak sulungku sebenarnya. Hanya karena sesama lelaki, dan Adam ini sifatnya sabar, jadi bisa klop dengan Aji.

Aldo-Adam-Aji : aku menjulukinya trio kwek-kwek. Hehehe…
Dengan adanya Adam, suasana bisa lebih aman terkendali. Aldo dan Aji punya penengah untuk tidak melanjutkan hobi rebutan dan rusuhnya. Apalagi setelah komputer sudah menyala. Semakin aman.

Semurku sudah matang. Segera kuambil beberapa sendok dan kutuang ke atas nasi yang juga baru saja matang, lalu kusuapi Aji. Semula dia menolak, namun setelah beberapa suap, dia mulai lahap. Kulihat wajah kedua anakku buram semua, belum mandi. Maunya langsung kumandikan saja mereka berdua, tetapi Aji baru makan. Kabarnya kudu menunggu beberapa saat dulu setelah makan, baru mandi. Agar suhu tubuh badan tetap hangat untuk keperluan metabolisme makanan yang baru masuk tadi. Jika langsung mandi, nanti tubuh menjadi lebih dingin.

Ya ini masuk akal. Hanya saja, beberapa lamanya menerapkan ke diri sendiri atau anak-anak, sudah makan langsung mandi : tidak ada efek buruk yang berarti. Tidak sakit perut, tidak jadi perut buncit, tidak terjadi apa-apa.

Kupikir, Minggu saja, ada delay sedikit untuk jadwal mandi is find and fun. Ku langsung masuk kembali ke dalam kamar. Layar laptopku sudah gelap. Aku menyentuh mousepad touch. Dan kembalilah kulanjutkan tulisanku.

Sebelumnya iseng dulu update status di facebook. Dan membuka WINAMP sebagai teman meredam kebisingan di luar kamar. Lagunya itu-itu saja sebenarnya. Lumayanlah.

Kuteguk dulu teh hangat yang baru kuambil dan menggigit sepotong tape goreng. Tercium bau cat pilox menyengat dari jendela di atas lantai tempatku duduk. Suamiku sedang berjibaku dengan sepeda tua bapakku. Sepeda kebo. Sepeda kuno. Memperbaikinya agar bisa dipakai lagi. Supaya ada kendaraan bersehat-ria di pagi hari bersama anaknya. Juga untukku bisa mencari aktivitas unik bersama Aji di kala pagi atau sore hari. Facebookan terus bukan hal yang bagus kan? Walaupun itu sambil jualan, itu masih menyedot berjuta detik waktuku dengan sia-sia sebenarnya.

“Jangan! Adik !”
Kudengar teriakan suamiku kepada Aji. Wah mulai deh berulah si bontot ini. “Ini sudah kering pak catnya, ini boleh, kalau ini?” suara riang Aji semakin merunyamkan masalah.

Aku menengok keluar jendela. Tampak dada suamiku sudah naik turun menahan amarah melihat ulah Aji. Wah wah, kalau sedang bekerja, suamiku ini mudah sekali marah. Susah deh diinterupsi sekecil apapun.

Nah, terpaksa edisi kelima mungkin ya? 
Aku keluar, menarik tangan Aji yang sudah waspada untuk membuat tubuhnya menjadi berat. Tanpa kata kutuntun dia ke dalam kamar mandi, dan kututup pintunya.

“Lho, kok aku mandi se ma?” tanyanya polos. Aku masih diam. Tanganku bergerak melepas kaosnya. Aji berusaha memberontak dengan cara menggigit kaos yang lewat kepalanya. Ku katakan saja,” kalau digigit , kepalamu makin sakit lho” dan aku teruskan saja mencoba melepaskan kaos itu dari kepalanya. Aji pun menyerah.

Langsung byur tanpa babibu lagi. Seperti biasa, Aji akan berteriak-teriak,” dingin…..ga mau mandi, ga mau mandi.” Kulanjutkan mengguyur kepalanya dengan air. “aku gak mau keramas. Ga mau keramas. Mama nakal. Nanti mataku kena sabun.” Teriakan rutin Aji ketika aku mencoba membersihkan rambutnya dengan sampoo.

“Kalau Aji diam, nanti matanya nggak kena. Sudah diam dulu.” Kulanjutkan semua sesi mengoleskan dan menggosokkkan sampo dan sabun. Siap untuk membilas. Kutarik badannya menempel ke perutku. Dan mendongakkan kepalanya. “Ayo lihat atas, biar airnya nggak kenak mata”. Aji menurut dengan desis menggigil seperti anak yang takut tenggelam. Urusan mandi satu anak selesai. Nah kan, kalau sudah mandi dan makan, anak relatif lebih tenang dan tidak mudah cari cara untuk menggoda saudara/ortunya. Karena mereka merasa sudah nyaman dan kenyang. Untuk Aldo, aku tinggal bilang saja. “mas mandi dulu ayo.”
Aldo pun berpamitan pada Adam, “ aku mandi dulu ya Dam.” Dan meninggalkan game hamster yang mereka mainkan berdua, 2 players. Aku tinggal berteriak sedikit dari luar, “keramas!”
“sikat gigi!”
Menyediakan kaos untuk gantinya. Dan kembali masuk ke dalam kamar, melanjutkan menuliskan diary cerpenku hari ini.
Paska mandi dan makan, dua anakku plus Adam, sudah kabur dengan sukarela dan meninggalkan rumah menjadi sepi. Senyumku tersungging di dalam hati. Namun hati masih yakin, sebentar lagi mereka akan segera kembali dan rumahku menjadi ramai lagi.

heppi job? masih dipikirin!

Tidak ada komentar
Bisa dibilang nggak, aku ini terlalu banyak maunya?
pengen ngelakuin ini itu sekaligus jebret dalam satu tempo.
aih aih. karena semuanya itu tampak menarik dan bisa kulakukan.
jadi deh. pengen bisa,
lalu pengen sharing
lalu kalau bisa nih, pengen dijual
hahah...dasar udah kena virus dagang akut !!

oyehhh oyehh...
aku terkiwir-kiwir ajaaaa ngelihat craft, terutama flanel dan wire jewelry.
cuman yoo...butuh modal bowww...

kain flanel
renda
manik
lem
dsb dst etc dll.

kalau nulis kan, tinggal butuh listrik. ya ga?
dan listrik plus pulsa internetnya bisa nebeng sama toko online.

sementara tuh bahan wire jewelry masih ada kan? itu aja yg diterusin mbak Heni yang sering lingluunggg mikirin apa yang bsia dikerjain dulu...

iya iya deh.
sudah diputuskan dalam sekejap mata
apalagi setelah terharu, ada teman penulis yang merindukan noteku. waduh, ini penghargaan besar nih,

tapii...
apa nanti aku gak setengah-setengah, dua-duanya??

kan kata ownernya profresor kerudung Rabbani, kalau mau sukses bisnis tuh, harus itu saja yang dipikirkan sehari-hari. mikirin bisniiiiiiiiiissssss aja. sukses deh dijamin, hehehe

cuman juga...
ketika baca novel NEGERI 5 MENARA nya AGUS FUADI, menulis dia istilahi sebagai bentuk ibadah sosial. Nah lho. hebring kan. udah sosial, ibadah pula. Mantep. Bau surga kayak udah lewat di syaraf hidung :))

haduh haduh
pengennya semua sempurnaaa...
atau minimal, bisa dilakukan..

eiit baru terbersit di hati ini,
bagaimana kalau memilih saja, melakukan apa yang membuatmu heppi??

iya ya
apa coba?
coba deh sebelum tidur nanti aku pikirkan jawabannya..

ya udah pamit dulu deh tiduurr...udah jam 10:54 WIB nih, efek kopi sudah berkurang banyak. dan punggung nih pengen selonjoran. udah seharian ,masak, setrika, nyuci.

for next, aku ingin sekali interaktif dan aktif belajar bersama anak-anakku.
semoga program separasi room bisa berjalan dengan sempurna dan penuh warna. oke cabut cooyy...

Bukan WONDER WOMAN

Tidak ada komentar
Bisa nggak ya, dalam sehari tuh ini yang kulakukan ?

1. ngurusi rumah : masak dst
2. menjadi guru interaktif untuk aldo dan aji ; akademik dan ngaji
3. stay online di toko jilbab onlineku
4. membuat rancangan desain jilbab dan bros
5. mambuat bros kawat dan manik-manik
6. membuat kreasi flanel
7. menulis dan meneruskan tulisanku.
8. masih aktif : sholat malam, ngaji, baca tafsir, dst
9. olahraga
10. bertemu tetangga ; untuk bercakap-cakap hal2 yang baik2 saja, alias no gosip pliiis
11. nemenin suami; dengerin curhatnya, ngasih perhatian, pijet2 dikit

dalam 24 jam, bisa ga ya??

Because of Internet??

Tidak ada komentar

Apakah hidupku berubah sangat banyak karena JILBAB ORIN ?
atau karena ada INTERNET ?

atau lebih spesifik lagi, karena FACEBOOK??

Aku tidak tahu darimana awal mulanya.

tetapi kalau kuingat jauh-jauh hari yang lalu. Sekitar satu setengah tahun yang lalu, ketika aku full di rumah saja tanpa internet, tanpa komunikasi dengan teman lewat cara apapun, aku sering berkeluh kesah kepada suami :

BOSAN
JENUH
SEPERTI MATI SURI, rasanya..

Dan seterusnya.
Padahal pekerjaan di dalam rumah tangga,sedang repot-repotnya.
Satu anak bayi. Satunya baru masuk SD. Tetapi sering sekali aku merasa bosan nggak ketulungan/

NOvel setebal ratusan halaman pun bisa aku lahap dalam 1-3 hari saja.

Dan kehidupan itu berubah sekarang.

Saat ini, hatiku begitu riang, memandang tumpukan buku anak-anak di rumahku, yang berasal dari rupiah demi rupiah keuntunganku menjual Jilbab secara online.

Di teras pun ada benda berwarna merah, yang nyaris selalu sukses untuk membuatku tersenyum. Cantik dan Matic.

My Hijab Journey

Tidak ada komentar
Hidayah
Kata ini terasa begitu...."mahal".
Terasa begituu....*SULIT*
Rasanya takkan mau menghampiri diriku ini, yang dari kemarin-marin, masih begini-begini saja.
Biasa-biasa saja :
sholat sekedarnya 5 waktu.
tak lanjut bergegas sholat tahajud ketika alarm berbunyi jam 3 dini hari
tak segera menghabiskan hutang puasa di bulan ramadhan
standar
gituuu saja.

Namun, hati kecil ini sering sekali merasa nggak puas dan memarahi diri sendiri.
karena aku ingin sebenarnya meningkatkan keimanan dalam bentuk apapun. Ya ibadahnya , ya menutup auratnya.
Aku ingin menjadi seperti sosok yang menawan di hatiku :
seperti istrinya AA Gym [Teh Ninih]- yang bagiku beliau adalah wanita yang lembut, tangguh, tahan banting sekaligus selalu maju ke depan, apapun yang terjadi. Aku terkesan ketika beliau menjadi mentor di acara Kajian Muslimah ITB, beberapa tahun yang lalu, ketika aku masih menjadi mahasiswi Kimia ITB.

Aku terkesan dengan bajunya, terus terang. Walaupun tutur kata, tatapan matanya yang teduh, suaranya yang pelan - yakin dan teratur, sungguh juga mengagumkan. Tapi aku masih sangat terkesan pada cara beliau berpakaian. Gamis panjang lebar berlapis, dengan kerudung khas Daarut Tauhid berwarna senada. Manis dan anggun sekali tampaknya. Ingin sekali aku berpakaian seperti itu, feel so free, gitu deh rasanya.

Maka ketika masih kuliah itu pun, aku mencoba-coba dan meniru-niru. Pertama aku coba beli jilbabnya di daerah Dipati Ukur, kalau tidak salah. Di gerai Rabbani - saat itu belum sebesar ini merk Rabbani. Itu sekitar tahun 1999. Wow, 11 tahun yang lalu ya...!!! nggak kerasa.

Aku memakai Jilbab Teh Ninih. Ukurannya gede banget. Sebenarnya nggak cocok dengan gaya berpakaianku yang bercelana panjang. Maka aku memakai rok panjang yang dibuatkan kakakku dari Surabaya.

UUhh...rasanya ribet banget deh. Maklum saja, sejak kecil aku sudah dibiasakan oleh ibu untuk memakai celana panjang. Begitu juga dengan keempat saudara perempuanku lainnya. Alasan ibu waktu itu, karena biar aman. Maklum saja kami tinggal di kota besar, di Surabaya. Notabene banyak kejahatan yang bisa terjadi pada anak perempuan, jika kita tak ekstra waspada menjaga diri.

Nah kebiasaan itu terus terlaksana sampai sekarang. Sampai dua anak lelakiku sudah berumur 8 dan 4 tahun. Aku masih setia bercelana panjang kemana-mana. Jilbab juga makin pendek karena milih praktisnya. Kadang juga repot kudu berjilbab, main meluncur saja ke warung atau toko tetangga untuk membeli krupuk.

Dan..berjalannya waktu...
Kenangan atau bisa disebut sosok seorang Teh NInih ini masih terpancang kuat di mata batinku. Betapa tenang rasanya beliau. Sering aku berangan, kapan ya bisa seperti beliau? dalam hal berpakaian. Entahlah, pakaian ini yang masih saja menjadi PR besar buatku,

Pernah, suatu hari aku bercakap dengan temanku Nora, ketika sama-sama aktif di masjid Salman ITB. Nora ini mahasiswi UNPAD. Gaya berpakaiannya persis Teh Ninih. Dia pun kulihat mempunyai ketenangan air muka yang sama,
aku curahkan isi hatiku pada Nora ini, aku katakan "ingin sekali bisa berpakaian seperti kamu Nora. Rasanya aman dan damai banget deh"

Dan malah dia menjawab dengan kalimat yang diluar dugaanku.
"Hen, harusnya bukan baju yang jadi prioritasmu. Perbaiki dulu ibadahmu dan rasamu kepada Allah SWT"

Aku tercengang beberapa saat, dan itu berlanjut sampai sekarang.
Aku pun melepaskan diri dari angan-angan untuk bergamis dan berjilbab lebar. Aku pun semakin mensahkan diri sebagai perempuan tomboy. Terlebih anakku laki-laki semua , klop deh. Semakin orang mengomentariku, "gagah, kayak cowok, tomboy" hatiku semakin senang.

Pun ketika aku mulai membuka usaha Jilbab. Itu aneh sebenarnya. Karena aku tak peduli dengan berdandan. Bergonta=ganti jilbab, baju, dll, cuek deh. Jaket, kaos oblong, jilbab pendek, celana jins, itu saja seharianku.

Lalu ada beberapa hal yang menelisik hatiku sedikit demi sedikit.
Ketika aku lewat di depan kaca jendela sekolah atau rumah orang dan melihat siluet badanku, aku merasa.."ih, kok kelihatan banget gitu ya...lekuk tubuhku..."
ada rasa malu menyergapku diam-diam. Dan ketika ini kuutarakan kepada suamiku, dia hanya tersenyum.

Semakin hari semakin waktu...
rasa malu itu semakin bertambah besar. Apalagi ketika mendengar komentar anak sulungku, ketika aku berpakaian sedikit pas di rumah, dia sudah protes, "mama kok bajunya malu se?"

Dan...
Hidayah itu pun datang. Terutama ketika aku semakin yakin, bahwa perintah dari TUHAN itu hanya untuk kebaikan MAKHLUK=NYA semata. PAsti.
Sekarang...
Tanpa disuruh siapapun..
Tanpa dipelototin suamiku...karena dia lebih suka aku sadar karena kemauanku sendiri. ...

Semakin hari, aku semakin membenahi busanaku...
Baju, kaos, jilbab yang pendek dan rada ngepas, sudah aku wariskan ke adik iparku.
Kuganti dengan yang ukuran lebih panjang.

Dan itu sekarang kupakai dengan nyaman saja. Tidak merasa ribet sama sekali. Pun ketika di rumah aku sering memakai rok dan gamis. Subhanallah, inikah namanya hidayah itu?

Aku senang dengan perubahan diriku sendiri. Terutama ketika aku ingin sekali agar anak-anakku bisa punya keimanan dan kebiasaaan ibadaha yang lebih baik dariku. Maka aku sering merasa , kalau harus lebih dulu membenahi diri. Apapun itu. Ya sholat, ya bicara, ya semuanya. Aku semakin haus ilmu. Aku semakin ingin menerapkan ini itu. dan Hidayah itu datang

Aku pun sekarang berjilbab lebih baik daripada kemarin.
KEtika belanja, aku berjilbab. Ketika duduk-duduk di teras , aku usahakan berjilbab
Dan ketika berjilbab, aku sudah merasa biasa saja. Tidak merasa gerah dan segera melepas jilbab seperti sebelumnya.

Dan..
ketika kemarin aku sibuk memikirkan, apa komentar tetanggaku nanti ya?
kemarin aku sore-sore nyuapin anak, dengan berpakaian biasa, tanpa jilbab.
Trus aku berjilbab, jadi sok gimana-gimana jangan-jangan nanti aku dianggapnya?...

ternyata...
tidak ada satu pun reaksi negatif kepadaku...setidaknya yang kudengar.
Atau juga karena aku sudah tidak menghiraukannya lagi, karena aku sekarang lebih sibuk untuk membenahi diriku sendiri, agar semakin pantas menjadi teladan untuk anak-anakku.

Oh semoga, kelak anak mantuku bisa lebih baik dariku dari segi keimanan...
semoga kedua anak lelakiku mendapatkan istri yang shalihah dan baik kepadaku dan suamiku.

RITME KERJAKU SAAT INI ^_^

Tidak ada komentar
Terus terang, beberapa bulan ini aku mengalami kemunduran yang sangat pesat di dunia PERBACAAN BUKU dan PENULISAN sesuatu.
Sejak aku memulai USAHA GROSIR JILBAB ORIN ku itu. Waktu, pikiran dan tenagaku tersedot habis-habisan disana.
Untuk :
1. Upload foto produk sekaligus mengedit ini itunya
2. Upload foto ini sekarang ada di 3 tempat : BLOGSPOT, FACEBOOK dan KIOS DAGANG
lumayan melelahkan dan rada membosankan sebenarnya, tapi untunglah ada teknologi
COPY PASTE
3. Untuk promosi
3. Untuk menerima pesanan atau menunggu pesanan :)
Bisa seharian CHATTING, SMS atau bertukar INBOX
4. Setelah ada pesanan,sibuk riwa riwi cek STOK BARANG, nelpon TIKI nanyain Ongkos kirim --- karena website TIKI tidak sip untuk cari ONGKIR, filenya bentuk pdf yang panjaanggg lebar, sementara JNE - mudah cari ongkir di website, tapi jauuhhh dari rumahku, ini dilakukan sembari SMS/CHATTING-an dengan calon pembeli.
5. Selesai, masih mengurus CATATAN ADministratif, supaya ALAMAT , NOMER REKENING, JUMLAH PESANAN tidak salah tulis
6. BErkutat dengan INTERNET BANKING atau SMS BANKING untuk cek transfer
7. Jika pembayaran beres, lalu packing, kasih Bonus sesekali :), dan siap kirim
8. Mengirim Paket pesanan pun menunggu jadwal yang pas dengan rute keluar rumah.
Biasanya setelah mengantar anak sekolah, atau sekalian beli token listrik atau
sebelum menjemput anak sekolah [maklumlah yang dagang kan IBU RUMAH TANGGA ^^]
9. Jika pesanan terkirim, harus segera mengirimkan SMS berisi NOMER RESI.
Terpaksa kembali nunduk sambil mencet-mencet hape, mirip remaja masa kini
10. Beberapa hari kemudian, Kroscek ke Pembeli, apakah paket sudah diterima.
Jika SUDAH = BERES
Jika BELUM dan melewati MAsa Normal = harus kroscek ke Ekspedisi.

Di sela-sela melakukan itu semua, biasanya aku :
1. Melayani anak keduaku, Aji : makan,mandi, main, bacain buku atau ngurus BAB --
fiuhh yang terakhir ini bisa 3x sehari !!! mabok deh
2. Masak dan urusan Dapur
3. Nyuci manual Baju yang bakal error kalau digiling di mesin cuci
4. Njemur baju yang udah setengah kering dari mesin cuci
5. Setrika baju - jika sikon dan mood memungkinkan :)
6. Menyapa tetangga sambil belanja di tukang sayur depan rumah
7. Nyapu rumah, beres-beres sedikit.
Atau kadang kubiarkan saja, kalau Aji dan temannya main dan mengacak-acak rumah
Nanggung dibersihkan juga, sandal n sepatu akan dijajar dari pagar sampai pintu
tamu
8. Siap-siap menjemput anak sulungku Aldo, yang artinya harus membangunkan adiknya
Aji, jika dia ketiduran. Atau memandikan Aji dulu. Atau membuatkan dulu susu.
Atau sibuk membujuk agar mau memakai jaket dan kacamata hitam biar nggak kepanasan
dan kelilipan, karena jemputnya ini jam setengah satu siang. Untuk perjalanan
15 menit naik motor
9. Sesampai di sekolah, kadang menerima SMS customer, sambil ribeet membujuk Aji
biar nggak minta es ini, jajan itu dan mainan ini itu. Lalu menyapa wali murid
lainnya dan membicarakan ekskul pilihan, PR atau remidi atau bahkan harga jilbab
di pasar grosir surabaya [sekalian survey maksudnya, hehehe...]
10. Sampai di rumah, segera ke dapur, untuk makan siang, sambil nengok komputer
kalau masih nyala. Kalau udah dimatikan tadi ya, ngurus anak-anak dulu yang
biasanya dengan semangat memulai acara rebutan kursi, jenis Game di PC, botol
minum, kartu, Stik es krim, mainan dsb...RAME dah pokokna !!!
11. Jika berhasil, maka dua anak ini akan tidur bersamaan. Jika tidak akan lanjut
sampai sore. Dan masuk waktu belajar bersama. Yang artinya : si kakak belajar
sama mama [saya], di adik [harusnya] main sama bapaknya --- tetapi lebih senang
mengganggu kami [kakaknya dan saya] ==== RAME LAGI deh...
12. Urusan makan malam, sholat maghrib, dll...beres...maka menuju tidur..
eh kadang, ada lho sms pesanan masuk jam 9 malam, 10 malam, bahkan 12 malam
[itu kalao saya kebetulan begadang, langsung deh saya jawab]

fiuhh...
baca aja ikutan capek ya?

Anda Ibu RUmah Tangga Murni tanpa PRT...
dan ingin mulai Dagang Online??

Nah seperti inilah kira-kira RITME KERJANYA...

Tiada maksud lain...selain berbagi cerita.....

Kesal

Tidak ada komentar
Beberapa hari yang lalu aku dikejutkan dengan kenyataan, bahwa tidak semua pernikahan berjalan mulus. Dan tidak semua pernikahan, dipegang teguh kesuciannya oleh para suami atau istri yang ada di dalamnya.

SUngguh kacau dan menyebalkan. Menyadari, ketika kita berupaya sekuat tenaga menuju jalan syar'i, agar keluarga semakin diridhoi oleh NYA. Ini malah ada sepasang manusia yang bermain-main dengan lembaga suci bernama pernikahan.

Memuakkan sekaligus membiuskan rasa kesal di dada.

Bukankan ada jalan sebelum menikah yang perlu diwaspadai, agar anda bersungguh-sungguh ketika sudah masuk ke dalamnya?
ataukah sama saja. Anda sama main-mainnya ketika berpacaran sampai pada pernikahan. Walaupun beberapa buah hati, keturunan kalian sudah lahir kedunia dengan lucu-lucunya??!!!

Seandainya bisa, ingin kukejar lelaki beranak dan perempuan bersuami itu, lalu aku tendang sekuatnya mereka supaya terjengkang sampai ke sungai.

JIka ini itu bisa memudahkan kalian bermaksiat. Lebih baik masuklah kembali ke dalam rumah, wahai para perempuan. DI rumah itu bisa kita sediakan apa saja. DI rumah itu kita bisa ber;apa saja. Kita tidak hanya bisa diam dan melakukan pekerjaan para pembantu rumah tangga.

Sungguh, sungguh amat keliru. Kebebasan bergaul ini, mudah sekali menggelincirkan orang.

Ah, inikah kehidupan modern dan metropolis itu?
Ironis.

hm...

Tidak ada komentar
Sepi. Padahal Aji hanya main di luar rumah, berjarak beberapa meter saja.
Nganggur. Bengong. Sudah mengupdate foto di situs jualan, sudah itu tidak tahu lagi harus ngapain. Sambil ngeprint worksheet gratisan buat Aldo, aku ingat, aku bisa menulis kan? :)

lucu, cita-cita jadi penulis, kok malah menulis hanya ketika waktu sudah kosong. kebanyakan dan terlalu lama menganggurkan kepala nih ya kayaknya...

MOM-PRENEURSHIP WANNABE

Tidak ada komentar
Ada seorang kenalan baru yang bertubi-tubi menyerangku dengan pertanyaan dan pernyataan, yang siratan maknanya adalah "kok bisa sih jadi ibu rumah tangga dan lain-lain?..

Pertanyaan itu menohokku. Jujur sih, ada bangga terselip di dada. Karena, sedikit banyak pertanyaan beliau menunjukkan kalau aku sudah tampak hebat, minimal baginya. Apalagi ketika ada pertanyaan lanjutan, "Kasih resepnya donk?"

Nah lho, seharian aku mencoba meramu kalimat yang pas untuk menjawabnya. Aku harus hati-hati sekali, karena takut terkesan sombong, sekaligus khawatir,kalau nulisnya sok hebat, jadinya nanti kejepit sendiri dan terpaksa harus selalu melakukan apa-apa yang sudah kutulis, kan?
misalnya, ketika aku menjawab, "itu manajemen waktu dan emosi harus dibina banget mbak.." dan semacam itulah. Nah, konsekuensinya kan, dalam keseharianku nanti, aku harus menunjukkan bahwa, aku pribadi sudah bisa menerapkan manajerial sebaik yang kutulis. padahal aslinya??

Tetapi, jika aku diam saja, resikonya, dianggap NOT RESPONDING atau PROBLEM LOADING ya?? :-P

Aku ingin sekali menjawab dengan kalimat yang indah dan inspiratif. Tapi dari tadi tidak nemu. Aku coba meramu secara sistematis, dan instruksional mirip tutorial craft gratisan yang bertebaran di dunia maya ini. Tapi tetap tidak bisa.

Dan sampai sekarang, aku tidak bisa menjawab pertanyaan itu dengan runtut.

Kenapa?

karena :

aku biasanya mengambil kepingan-kepingan nasihat dari alam semesta di sekitarku. satu per satu. dari dialog film di tivi, dari kisah sejati di tivi, eh itu karena sejak bayi aku sudah akrab banget dengan tivi...
atau dari chatting dengan teman, dari kisah biografi, dsb.

Yang pada intinya menguatkan kilatan-kilatan di hatiku, tentang :

1. ibu harus di rumah. dan menjadi pusat kehidupan anak dan keluarganya. mungkin juga karena aku sempat beberapa saat menjadi GURU SD, maka, menjadi guru buat anak-anakku sendiri, merancang pembelajaran mereka, melatihnya, membuat soal,dsb, itu sangat seru. walau melelahkan tentunya.


2. aku ingin menjadi kebanggaan buat anakku, jadi kalau aku seringnya ngelist sinetron ecek-ecek saja di tivi , ketika waktuku senggang, di jamin anakku gak akan bangga, ya nggak?
aku pun ingin menjadi kebanggaan orang tuaku. minimal, aku sudah menjadi atau menghasilkan sesuatu yang kontinu.

3. aku harus mandiri secara finansial. karena aku ingin bebas menggunakan penghasilanku untuk ibuku [karena bapakku sudah almarhum], ibu mertuaku, sanak saudaraku dan siapa saja yang ingin kurengkuh dengan rejeki yang dilewatkan kepadaku. aku pun ingin bebas memenuhi keinginanku sendiri sebagai perempuan. karena biasanya, ketika seorang perempuan sudah mempunyai anak, maka dirinya tak lagi dipikirkan. semuanya menjadi "anak-minded". aku tak ingin terlalu seperti itu, aku ingin seimbang. maka agar tidak mengganggu anggaran belanja rumah tangga, maka aku harus berpenghasilan sendiri.
dan selain itu, aku pun ingin perempuan lain juga bisa mandiri secara financial sepertiku.

4. aku tidak ingin menjadi "manula pengangguran".
ketika tua harus berkutat dengan cucu dan mengulang kembali periodeku sebagai seorang ibu muda. terkesan bakal jadi nenek yang "judes" sih, cuma aku ingin di periode tuaku, aku semakin bebas menjadi pribadiku sendiri. karena, ketika mengasuh anak seperti sekarang ini, aku harus melepaskan atribut "keakuanku", dan mengikuti dunia mereka sampai anak-anak mandiri nanti.
yang menjadi bayanganku, adalah , ketika tua nanti, [jika ada umur panjang dan barakah], aku masih sibuk. sibuk berkreasi, menjadi pengajar di rumah kreatifku, mengajari gratis para gadis/ibu muda yang kurang beruntung, ikut pameran INACRAFT, dan sibuk memantau perkembangan usahaku-apapun nanti muaranya-entah jilbab atau craft.

dari keempat kilatan hatiku ini, aku sering berdiskusi mencari bentuk kegiatan yang bisa mengakomodasi semuanya, dengan suamiku. maka terbitlah kata USAHA ONLINE. dengan alasan utama, usaha ini bisa dikendalikan dari rumah.


aku berbasis sains, itu ditinjau darimana aku menyelesaikan kuliahku. jika aku berwirausaha, biasanya yang terlintas,adalah bimbel, klub sains,buku, dll. lalu aku merenung, ketika bertemu ibu-ibu rumah tangga yang lulusan SMP atau SMA, mana bisa aku merekrutnya menjadi tenaga pengajar atau karyawan akademikku? maka aku putuskan untuk pindah ke craft, yang bisa lebih mudah diajarkan dan juga mudah dipelajari. hati ini sebenarnya berat, karena aku seperti mengkhianati para dosenku dan guru-guruku. juga, masih harus membuka telinga mendengar komentar pedih dari mereka yang mengenalku dan mendadak tahu almamaterku, kemudian berkata "sayang banget mbak, lulusan kimia kok nggak ngajar, atau nggak kerja, atau kok malah jualan jilbab, dst.." klasik, tapi nyata.

dan lahirlah konsep USAHA JILBAB ONLINE. dengan target utama, minimal, bisa menjadikan usaha ini jalan rejeki untuk keluarga besarku, : aku , adik iparku yang jago bordir dan sulam, ibu mertua yang sudah puluhan tahun menjadi penjahit, keponakan yang bisa merajut, dan sanak saudara lain jika tertarik untuk mengikuti usaha ini.

oww...MISI USAHA yang sungguh MULIA.

apakah misi yang mulia itu berarti segalanya pasti lancar?

enam bulan pertama, keadaan rada kacau. anakku yang sudah sekolah kelas 2 SD, jarang sekali belajar bersamaku. aku pun jarang membuatkan soal dan belajar bersamanya seperti jaman kelas 1 atau TK dulu. perhatian pun terbagi untuk adiknya yang kuajak monda-mandir warnet-rumah ketika menggawangi bisnis jilbab onlineku itu.

suamiku memendam amarahnya, dan menganggap prioritasku berubah arah. dan ini cukup memancing emosi. namun bisa redam ketika aku mengingat misi utamaku membuka usaha ini.

bagaimana keadaan rumahku yang tanpa pembantu rumah tangga?
cucian baju menumpuk padahal tinggal digiling di mesin cuci, apalagi yang harus disetrika. suamiku sering harus mensetrika baju kantornya sendiri di pagi hari, karena ketika modemku masih SMART Hape, aku harus online sejak sebelum shubuh,ketika sinyal masih kuat.

sarapan, masak seadanya. anakku sekolah kubekali dengan uang saja. perlengkapan sekolah dan buku-buku, kupaksa disiapkannya sendiri.
kadang siangnya aku tidak masak, karena dari pagi sampai menjelang acara menjemput anak pertama sekolah, aku stay di warnet, untuk mengedit dan mengupload foto atau chatting dengan calon pembeli jilbab. aku di warnet bersama anak keduaku, Aji.

Aji sering ketiduran di pangkuanku, dengan keringat penuh karena warnetnya panas tanpa AC. Aji pun sering bolak-balik BAB karena kebanyakan makan snack - bekalku untuk menyogoknya agar tidak minta pulang.

Sulit dan kacau, namun aku diyakinkan oleh teman kuliahku yang sudah lama berbisnis, agar aku bertahan dengan kondisi itu. dan bisa memenuhi fasilitas yang kuperlukan dari keuntungan usaha. dan nasihat ini sangat manjur.

dalam waktu enam bulan , fasilitasku terpenuhi, modem yang bagus, kamera digital yang cukup bagus, laptop yang hard disknya sembuh,

karena fasilitas sudah bagus, maka ritme kerja sudah bisa diperbaiki. aku tak perlu lagi begadang untuk upload foto. anak, suami dan rumah bisa terurus.

dan , apakah itu sudah menunjukkan menajemen yang bagus?
belum sih, cuman membaik, karena aku menerapkan konsep, JANGAN MENUNDA DAN KERJAKAN SECEPAT MUNGKIN KALAU BISA.

misalnya, aku harus memasak dan berbenah dapur. aku harus lakukan saat itu juga, masak sekalian beberes dapur, dan selesai. kemudian kembali ke laptop, hehehe...

kadangkala, rasa enggan, capek, dan ga mood kembali mengacaukan sistim pengaturan kerja ini, tapi aku terapkan lagi satu resep AKU TIDAK MERASA BERSALAH LAGI DENGAN SEDIKIT KETIDAKSEMPURNAAN PEKERJAANKU,

jadi, kalau terpaksa anak-anak makan siang pakai abon, ya dibuatlah suasana makan yang asik-asik saja, aku gak membiarkan diriku merasa bersalah karena belum masak. hasilnya sangat positif. karena perasaan bersalah itu racun berbisa untuk produktivitas.

baru dua hal ini yang cukup membantu dan mampu kukerjakan. semakin hari, tentu aku ingin mempunyai ritme kerja yang manis, antara mengurus rumah tangga, diri sendiri, berkarya dan berjualan, ohya dan satu lagi bertetangga [karena asik online, jadi jarang keluar rumah soalnya, hehehe]

itu dulu yang ingin kubagi, jika ada MOM-PRENEURSHIP yang udah gape banget ngatur waktu, kita bisa share disini.

KADO PAGI HARI

Tidak ada komentar
Kemarin malam, pasca buka puasa, membuka inbox facebook dari hapeku, sambil memelorotkan isi perut. Sebuah jawaban dari pesanku sebelumnya datang dari kawan lama. Kawan yang sebelumnya malah jarang bertegur sapa. Isi pesan itu intinya tentang pengelolaan ke-online-an usaha jilbabku di facebook. Yang menurut sarannya harus dipisahkan dengan akun pribadiku, dengan alasan karena ini itu. Wah, isi pesannya sungguh mengganggu, tersebab, aku tak ada niat menjadi takprofesional. Hanya di awal aku tidak tahu, kalau membuat page business itu tidak punya fasilitas selengkap akun pribadi, misalnya fasilitas INBOX. Maka ketika aku harus menjawab pertanyaan dari customer, terpaksa aku menggunakan akun pribadi, dan supaya mereka tidak bertanya-tanya, aku masukkan nama tokoku ke dalam namaku. Jadi nama aku pribadiku sebelumnya adalah HENI PRASETYORINI. kuganti menjadi HENI JILBAB ORIN, pasalnya tokoku kulabeli JILBAB ORIN.

Pesan temanku itu meresahkan, karena beberapa kalimatnya membuatku berpikir dan merenung, sesuambar apakah statusku selama ini sehingga tampaknya bisa memporak-porandakan imageku sebagai pedagang. Dan kutarik benang merah dari batinku sendiri, bahwa sebenarnya, aku pun ingin menjadi INSPIRASI KAUM IBU, bahwa memulai usaha dst itu tidak butuh modal besar, selain KEMAUAN.

Pikiran ini menggangguku sampai rakaat terakhir shalat witir yang kulakukan bersama suamiku. Setengah mati aku mengatur isi kepalaku agar fokus menghadap SANG MAHA SEGALANYA, ALLAH AZZA WA JALLA. Tetapi kejahiliaan ingatanku sangat tidak bisa diajak kompromi. Oh betapa biasanya aku sebagai manusia.

Sampailah pada shubuh esok harinya, setelah selesai salam terakhir, ada pencerahan di hatiku. JUST FREE YOUR LIFE. Yah, aku putuskan untuk tidak mengambil hati terlalu dalam pada isi pesan temanku kemarin malam. Yah, ada beberapa hal yang tidak semestinya, tetapi hanya fokus pada pengelolaan fb, sungguh memakan waktu dan tenaga. Desain kreativitas dan inovasi bisa terhambat tentunya. Belum perbaikan manajerial dan penataan keuangan.

Ya sudah, fb biarlah begitu. Hanya aku harus menahan diri dan memikirkan dua kali dulu untuk berperilaku dalam status dan komentar di fb. itu saja.

Kemudian, setelah keputusan menjadi bebas ini meringankan hatiku, mulailah aku online. Membuka FB untuk mengkroscek pesanan jilbab teman. Biar tidak salah kirim. Nah, ada sebuah pesan singkat dari seorang ibu muda yang belum kukenal. namnya RIKA. Dia mengatakan suka membaca BLOGku, karena sederhana dan bernilai. Juga mengagumi kreativitasku lainnya sambil menjalankan peranku sebagai ibu rumah tangga.

Ah, sungguh kawan, ini bagaikan air yang menyejukkan. Hatiku sungguh bahagia dengan apresiasi ini. Sungguh, dan membuatku kembali menekuni kesukaanku, menulis . sekarang menulis untuk menikmati. aku takkan lagi terbebani untuk hGarus menulis ini dan itu. aku nikmati saja semuanya dan aku pasrahkan rejekiku pada SANG MAHA PEMBERI REJEKI, untuk ku dan keluarga besarku. Aku tinggal bekerja dan bekarya lebih nikmat lagi. Bukan begitu??

my new passion

Tidak ada komentar


selamat pagi duniaku yang baru. Dunia yang menghiburku, ketika aku bersiap-siap untuk putus asa dan memutuskan untuk tidak melakukannya.

Hari ini, bukanlah kali pertama aku merasa menang dari keraguan hati akan masa depan. Hari ini adalah lanjutan, bahwa beberapa hal yang telah kulewati, tak perlu kujadikan beban. Beban dalam bentuk apapun.

Aku memilih dan memutuskan, bahwa serentetan jalan hidupku kemarin itu bisa ku install ulang dengan lebih baik. Tidak akan bisa kudelete, namun aku bisa menayangkan ulang dengan modifikasi di sana-sini sehingga lebih menarik dilihat.

Jadi, kisah ini pun bermula dari kegemaranku blogwalking atau bisa juga disebut browsing. Itu jauh sebelum aku memulai usaha onlineku jualan jilbab.

Dari situ aku mengenal istilah WIRE JEWELRY. Yang dulu tak pernah terlintas, bahwa skill yang satu itu, bisa sungguh menarik hati.

Wire jewelry, cara membuat aksesoris dengan bahan manik-manik cs dan kawat, ternyata tersebar di seantero jagad maya ini. dan belakangan hari, produknya semakin ngetrend.

Tidak mudah memutuskan untuk menekuni ketrampilan ini, karena aku masih terbayang kewajiban untuk menularkan ilmu akademis sainsku. Cuma kemudian, aku memilih ingin melakukan sesuatu karena aku senang bukan karena harus. Dan aku yakin juga, suatu saat nanti, aku bisa menulis sesuatu tentang ke-kimianku itu. Entah berupa bacaan populer ilmiah, novel sains atau cerita anak atau bahkan soal latihan. Begitulah, sekarang aku memutuskan untuk menyukai dan mengasah ketrampilanku membuat aksesoris dari kawat. Dan itulah karya pertamaku, yang murni menggunakan teknik kawat tidak memakai sarangan bros.

My new target = menikmati aliran air

Tidak ada komentar
Menjelang sore habis, sekitar jam 4 sore, acara Kick Andy tayangan ulang menarik perhatianku. Padahal belum juga mandi sore dan sholat ashar. Duh kebiasaan buruk.
Isi acaranya sudah menarik perhatianku beberapa waktu lalu sih. Karena, berkisar tentang perjuangan anak miskin untuk meraih pendidikan setinggi-tingginya. Wuih semangat sekali. Bagus sekali. Saya sangat terinspirasi.
Tokohnya adalah pak Yohanes Surya, A. Azra, Renald Kasali dan A. Fuadi.
Suka sekali mendengar betapa mereka bekerja sambilan, tidur hanya 3 jam sehari dan bias lulus cum laude atau straight A. hebat benar. Jadi terinspirasi lagi untuk kembali belajar bahasa Inggris. Dan ingin merapikan kembali sistim pembelajaran untuk anak-anak.

Sekaligus juga membuatku terinspirasi di hal lain. Untuk kembali sekolah lagi, aku sudahi dulu. Bukannya apa-apa, kondisi anak dan keluargaku, jika aku tinggal, wah pengorbanannya terlalu besar. Dan aku bias jadi tidak maksimal kemana-mana. Sekarang sudah terlanjur bisnis jilbab yang ingin dijadikan bisnis keluarga sampai nanti kami sama-sama tua. Iya kan. Kalau aku sekolah, bisnis selesai, anakku sama siapa, suami bingung ga bias konsen, mertua sudah sakit-sakitan dan tidak bias nyari nafkah lagi, dan terutama ibuku sudah sepuh gitu. Wah, terlalu mengerikan.

Jadi aku focus saja sekarang pada usahaku. Nah, karena aku sudah mulai mendesain jilbab dan membuat aksesoris. Maka, kursus atau ilmu seni apa yang bias aku pelajari, sehingga desainku lebih bagus. Aku ingin berhasil dalam hal ini. Sungguh menarik menggeluti bidang desain dan aksesoris handmade ini. Fantastic. Warna-warni. U
Untuk ilmu sainsku, aku bias mengajari anakku dengan lebih intensif dan regular. Kelak aku ingin mengajar bimbel kelas 6 SD saja seperti bu Tjok dulu itu. Persis seperti itu saja, sebagai tambahan income sekaligus amal.

Sedangkan menulis adalah nafas sehari-hari. Jadi tidak ada target, karena menulis itu menikmati. Seperti yang dikatakan Desi padaku tempo hari.

Tinggal yang mengganggu pikiranku adalah kondisi rumah yang belum bias rapi dan enak dibuat belajar. Harus menunggu sampai selesai lebaran. Ya sudahlah, itu adalah konsep yang bagus. Pisah kamar, banyak rak, jadi rumahku rapi. Semua bias dikerjakan sedikit sedikit dan tidak terlalu capek atau malah malas seperti selama ini.

esmosi

Jika kondisi rumah biasa. Ramai. Aku begitu rindu dengan kesepian. Begitu suka dengan tiadanya suara apapun, kecuali desisan deru kipas angin, tarikan nafas anak dan suami yang sedang tidur dan suara ketukanku sendiri di atas papan berhuruf kapital.

Namun, ketika kesepian itu mendadak dianugerahkan kepadaku, ketika aku belum menyerah pada kuasa alam mimpi. Aku mendadak pula tertegun kebingungan. Oke, sekarang sendiri. Lalu apa?

Dan ini tidak hanya terjadi sekali atau dua kali.

Maka kemudian aku mencoba cara ini, aku menulis saja ketertegunanku itu sekarang. Dan sepertinya semakin bergeraknya jari jemariku, yang sudah mampu pula tidak menabrak touchpad, sehingga tidak ada huruf yang berloncatan kesana kemari, aku merasakan nyawaku mulai kembali.

Dan terasa mulai menyenangkan. Terutama sekarang di dalam kamarku tidak hanya ada kipas angin. Sudah ada mesin pengendali kesejukan udara, yang kubeli secara kredit dari kartu kredit milik kakakku. Kakak yang sering memporak-porandakan hatiku. Sekaligus yang paling sering memberi dan menolongku. Betapa ironis dan relatifnya hati itu.

Aku menutup malam ini tidak dengan cantik.
Ada sesal dan sesak di dada. Ketika menyaksikan, Aldo, anak pertamaku, menarik nafas panjang mendengar jawabanku atas permintaannya membeli buku. Ampuun...bukankah aku sudah bertekad untuk menjadi baik, baik dan baik.

Menjadi ibu yang baik.
Seperti apa itu?

Aku pikir minimal, tidak berteriak-teriak dan tidak marah.

Tapi, aku masih mudah sekali marah. Amat sangat mudah marah kepada dua anak lelakiku. Mudah sekali jengkel dan merasa betapa berat mengurus mereka berdua. Padahal aku tahu, bahwa yang sedang kukerjakan itu berpahala, ladang amal, amanah dan tugasku sebagai ibu.
Maka, aku mulai memikirkan hal ini, dengan ingin mencari tahu apa sebabnya.
Kenapa aku ingin marah hari ini, padahal aku bisa ke warnet, foto bisa diupload, ada yang mau beli, laptop pun beres. Lalu kenapa masih marah?
Entahlah, ini mungkin analisaku :
1. Aku marah biasanya ketika aku mulai marah kepada diri sendiri. Kenapa aku memarahi anakku untuk hal-hal yang seharusnya aku tidak perlu marah. Dan perasaan bersalah itu malah semakin membuatku terus menerus marah dan mudah sekali gusar.
2. Ketika aku menatap wajah tidak enak dari suamiku, dan merasa aku bukanlah sebaik yang seharusnya sebagai ibu ataupun istri.
Ya, biasanya karena dua hal ini, aku menjadi begitu mudah naik pitam untuk hal yang sangat sepele. Perasaan bersalah itu sangat meracuniku dengan mudahnya. Kenapa ya?
Lalu bagaimana mengatasinya.
1. Aku mulai berdoa dan mengadu. Aku menyerah dengan kelemahanku. Aku tidak mau menganalisa terlalu dalam bahwa diriku adalah efek dari pola asuh ortuku saja. Karena aku tidak mau menjadi marah kepada mereka. Padahal mereka sudah berjuang jiwa raga untuk semua anaknya. Maka aku mengadu dan meminta pertolongan agar bisa menjadi lebih baik hatinya. Minimal tidak mudah marah dan bisa berkata lebih lembut.
2. Supaya tidak kelepasan marah, aku ngapain ya enaknya. Itu marah kok spontan banget rasanya. Di hati masih berkata tidak, jangan. Eh mulut ini sudah keceplosan teriak ini itu. Aduuhh….kok aku gini-gini amat ya,,…..
3. Mungkin lebih baik aku…menggigit lidah? Menutup mata? Atau berkata, anakku yang baiiikkkk…………..begini ya………huhuhuhu…dicoba ajalah…
4. Aku adalah istri yang baik dan bisa mengurus rumah dengan baik lho. Iya iya, kadang juga berantakan lagi. Iya nih, aku sebel aja kali sama suami dan anak yang pinter banget memberantakkan kembali keadaan rumah yang sudah dibereskan dengan susah payah. Ya mainan, ya koran. Ampun, lelaki apa jorok semua se,,,,,
5. Ya sudah, terakhir, aku harus mencoba menahan diri saja. Minimal tidak ngomel-ngomel. Malu ngomel dah umur. Gitu aja deh mikirnya. Malu dilihat anak, dah segede ini ngomel melulu. Aku pengen mereka hormat padaku. Oke deh, itu yang cukup mengkatalis hatiku di akhir hari ini. Semoga ada pertolongan-NYA untukkku dalam melaksanakannya. Amin.

JILBAB ORIN, TITIK BALIKKU

Tidak ada komentar
Diawali dari beberapa peristiwa, yang pada saat itu memacu degup jantung kami berdetak lebih cepat. Lebih tidak beraturan. Membuat kami tersenyum lebar dengan pura-pura tidak cemas. Juga menyembunyikan hal itu dari siapa saja.

Saat genting itu, akhirnya berakhir dengan kekalahan di pihak kami. Kalah yang menang, sebenarnya. Karena dari kekalahan itu, kami terbuka untuk bicara kembali. Dari hati ke hati. Walau dengan linangan air mata yang menderas. Hasilnya bisa membuka mata dan hati kami masing-masing.

Lalu waktu berjalan kembali normal kecuali satu hal. Keinginanku untuk mewujudkan rencana awal yang akan dilakukan ketika masa genting kemarin datang. Yaitu memulai usaha baru.

Setelah mendaftar kemampuan diri, modal dan lain sebagainya. Kami pun memutuskan untuk memulai usaha produksi jilbab katun paris dan menjualnya secara online.

Dari romantisme masa tinggal di Asram Putri ITB belasan tahun lalu, saya memutuskan melabeli usaha kami dengan JILBAB ORIN.

bersambung....

IMF = Ibu rumah tangga Mandiri Finansial

Tidak ada komentar
Finansial ???
Halah, duit lagi duit lagi.
Tapi, gimana lagi, sudah aturannya begitu. Duit, uang, okane, fulush, money, dan apapun istilahnya adalah alat tukar yang sudah disepakati semua bangsa di dunia ini. Kalau saja daun kering, beras, kain bisa jadi alat tukar seperti sistim barter di jaman dulu, mungkin uang tidak begitu diperhitungkan.

Nah,bicara uang, sebagai ibu rumah tangga pun sebenarnya tidak ingin berdiam diri saja. Wah, membahas hal ini sedikit riskan. Karena dibilang diam, toh ibu rumah tangga pekerjaannya nggak sedikit. dan mempunyai siklus atau daur berulang yang bagitu cepat. Selesai nyuci, setrika, eh, baju kotor ada lagi-ada lagi. Piring, panci semua bersih, lalu ibu masak, dan keluarga sarapan; nah kan, piring dan panci kotor pun ada lagi-ada lagi. Yah, begitulah,

Maksud berdiam diri di sini adalah diam dalam arti tidak menghasilkan karya lain selain ritme pekerjaan rumah tangga itu.
Dibilang tidak ada waktu dan tenaga lagi, yaah...gimana ya. Kalau kita lihat tayangan kaum ibu di negara lain; bisnis atau ngantor, dan full ngurus rumah juga anak, toh mereka bisa.

Atau, tidak jauh-jauhlah, pembantu rumah tangga yang harian. Misalnya pagi mereka datang dan siang/sore pulang dari rumah kita. Nah, ketika mereka pulang, kan kembali lagi mereka harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Jadi mereka bekerja dua kali. Nggak mungkin kan, mereka juga menyewa tukang cuci untuk membantu mereka di rumah. Mbulet ae rek, kalau begitu.

Saya punya hobi ngobrol dengan "wong cilik". Tukang sol sepatu, jualan mainan, PRT harian, penjual es sinom sekolahan, dll. Sambil menunggu anak saya pulang sekolah, saya sempat ngobrol dengan ibu penjual es sinom. Berapa penghasilannya sehari, cukup tidak, dan kerjaannya apa saja. Bagaimana ngatur anak-anaknya yang masih kecil dan berani ditinggal sendirian tidur di rumah, dsb. Juga di sore hari, sambil ngaso setelah beberes rumah, PRT tetangga sebelah duduk di teras saya. Dan saya ngobrol ngalor ngidul, capek nggak, gimana anaknya yang sekarang di pesantren Kediri, bahkan kadang saya nanya, gimana caranya ngasuh anak lelakinya kok bisa tidak terpengaruh anak-anak kampung yang nota bene pemabuk dan pengangguran.
Obrolan ini sangat menyenangkan saya.

Pertama, membuat saya malu, mereka lebih sulit hidupnya pasti lebih jarang mengeluh lelah daripada saya. Dan saya, yang hanya ribet memutar keuangan saja tanpa harus ikut mencari nafkah, masih juga sering merasa lelah.
Kedua, saya ikut terpacu untuk bekerja seperti mereka. Bekerja dalam arti menggunakan tenaga dan pikiran saya pribadi untuk menghasilkan uang.

Mengapa saya masih kepikiran ingin menghasilkan uang sendiri, padahal nafkah dari suami sudah cukup?
Entahlah kenapa. saya yakin bukan karena saya matre, tetapi ketika melihat para ibu pekerja itu, saya merasakan ada perbedaan. Yaitu keleluasaan mengolah keuangan pribadi. Entah untuk keluarga, anak, orang tua kita atau untuk diri sendiri.

Ini terlihat misalnya ketika ada tetangga lain yang sedang big sale di rumahnya. PRT harian tetangga saya, akan ringan saja membeli ini itu. Toh itu dari penghasilannya sendiri. Mungkin berbeda dengan orang lain, saya harus berpikir keras. Memutar otak berkali-kali, apakah keputusan saya untuk membeli tidak akan mengganggu stabilitas anggaran belanja bulanan.

Faktor lain yang mendorong saya ingin berpenghasilan adalah, ketika berkunjung ke rumah orang tua. Dan ada rencana atau kesulitan yang membutuhkan dana, wah, akan terasa ringan saja ketika kita ingin memberi orang tua, jika dana itu berasal dari kantong kita sendiri. Tidak mengambil gaji suami.

Yang terakhir adalah, kalimat-kalimat yang menusuk kalbu ketika saya membaca biografi wanita sukses,lalu dia mengatakan," saya berusaha ini karena ingin membuat anak saya bangga melihat ibunya."

Waaahh...saya pun ingin seperti itu. Tidak hanya anak, saya pun ingin sekali ibu dan bapak saya bangga mempunyai anak seperti saya.
Maka, menjadi produktif adalah tekad saya. Harus dan harus. Terlebih lagi, ibu saya sendiri pun mencontohkan hal yang sama.

Ibu saya, diminta oleh bapak berhenti dari pabrik konveksi ketika sudah melahirkan kakak pertama saya. Padahal gaji bapak sebagai TNI AL hanya setengah dari gaji ibu. Bapak berpendapat, :"anak yang diasuh ibunya sendiri, akan menjadi anak yang baik dan berhasil."
Tetapi ibu tidak patah arang. Karena ibu bertekad agar semua anaknya bisa sekolah setinggi mungkin, ibu melakukan apa saja. Buka toko, terima jahitan, terima pesanan kue atau tumpeng dan sebagainya. Dan akhirnya, disertai tirakat dan doa ibu dan bapak yang tak putus-putus, tujuh dari kedelapan anaknya bisa kuliah semua. Satu kakak perempuan yang tidak kuliah, ikut kursus salon dan rias pengantin. Dan sekarang bisa membuka salon sendiri.

Tidak disangkal,sekarang saya adalah istri yang diberi nafkah yang cukup oleh suami. Bahkan untuk sekolah anak, dll. Tetapi tidak bisa disangkal bahwa kebutuhan semakin meningkat. Penghasilan tambahan bisa menjadi tabungan, baik untuk kepentingan material keluarga ataupun untuk bersedekah. Mengingat dulu, istri-istri Nabi Muhammad SAW semuanya mandiri secara finansial. Apalagi Siti Khadijah, beliau adalah pebisnis ulung yang berhasil. Dan dengan penghasilannya bisa menyokong dakwah Rasul.

Dan saya pun harus seperti Siti Khadijah.
Karena menjadi istri, menjadi ibu, bukan berarti kita harus terkukung dan diam. Kita masih bisa mempunyai rencana lain dalam hidup ini, sekaligus bisa mewujudkannya kalau kita mandiri. Mandiri secara batin, pikiran juga finansial. Karena kita juga manusia biasa, yang butuh prestasi, butuh aktualisasi diri dan butuh merasa mampu. Maka, seyogyanya para suami menyadari hal ini, dan membantu usaha istri untuk membuat dirinya sendiri mandiri. Suami tidak perlu takut bahwa si istri ini akan keblabasan, melupakan kodrat atau akan menginjak harga dirinya ketika penghasilannya lebih besar dari suami. Jika terus berpegang teguh pada tujuan awal menjadi mandiri secara finansial adalah mengikuti teladan istri Nabi Muhammad SAW, maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Kerjasama yang baik, pun dalam mengelola keuangan keluarga, Insya Allah akan mengantarkan keluarga pada kualitas hidup yang lebih baik. Anak-anak mendapatkan kesehatan dan pendidikan terbaik, lingkungan yang baik sehingga pembekalan yang kita berikan akan menjadi modal utama mereka menyongsong masa depan, melakukan tugas penciptaan mereka di dunia ini. Selain juga untuk berjaga-jaga, if something worst happen.

jadi, para perempuan, saudari-saudari, kaum ibu dan istri, mari mengoptimalkan semua kemampuan yang kita miliki. Asahlah kembali ketrampilan lama dan tambahlah yang baru. Lalu buatlah suatu usaha pribadi, usaha yang berbasis rumah, agar pemantauan anak dan keluarga masih di genggaman kita. Mari menjadi ibu rumah tangga berpenghasilan. Menjadi ibu rumah tangga mandiri finansial.

HARGA YANG HARUS DIBAYAR

3 komentar
Beberapa fragmen terbayang di benakku,
pertama : sosok istri dosen yang menggendong sendiri anak bayinya. Kemudian, mahasiswa dan mahasiswi berbisik-bisik, "istrinya itu lulusan s2 lho, ketemu di Australia, dan sekarang jadi ibu rumah tangga (saja)". sosok itu pun masuk ke dalam mobil. dan pak dosen kami yang masih muda, masuk ke dalam gedung jurusan.

kedua : seorang dosen cantik sedang duduk di depan mahasiswanya di meja bundar. untuk membimbing mata kuliah LitKim alias Literatur Kimia. Panjang lebar seputar materi, akhirnya sampai pada sesi menceritakan pengalaman beliau pribadi. Tentang bagaimana usahanya untuk bisa lulus UMPTN, dan kuliah sehingga tidak dipaksa berjualan di toko keluarganya. Kemudian usahanya mencari beasiswa ke luar negeri, supaya bisa sekolah bareng dengan suaminya yang juga akan belajar di negeri yang sama. keluar dari perpustakaan universitas kalau mau ditutup, jarang tidur, minum kopi kental campur garam supaya tetap bisa terjaga. dan usaha keras lainnya. dan kemudian bu Dosen cantik itu pun mengatakan satu kata emas, yaitu " ya..itulah HARGA YANG HARUS DIBAYAR. kalau kalian ingin sukses, atau kalian iri dengan kesuksesan orang, amatilah berapa besar harga yang harus dibayar untuk meraih semua itu."

Dua fragmen tadi tidak sempat terlupakan. Terlebih ketika satu demi satu, keputusan harus diambil dari beberapa pilihan yang ada.

Dan sampailah pada titik jalan ini. Dimana, predikat ibu rumah tangga menjadi sebutan bagi perempuan yang tidak punya institusi/kantor.

Memutuskan profesi ini tentu ada harga yang harus dibayar. kurangnya akses untuk bertemu banyak orang secara langsung, sulitnya bepergian untuk ini itu karena harus mengantar jemput anak, dan usaha tak henti-henti untuk mengingatkan diri sendiri bahwa setiap kegiatan rutin itu berharga di mata Alloh SWT; adalah salah satu dari harga yang harus dibayar.

Dibayar untuk apa?
Untuk kesehatan anak, suami yang bisa dikelola dengan baik
Untuk waktu luang yang bisa dimanfaatkan mempelajari skill lain dan ilmu agama
Untuk kesempatan memberikan bimbingan parenting pada anak sebaik mungkin
Untuk anak yang melambaikan tangan dengan gembira, ketika kita sudah sampai di depan pintu kelasnya
Untuk mereka yang sibuk di atas kasur, satunya membaca buku tebal tentang alam dan tubuh manusia, satunya sibuk menata potongan pizza penghapusnya serta kartu bergambar dora. Sibuk belajar berkonsentrasi
Untuk orang tua dan mertua yang tenang karena cucunya diasuh dengan baik dan ibunya selalu ada
Untuk baju, celana, mukenah dan sarung yang bisa dipastikan suci dan layak untuk dipakai beribadah. Tidak dicuci dan dicampur dalam bak cucian sekenanya saja oleh PRT.
Untuk deretan empat sajadah hijau, ketika maghrib, kemudian bersama melafalkan doa untuk orang tua dan doa kebaikan di dunia dan di akherat, dipimpin oleh anak sulung, dan diikuti oleh anak bontot yang hanya bisa menggumam konyol, "Nyo..nyo..nyo.."
Untuk anak dan suami yang riuh rendah bersilat di atas kasur ketika suami pulang kerja, dengan tawa dan jurus-jurus baru
Untuk mudahnya merawat anak yang sakit, sehingga bisa lekas sembuh, juga mengajari mereka, bahwa jika bisa rela untuk sakit dan berdoa minta sembuh,maka dosanya bisa digugurkan oleh Alloh SWT
Untuk ada di samping anak, ketika mereka bertanya, "Ma, yang daging buahnya paling banyak itu buah apa ya?, dan kita bisa menjelaskannya panjang lebar
Untuk satu-dua kalimat baru yang bisa dikatakan oleh anak balita kita. Dan kita menyambutnya dengan girang, memeluknya dan mengatakan, "horee...sudah bisa bilang RRR"

Untuk beberapa hal lain yang bikin penuh halaman jika dituliskan

Juga sebaliknya,
kemudahan mencari nakah ketika meninggalkan rumah dan anak dalam pengasuhan orang lain. Lebih banyaknya akses teman ataupun rejeki. Sehingga kita bisa menyenangkan hati saudara, keluarga dan teman dengan rejeki kita.

Lalu sesampainya di rumah,
anak hanya sebentar tersenyum, lalu menangis meraung-raung meminta ini itu. Dan kita tidak punya pilihan lain kecuali menurutinya. Karena badan kita pun sudah lelah tiada tara.
Atau anak dan suami begitu bahagia setelah food delivery datang, sebelum kita pulang kantor.
Itu juga termasuk harga yang sudah kita bayar.

Satu hal mudah
Satu hal sulit

Akan menjadi kurang bijak, jika kita menginginkan hal yang sama terjadi. Atau dengan kata lain, "Benda" yang sama akan kita peroleh. Padahal harga yang harus kita bayar itu berbeda jumlahnya, bentuknya juga kualitasnya.

Kurang bijak juga jika kita menilai orang lain lebih "patut dikasihani" karena tidak mendapatkan "benda" seperti kita. Sebelum tahu alasannya yang paling tepat. Karena tujuan hidup yang dipahami semua orang, umumnya, tidak sama.

Seperti kata orang bijak, lakukan apapun terserah kamu. Asal ingat, kelak kau akan dimintai pertanggungjawaban atas semua yang kau lakukan;

Jadi, tentukan tujuan hidup yang ingin kita capai. Lalu lakukan semua hal yang bisa mendukungnya. Apapun yang menyertainya, kesusahan, kemudahan, dsb, adalah harga yang harus kita bayar.

Dan ALLOH SWT tidak pernah tidur.
Dan akan membayar kontan dengan "barang" terbaik yang diberikan sesuai seberapa "besar" harga yang telah kita bayar. Walaupun hal itu tidak nampak kasat mata di hadapan manusia lainnya.

Selamat memilih tujuan hidup ini kawan

TOMBOne ATI

Tidak ada komentar
Aa, saya sudah mau menopause. Tapi belum ketemu jodoh. Jika sampai akhir hayat nanti saya belum menikah, apakah tidak apa-apa? Dan saya bisa bertemu dengan jodoh saya di akherat kelak?dan bisa menjadi kifarat dari dosa-dosa saya?

Aa menjawab,
Hidup ini adalah rahasia Alloh. Dan Alloh paling tahu mana yang terbaik untuk kita. Jikalau kita belum mendapat jodoh, Alloh pun tahu bagaimana rasanya hati ketika sedih melihat kawan sudah pada menikah dan menggendong anak. Bagaimana hati begitu sakit, ketika orang tua, saudara dan lingkungan bertanya, “kapan nih menikah?”. Atau betapa pedihnya hati ketika teman yang lama belum bertemu kemudian bertanya,”hei sudah berapa anaknya?”. Padahal menikah aja belum, boro-boro punya anak.

Rasa sedih, nelangsa, perih dan sebagainya itu adalah rasa yang diciptakan oleh Alloh. Untuk membuat manusia teringat lagi, bahwa kepada Alloh-lah manusia itu harus kembali. Dan jika kita ikhlas, lapang dada menerima semua rasa yang tidak enak itu sebagai bagian dari episode hidup kita; serta berusaha keras untuk tetap ada di jalan yang benar dan disukai oleh Alloh, maka ketidak enakan itu bisa menjadi PENGGUGUR DOSA-DOSA KITA. Bahkan ketika ada duri menusuk kaki kita pun, asal kita ridho, itu pun menjadi penggugur dosa kita.


# # #

Formasi ruang yang baru saya ubek-ubek di rumah, ternyata bisa menjadi hawa baru. Menyenangkan, karena radio gede yang selama ini membisu di ruang tamu, menjadi ramai setelah saya pindah di kamar belakang. Yang kami tetapkan sebagai kamar orang tua. Suara radio ini menemani saya di dapur yang berjarak satu kepal saja dari kamar. Alias dibatasi oleh sekat pintu tripleks buatan suami saya sendiri dan jendela kaca bekas bongkaran ruangan lama.

Shubuh itu, radio Delta FM kembali saya putar. Di waktu biasa, lagu-lagu Indonesia diputar nonstop. Nyaris tanpa jeda. Jarang sekali ada iklan atau penyiar yang berbicara. Full music Indonesia. Asyik deh. Nah, kalau shubuh ternyata ada siaran langsung dari Aa Gym, juga pembicara lain yang kala itu adalah ustadz Hilman Rosyad.

Topic yang disampaikan Aa Gym, seperti biasanya yaitu motivasi untuk beribadah lebih baik. Nah kemudian ada sesi Tanya jawab. Aa Gym membacakan surat yang ditujukan kepada beliau. Jawabannya sangat mengena dan menghibur hati saya. Seperti yang saya tulis di ataslah lengkapnya.

Dua kalimat kunci :
1. rasa sedih dan sejawatnya itu adalah rasa yang sengaja diciptakan Alloh untuk membuat kita teringat pada-NYA
2. jika kita ikhlas akan kepedihan itu dan tetap berusaha di jalan Alloh, maka kepedihan itu bisa menjadi PENGGUGUR DOSA kita.

Dua kalimat itu menjadi titik pencerahan untuk saya. Bahwa, beberapa kepahitan yang harus saya telan di masa lalu. Yang tersembunyi dari pandangan manusia lainnya. Ternyata pasti diketahui oleh Alloh. Dan rasa itu, yang ketika sudah mencapai puncak pahitnya, membuat saya akhirnya menyerah dan menerima episode ini. Kemudian ternyata menyerah bukan berarti kalah.

Setelah saya menyerah, dibukakanlah beberapa hal baru yang malah lebih “gue banget”. Jadi, tugas saya selanjutnya adalah, berusaha tetap berada di jalan yang diridhoi Alloh, sehingga kepedihan di masa lalu itu bisa menjadi penggugur dosa saya itu.

Tentang dosa, pahala, Alloh yang Maha Melihat dan Adil dalam memberikan balasan atas perbuatan kita, akan saya uraikan dalam tulisan selanjutnya. Semoga bermanfaat.

Tidur 8 jam = MALAPETAKA !!!

2 komentar
Sebuah majalah UMMI edisi lama saya pinjam dari mbak Siwi, kakak ipar pertama saya. Tepatnya edisi 03 Juli 2009. Di halaman 10-12 dipaparkan profil bapak Romi Satrio Wahono berjudul Membagi Ilmu Komputer di Dunia Maya.

Paragraf demi paragraf yang menggambarkan kehidupannya benar-benar menginspirasiku. Pak Romi ini divonis guru SD-nya sebagai anak yang tidak punya masa depan. Karena mengalami disleksia kompleks, tidak bisa membedakan huruf b dan d.

Hebatnya, pak Romi muda tidak patah arang. Dengan metode mind mapping yang penuh simbol dan warna, beliau belajar keras, sampai akhirnya bisa masuk SMA Taruna Nusantara dan lulus sebagai rangking pertama.

Tamat dari SMA, sebenarnya beliau lulus untuk masuk ITB dan STT Telkom, tetapi yang dipilih kemudian adalah beasiswa ke Jepang dari BPPT Ristek, untuk kuliah di Jurusan Informasi dan Ilmu Komputer di Universitas Saitama, Jepang.

Karena ingin segera lulus, di tahun pertama beliau mengambil kuliah sebanyak 70 sks. Mata kuliah tingkat 2 diambil di tingkat pertama. Wow, saya kuliah saja, setahun, paling banter 44 sks, itu sudah paket, dan sudah sampai mimisan. Akhirnya beliau berhasil lulus cum laude. Lalu melanjutkan sekolah sampai s2 dan s3. Dan lulus sebagai master dengan tesis terbaik dan IPK sempurna 4. Subhanallah. Betapa hebat etos kerjanya.

TIDUR 8 JAM ADALAH MALAPETAKA. Itu adalah konsep gaya hidup pak Romi. Sungguh membuat saya tertunduk malu. Malu sekali. Beliau lebih suka tidur di awal dan bangun ketika orang masih tidur. Saya hitung, kira-kira tidurnya jam 8 malam, bangunnya jam 1 dini hari.

Beliau lebih suka bekerja lagi, menulis, lalu sholat malam. Sehingga mengerjakan sesuatu dengan badan dan pikiran segar.

Saya ingin sekali bisa mempraktekkan kebiasaan ini. Semoga saya bisa. Dan tidak ngantuk luar biasa ketika tiba waktunya mengantar jemput anak saya sekolah.

Pak Romi menolak gaji 100 juta sebulan yang ditawarkan perusahaan Jepang, tempat beliau belajar dan bekerja selama 10 tahun sebelumnya itu. Dan memilih untuk tinggal di Indonesia. Semula beliau bekerja di LIPI sambil membuat situs untuk membagikan ilmu komputernya, yaitu di www.ilmukomputer.com

Tetapi di LIPI tidak membuat beliau nyaman, sehingga memutuskan total mengelola situs itu. Sambil merekrut anak-anak lulusan SMK yang cerdas dan berekonomi lemah, Pak Romi mengajak mereka magang di situs miliknya. Kemudian memberinya beasiswa untuk sekolah lagi. Dan meskipun kuliah sambil kerja, anak-anak didiknya ini bisa ber-IPK 3,8 atau 3,9. Waduh, semakin membuat saya malu. Begadang dan mimisan saya tidak sampai menghasilkan angka segitu besarnya. Saya kurang bekerja cerdas dan keras, mungkin ya.

"Jadi anak-anak seperti Lintang di Laskar Pelangi itu nyata adanya," komentar pak Romi pada kegigihan dan kecerdasan anak didiknya. Bahkan beliau merasa, anak didiknya itu lebih cerdas dan lebih pantas kuliah di Jepang daripada beliau. Hanya karena dulu beliau yang punya aksesnya. Jadi sekarang, pak Romi ingin menjadi jembatan akses antara anak cerdas dan pendidikan yang berkualitas.


Situs yang beliau kelola ini kemudian berkembang menjadi bisnis. Dan mendapat penghargaan Continental Best Practice Examples kategori e-learning dari PBB di Jenewa, Swiss. Situs ini bisa menjadi mata pencahariannya, walau sebelumnya diremehkan oleh teman-temannya.

Situs yang beliau kelola antara lain :
www.ilmukomputer.com berisi repositori (artikel, buku dan tutorial)
yang ingin seriua, bisa kuliah online dan dapat sertifikat dari
www.university.romisatriowahono.net
www.brainmatics.com untuk yang ingin training
www.romisatriowahono.net adalah blog pribadinya, yang banyak berisi motivasi dengan bahasa untuk anak muda.

baru saja saya buka blog ini dan memang bahasanya gaul. ada BASBANG alias basi banget, dll.

semua ini disebut beliau adalah e-learning center.

wah benar-benar menginspirasi saya pak Romi. Seorang anak disleksia kompleks, bisa sehebat ini.

Dan ternyata, untuk bisa menjadi ahli, kita harus konsisten di satu bidang saja. Fokus. Persis seperti saran dari Helmi Yahya yang sering diucapkannya di media.

WAIT YOUR COMMENT

Tidak ada komentar
Menulis artikel untuk dijadikan entri baru di blog atau note facebook, semakin menyenangkan.

Tapi ya itu tadi, sesaat setelah publish the note di fb, nih hati H2C melulu. HARAP-HARAP CEMAS terus. Menunggu comment dari pembaca yang sudah di - tag maupun yang belum. Dan..ketika comment, jempol itu sudah ada...
waaaaaaaahhhhhhhhhhh...........senyuman lebaaarrrr membahana

CANTIK

Tidak ada komentar
Cantik menjadi bukan aku, malah ketika aku sudah dewasa.
Di masa remaja, aku panas dingin dan marah ketika ada mata lelaki yang memandangku tanpa berkedip. Apalgi sampai SKSD, Sok Kenal Sok Dekat.

Dan karena aku ingin pintar. Dan pintar tidak perlu cantik. Atau kalau perempuan sudah pintar, otomatis akan terlihat cantik. Maka aku mengtasbihkan diri sebagai perempuan pintar yang tidak peduli dengan kecantikannya.

Alhasil, aku tidak peduli juga dengan ini itu yang harus dilakukan setiap orang agar tampil cantik. Make up, facial, creambath, dll yang menguras uang dan tenaga.

Efek buruknya, aku keterusan merasa tidak cantik. Dan ketika menikah, tanpa kusadari aku ingin disebut cantik. Dan mereka, kaum perempuan yang merasa dirinya lebih cantik dari aku, juga sudah terbiasa menertawakanku ketidakcantikanku itu. Akhirnya aku sedih, kok aku tidak cantik.

Maka aku berusaha untuk memperbaiki diri. Aku beli alat make up yang praktis, karena aku masih tidak suka repot. Aku mencoba merawat sendiri kulit wajahku, karena aku juga masih pelit untuk mengeluarkan aneka rupiah untuk hal-hal selain buku bagus. Aku tidak malu dengan bajuku yang jadul alias nggak ganti-ganti, itu-itu juga. Yang penting bersih dan halal, itu prinsipku.

Karena aku tidak terbiasa berdandan, maka acara menjadi cantik pun hanya berjalan sebentar. Gerah. Sumuk. Tidak nyaman. Aku tidak suka cantik. Kalau itu merepotkan. Tapi suamiku bersiul-siul dan matanya berbinar ketika aku berdandan. Yah,terpaksa aku harus kembali cantik.

Tapi, mereka, burung kutilang yang suka mematukkan pelatuknya pada hati perempuan sepertiku, masih enggan berhenti. Mereka masih suka mencerca. Menertawakan pilihan warna bajuku, warna lipstick dan bedakku. Dan menjulukiku seperti topeng yang baru saja makan singa hidup-hidup. Ah, kenapa aku tidak jua cantik ya? Aku kembali sedih karena tidak cantik.

Dan kesedihan itu membuatku malas bertemu para burung kutilang pesolek itu. Aku sempat memperhatikan mereka. Rasanya, aku jauh lebih cantik daripada mereka. Bahkan ketika aku tidak bersolek. Namun suara ejekan mereka lebih riang daripada suara batinku. Dan aku semakin yakin bahwa aku tidak cantik. Aku jelek.

Lalu, datanglah seekor burung gagak. Dia tentu tidak cantik. Tapi anaknya mirip sekali burung Nuri. Anaknya cantik. Ibu Gagak dan Anak Nuri ini memujiku dengan tulus. Bahwa dari sejak dulu, mereka memuji kecantikanku. Dan malah menyebarkannya ke seantero hutan, bahwa akulah yang paling cantik dalam trah keburungan. Aku cantik dari lahir. Tanpa perlu bersolek.

Untuk pertama kalinya aku tersenyum. Lalu menerima pantulan wajahku di cermin dengan lebih senang hati. Eh iya, benar, aku memang cantik.

T-E-K-A-D

Tidak ada komentar
PERLU TEKAD KUAT UNTUK BISA TERJUN TOTAL

Film bagus bisa punya satu dua kalimat yang cukup powerful. Contohnya film tadi, yang berlatar belakang bencana salju longsor. Wow, adegan dramatik antara anggota keluarga, cukup menohok hati. Hati yang sedang dilanda kekeruhan pengaruh hormon bulananku ini.

Film itu juga yang membantuku merenung dalam hingar bingar suara dan gambar TV. Suatu cara refleksi yang aneh mungkin atau malah cukup modern. Aku mencoba mereka ulang kembali, apa saja yang menjadi hambatanku selama ini. Dan terus terang, jawaban yang tepat masih belum bisa kudapatkan.

Kemudian, setelah bertekad menyelesaikan kekacaun di bak cuci piring, aku masuk ke dalam kamar. Dan menemukan 2 sms dari mantan teman sekamarku dulu di waktu kuliah, bahwa dia memutuskan resign dari bisnis bimbelnya demi sang buah hati. Setelah sebelumnya aku memberikan masukan apa adanya kepadanya. Aku cukup bermanfaat rupanya. Di perumahan juga ada satu ibu yang resign dari kerja shiftnya yang melelahkan.

Apakah niatku untuk menunjukkan bahwa ibu rumah tangga juga bisa berkualitas, kini mulai tampak hasilnya ya?

Entahlah, aku bersyukur jika itu terjadi. Karena aku sendiri pun masih sering bertarung dengan ego pribadi. Juga penyakit kebosanan yang sudah mengerak terlalu lama.

HAri ini aku mencoba melawan ketakutanku begadang. Karena Aji, anakku kecil itu sudah tak suka bermain di luar. Jadi aku bisa menemaninya sambil tiduran jika sudah mengantuk nanti.

Fiuhh....
Perasaan kesepian itu masih ada walau aku ada di dekat keluarga besar. Apakah aku terlalu lama jauh dari mereka, sehingga rasanya nggak connect banget. JAdi merasa semakin serba salah. Lebih baik jauh aja sekalian dari rumah ibu ya. Merantau. Mumpung anak-anak masih kecil. Bisa aku semi-homeschooling. Kelak kuliah bisa kembali ke Surabaya. Suasana di Surabaya ini tidak sesuai dengan yang kuinginkan.