Podcast Bu Heni

Wishing List Books @ New Year 2012

Tidak ada komentar



















31 Desember 2011. 10:47 WIB. Indonesia

Tidak ada komentar
Setuju dengan sebuah quote :
Yang hidupnya mengikuti arus air cuman DEAD FISH.

Jadi, sejak detik ini, saya memproklamirkan diri.

I'm Not a Dead Fish at all.

Saya akan :
membuat rencana
berdoa
melakukan rencana
berdoa
mengevaluasi
berdoa
memperbaiki rencana
berdoa
membuat rencana baru
berdoa
berdoa
dan
berdoa

Happy New Year 2012

Belajar Dari Ibu Kembar

Tidak ada komentar

Sri Irianingsih (Rian) dan Sri Rossiati (Rossi). Wanita yang akrab disapa Ibu Kembar ini menggawangi sekolah darurat 'Kartini', khusus bagi anak-anak putus sekolah yang hidup di kolong tol.


Belajar dari Ibu Kembar

Kemarin kulihat kembali profil ibu kembar dan anak didiknya di TV. Sebelumnya kubaca profil beliau di sebuah majalah jadul. Majalah Kartini edisi tahun 90-an. Dan sekarang, kisah kesuksesan dan kedermawanan mereka sering tampil di televisi atau media informasi lainnya.

Ibu kembar adalah sepasang ibu bersaudara, kembar, dan sama-sama cantik, plus sama-sama aktif dalam kegiatan sosial pendidikan. Mereka mendirikan sekolah dan kursus gratis untuk anak-anak dan ibu-ibu yang tidak mampu. Supaya anak-anak bisa mendapat pendidikan dan wawasan. Dan supaya para ibu mendapat ketrampilan untuk menambah penghasilan keluarga.

Yang kemarin membuatku heran. Bagaimana mungkin semua hal bisa diajarkan oleh beliau sendiri? Seperti yang tampak di tivi.

Dan ketika kemarin aku ke rumah ibu, aku kembali mengambil majalah, secara tak sengaja saja. Asal ambil saja. Dan ketika sudah kubaca, profil ibu kembar ada di situ. Dan membaca kisah hidupnya membuatku mengerti. Jadi begini ceritanya,

ibu kembar ini adalah anak yatim sejak kecil. Artinya ibu mereka adalah single mother. Single parents, yang harus bekerja sebagai ayah, dan mendidik sebagai ibu. Nah agar para anak kembar ini bisa mandiri, mereka diharuskan belajar banyak ketrampilan. Ibunya sendiri yang mengajar. Mereka belajar menjahit, merias, dll. Bahkan ketika mereka SMA, mereka sudah menjadi guru bagi ibu-ibu PKK. Dan ketika mendapatkan honor mengajar, honor itu disimpan untuk biaya kursus ketrampilan yang lainnya.

Salah satu ibu kembar, ingin menjadi guru. Sehingga kuliah di IKIP. Tetapi belum selesai kuliahnya, beliau sakit dan harus opname. Nah, ketika di rumah sakit inilah, beliau bertemu dengan dokter yang akhirnya menjadi suaminya. Karena suaminya adalah dokter bedah, yang pasti jarang berada di rumah, maka beliau melepaskan usaha salon riasnya dan kuliahnya untuk menjadi ibu rumah tangga yang tinggal di rumah. Ibu rumah tangga full time. Demi mendidik anak-anak.

Karena setelah anak sekolah, suami kerja, beliau merasa nganggur dan hampa. Akhirnya atas ijin suaminya, beliau membuka kursus salon gratis. Di lokasi dekat rumah sakit tempat suaminya berpraktek dokter. Kursus itu ramai, dan bahkan beberapa alumninya bisa mandiri dan membuka salon sendiri. Tetapi beberapa kali pula, beliau harus menutup kursus itu karena harus mengikuti suaminya pindah tugas.

Sampai suatu ketika, anak-anak beliau sudah pada besar dan kuliah. Akhirnya bersama saudara kembarnya beliau menggagas kegiatan sosial untuk mengentaskan kemiskinan dari pendidikan dan ketrampilan. Bermula dari pemukiman rumah kardus dibawah kolong jembatan. Mereka mengajarkan rias pengantin, dll. Bahkan selain mengajarkan anak-anak baca tulis,seminggu sekali beliau membawakan makanan bergizi, berupa susu , roti atau kacang hijau.

Sungguh cerita ini membuatku terperangah juga. Kupikir mereka berdua berasal dari keluarga kaya, yang iba kepada penderitaan si miskin. Ternyata mereka pun berasal dari kondisi yang sulit. Yang harus mandiri karena tiadanya figur bapak. Dan kebiasaan untuk mandiri : bekerja, bekerja dan bekerja itu malah tidak membuat mereka merasa, di masa tua, adalah masa untuk menikmati kesusahan bekerja di masa muda. Tetapi malah mereka ingin tetap berlelah-lelah ikut memotivasi dan mengentaskan kemiskinan melalu ketrampilan dan kemampuan yang mereka punya.

Membaca ini membuatku juga malu. Baru umur kepala tiga saja, aku sudah merasa di masa sekolah lalu aku sudah bekerja belajar dan berusaha begitu kerasnya. Dan ingin sekarang, mulai berleha-leha, beristirahat sebentar. Ingin bersenang-senang, melakukan semua hal yang dulu tidak bisa kulakukan karena tidak ada biaya, atau tidak ada waktu.

Masih umur kepala tiga. Sedangkan ibu kembar bersosial ketika berumur 50 tahun!
Malunya, malu aku.

Mulai sekaranglah, semua konsep lelah dan manja itu harus kuhapus benar-benar di kepalaku. Masih ada tugas demi tugas yang harus kuselesaikan. Ya untuk anak-anakku, ya untuk keinginanku berbagi ketrampilan yang kudapatkan karena aku memilih menjadi ibu rumah tangga full time itu.

Terima kasih ibu kembar. Mungkin aku punya beberapa keterbatasan. Tetapi aku yakin, setitik kemampuanku bisa jadi manfaat di tengah lautan.

aku pun teringat sebuah tulisanku setahun yang lalu, Pelangi Cita-Citaku. Di situ tertulis ada sebuah rumah belajar dan kreasi untuk ibu-ibu yang ingin kubuat, yaitu KARTINI EDUCARE.

yang tidak disangka, namanya mirip dengan sekolah dan kursus gratis yang digagas oleh ibu kembar, yaitu SEKOLAH DARURAT KARTINI,

sekarang belum bisa kulakoni. kalau ditilik posisiku, masih ada excuse, karena anakku masih kecil-kecil, sementara ibu kembar mulai berkiprah ketika anaknya sudah besar, sudah kuliah. Saat ini, kubuat diriku selalu ingin tahu, ingin tahu dan ingin bisa. entah itu ketrampilan tangan ataupun kemampuan di dunia digital. Bismillah, Biidznillah, Kartini Educare ini akan tercapai. Sebuah tempat belajar khusus kaum ibu, kaum putri, kaumku. Amin.

@ Pengajian Keliling : SALTUM

Tidak ada komentar


Bersama Aji, anak lelakiku 5 tahun, aku mengikuti acara pengajian keliling di rumah ibu Susannah, di daerah Kuwukan, Surabaya Barat.

Memalukan sebenarnya. Aku saltum. Harusnya disana pakai baju putih-putih semua. Lupa. karena lupa jadinya aku pakai baju warna biru, yang biasanya diseragamkan untuk hari Rabu dan Kamis.

Baru dua minggu lebih aku ikut pengajian ibu-ibu, rutin setiap hari, di sebuah pondok pesantren terbuka modern di dekat rumahku. Dan dekat sekolahan anak sulungku. Jaraknya hanya 2 km.

Dan hari ini, aku lupa sama sekali kalau ada acara pengajian keliling di rumah seorang santri ibu-ibu. Karena ketika menerima undangannya, aku sudah berencana tidak ikut. Jadwalnya mepet dengan waktu anakku sekolah, dan aku takut tidak bisa on time menjemput anakku. Ternyata hari ini, si Aji libur, karena gurunya sedang mengikuti lomba. Entah lomba apa.

Akibatnya, ketika sampai di pondok DM, aku terbengong heran. Sudah jam 8 pagi lebih, kok masih sepi. Beberapa menit kemudian, suara ustadzah E memanggilku, "ikut ke pengajian keliling bu? ayo bareng saya."

"Ha?? pengajian keliling?"
astaghfirullah, tepok jidat deh, "saya lupa bu. iya saya ikut"
sebelumnya aku berbisik kepada Aji, mau nggak ikut ke rumah teman mama, dan ngaji disana.

Berangkat kesana, deg-degan juga. Secara kostum saya santai pisan. Kaos katun, jilbab kaos, celana item, sandal jepit. Secara saya pikir nanti cuman pengajian rutin saja, berbaris mencatat tafsiran hadits dari pak ustadz. Jadi gemuruh dalam hati, aduh mak, lain kali, walau santai, rutin, mending pakai baju rada resmian dikit deh. Biar ruwet ngajak anak kecil, gpp daripada saltum gini. Siapa tahu nanti diajak takziah atau kemana gitu, kayak kemarin.

Oke selesailah urusan kostum
Singkatnya, di acara itu, anakku Aji berbisik, "mama. semuanya pakai baju putih kok mama nggak?"

dengan menebalkan muka dan minta maaf kesana sini, kutajamkan niat dalam hati, yang penting ngajinya, yang penting ngajinya. dan aku berusaha konsentrasi pada semua isi acara.

Copper Wire Hijab Pin

Tidak ada komentar


Copper Wire Brooches

1 komentar






PERCA MANIK

2 komentar
Ini hobi baru versi narsis. Memfoto diri sendiri sebelum berangkat kemana gitu. Kali ini sebelum berangkat ke rumah ibu.

Tujuan utamanya sebenarnya ada 2, yaitu :
1. memfoto hasil bikin bros perca dari bahan kain jeans dan sulam perca, kemarin itu.
2. ingin tahu bentuk wajah saya kalau pakai pasmina. secara jarang sekali memakai jilbab model pasmina begini.

Nah, jauh-jauh hari sebelum membuat bros sulam perca, saya sudah memikirkan satu nama yang menurut saya, cantik sekali. yaitu PERCA MANIK.



PERCA MANIK.
HOMECRAFT

Ya, nama PERCA MANIK, ingin saya identikkan pada :
- perca : alias kain perca, atau kain cantik, atau kain daur ulang, atau bahkan arti luasnya adalah secarik...
- manik : diartikan sebagai manik-manik, mutu manikam, bisa diluaskan artinya pada batu-batu cantik baik alami maupun sintetis.

dan homecraft,
lebih pada makna, ingatlah kembali ke HOME atau rumah, sebagai tempat segala jiwa dan karya bersatu disana. Juga menerangkan bahwa setiap proses pengkaryaan di tempat ini semua berasal dari rumah.


Entahlah, masih ambigu dan bingung terus menerus. Karena selain kerajinan sulam perca yanga hanya melibatkan kain, benang dan beberapa manik-manik. Saya pun ingin mewadahi kegemaran saya membuat aksesoris dari kawat, alias wire jewelry.

Apakah Perca Manik bisa merepresentasikan ke-wire jewelry-an saya ini? ataukah tidak?

Tetapi, jika Perca manik diartikan sebagai Secarik Manik-manik yang terserak atau tergabung pada sebuah rangkaian kawat, maka bisalah wire jewelry bikinan saya, masuk di bagian ini. [hehehe maksa]


qona'ah versus life skill

Tidak ada komentar
Seorang istri perlukah bekerja a.k.a mencari uang?

Di status teman,beliau menjabarkan,jika seorang istri total fokus ngurus anak_keluarga pun,dan tak mencari uang,bukan berarti keliru,karena TAKWA menjadi pegangan.bahwa nafkah adalah urusan suami,dan istri bergantung pada ALLOH SWT bukan suami.

Ini akan manis,jika dalam hari ke hari,istri menambah life skill-nya,agar bisa siap menjadi sosok mandiri jika kelak dibutuhkan atau ada kesempatan. Istri mencari uang,tentu tak keliru juga,asal syariat kuat.

etalase pertamaku ... :D

2 komentar
How to start my olshop :
1- stok 1 tas travel besar
2- 1 tas + 1 box besar
3- akhirnya satu etalase besar

Aji Di sekolah

Tidak ada komentar


bisnis versus edukasi anak, aduuuh..?

Tidak ada komentar
Ada seorang ibu yang bertanya cara dia menentukan harga atas jasa-nya, dan merasa telah ketemu celah bisnis yang prospektif. Tapi model jasa ibu itu yang menggelisahkan saya.
Begini, ibu tsb menjual jasa : utk mencarikan artikel di internet,sekaligus mengeprint,bagi seorang murid SD yg diberi tugas sekolah. Dan akhirnya diminta jasa oleh ibu lainnya.
Gelisahku : "ibunya tdk memikirkan efek ke jiwa si anak SD itu? Tugas sekolah,bisa selesai dgn uang saja?"
Aduh..,bisnis jasa itu ..gimana ya??..aduh!!!

Membuat Logo Secara Online

2 komentar
Alhamdulillah, puyeng kepala sudah sembuh hampir 90%.
Dan selama sakit kemarin, berkontemplasi [cieee..] akhirnya menemukan satu nama yang terdiri dari satu kata saja, untuk menjadi nama penaku dan nama karyaku. Secara kemarin memakai nama ORIN yang ternyata, banyak juga yang pakai nama itu untuk nama pena dan nama toko online-nya masing-masing. Padahal seingatku, pas belum launching nama Jilbab Orin, aku search di FB dan di Google, nama ini tidak ada kembarannya kecuali dari luar negeri. kalau gak salah ada www.orin.com gitu.

Oke dilupakan saja.

Aku kembali ke diri sendiri. Nama asli. Dan yang pasti dijamin langsung ketahuan kalau saya dari Jawa dan dari Indonesia.

Nah saya nemu juga, sebuah website gratisan membuat logo. Karena tak punya teman yang bisa bikinin logo gratisan buat saya, hehehe.

ini linknya di sini, www.onlinelogomaker.com
disini enaknya, bisa didownload tanpa perlu beli. alias benar-benar gratis. kalau di website lain serupa, boleh bikin, eh pas giliran mau ndownload kudu beli. sama juga ...taktik dagang ya buuu.... :D

ini dia hasilnya, baru bikin 3 macam dan 1 -nya kuterapkan langsung di foto bros wire pertamaku setelah mempraktekkan bukunya mbak Yoanna.