Momen Isra' Mi'raj kali ini sangat istimewa buat saya. Karena setelah acara selesai, saya bisa ngobrol enak dengan si anak bujang alias anak sulung saya yang udah kelas 9. Udah berkumis yaaa nih bocah.
Kali itu, kami membicarakan tentang isi acara yang sudah kami hadiri bersama-sama.
Tepat membuka pagar, nih anak sedikit ngedumel.
"Kok pak ustadznya menjawab gitu ke pertanyaan mama sih ya? kan nggak semudah itu jawabannya.", begitu katanya.
Ya, waktu itu saya bertanya.
Bagaimana sebaiknya mengatur waktu kita sholat, ketika sedang dalam acara seperti seminar atau pelatihan. Apalagi jika kita menjadi narasumbernya. Biasanya sholat dhuhur bisa diatur. Akan tetapi untuk sholat ashar kan di tengah acara. Mau sholat duluan, takutnya dianggap nggak profesional karena berhenti di tengah acara. Atau takutnya tidak menghargai waktu peserta yang mungkin non muslim jadi tidak sholat kan? Tapi kalau ditunda sholat asharnya, biasanya bablas mepet maghrib.
Sedangkan mengambil cara sholat jama' atau qasar tidak memenuhi syarat.
Waktu itu pak Ustadz menjawab, agar kita mengingat kembali pentingnya sholat.
Bahwa sholat itu adalah perintah yang diberikan langsung oleh Alloh SWT kepada Rasulullah Muhammad SAW. Jadi itu adalah perintah yang sangat penting.
Analoginya begini:
Bandingkan jika presiden mengirimkan Surat perintah melalui pos/kurir, atau memberikan surat perintah langsung dengan kita dipanggil ke istana menghadap presiden.
Tentu, menghadap langsung adalah perintah yang lebih penting.
Begitu juga sholat.
Nah, karena sholat itu penting, maka kita harus menomorsatukannya.
credit pic |
Kemudian pak Ustadz menambahkan adanya kalimat dari Alloh SWT yang tertuang dalam sebuah Hadits Qudsi,
"siapa yang menomorduakan AKU,
silahkan mengurus sendiri hidupnya"
Nah, jawaban ini yang makjleb banget dalam hatiku.
Siapa berani euy mengurus sendiri hidup kita ini? siapa kita? siapa saya atuuhh...
Selanjutnya beliau menekankan bahwa, Profesional kepada Alloh SWT harus didahulukan daripada profesional kita kepada manusia.
Dari situ, langsung di batin ini muncul keberanian untuk menomorsatukan sholat jika ada dalam kondisi tersebut. Sedangkan caranya, bisa dicari siasat atau kesepakatan dengan peserta atau pihak panitia.
Yang pasti, harus ada juga akal bagaimana agar waktu untuk wudhu dan sholat tidak terlalu lama. Jadi misalnya, untuk outfit atau baju saya, harus mudah dilepas dan digunakan lagi dengan rapi pasca sholat. Atau sekalian menggunakan baju yang bisa dijadikan "mukenah". Seperti gamis, outer panjang dan khimar. Bismillah, semoga bisa sampai ke level dimana berbusana karena ingin memudahkan proses sholat. Doakeun ya emak gahar yang awam ini ya kawan...amiin.
Kembali ke protes anak saya,dia mengatakan bahwa kalau gurunya menjawab pertanyaan saya akan seperti ini,"islam itu nggak hanya hablum minallah tetapi juga hablum minannas. Yang artinya, tidak hanya berhubungan dengan Alloh SWT, tetapi juga dengan manusia. Dan hablum minannas itu rumit. Karena berhubungan dengan manusia itu lebih rumit daripada berhubungan dengan Alloh SWT."
Ya, jawaban anak saya ini masuk akal juga. Waktu itu saya jelaskan, untuk kondisi pengajian saat itu dan kondisi "audience", tidak memungkinkan menjawab seperti itu atau sedetil itu. Karena pesan utama pengajian adalah menekankan kembali keutamaan shalat.
Setelah itu, saya melanjutkan obrolan ringan dengan si anak bujang ini, sambil makan nasi berkatan dari pengajian tadi. Rasa asin dari mie goreng dan ayam rica-rica tidak begitu terasa, karena ngobrol dengan anak yang sudah remaja ini sangat berharga dan manis bagi saya. *emak terharu.
"Mas, kita perbaiki sholat kita ya. Mama juga nggak sempurna, Apalagi sejak kecil mama kurang akses belajar ilmu agamanya, masih lebih bagus kamu. Apalagi nanti kalau kamu sudah mondok, mama juga pasti akan makin berbenah diri."
Anakku itu mengangguk pelan dan mengunyah makanannya dengan tenang.
"Sebentar lagi kamu ujian nasional. Yang penting sekarang kita baguskan sholatnya ya. Berdoa biar lancar ujiannya dan masuk ke sekolah yang kita tuju. Siapa tahu, makin bagus sholatmu, kamu akan diberikan berbagai kemudahan dan prestasi di luar dugaan. ya mas.."
Bagitulah percakapan saya dengan anak sulung, lelaki remaja usia hampir 15 tahun ini.
Antara jadi ibu, jadi teman, kadang kudu rada sendu manja seperti kekasihnya kelak. Begitulah utak atiknya gaya parenting saya yang lebih mengedepankan menjadi pendamping anak, dan memberitahukan kondisi saya apa adanya.
Ya, begitulah saya mamak yang awam banget ilmu agamanya.
Semoga nanti, kelak, anak-anak saya yang menjadi guru terbaik untuk saya.
Dan saya siap berproses bersama mereka, termasuk untuk meningkatkan kualitas sholat.
Bagaimana dengan anda?
Nah itu yang jleb banget. Sholat saya juga masih babyak kekurangan. Harus lebih memperbaiki diri
BalasHapussemoga kita dimudahkan ya Tika
HapusMantap bundaa. Mengajarkan nilai-nilai Islam sedari dini itu memang penting. Semangat bunda, semoga anak-anaknya tumbuh dengan nilai-nilai Islam pula..
BalasHapus