Podcast Bu Heni

Jadi Makin Semangat Nih! Dengan PC All in One ASUS V200IB, Bisa Lebih Cepat Start Membuka Kursus

13 komentar
3 tips sukses: Mulai dari hal kecil, Mulai dari diri sendiri, Mulai sekarang juga 

Membuka kursus atau lembaga pendidikan non formal, bukan hal baru bagi saya. Waktu saya SD, sekitar tahun 1990-an, kakak saya membuka kursus komputer, akuntansi dan bahasa Inggris di rumah ibu. Saya sempat "magang" jadi tukang ketik buku modulnya dan mendapat gaji 5 ribu :-D.

Sewaktu saya hamil anak pertama, saya sempat membuka bimbingan belajar untuk anak SD-SMP-SMA dan sebuah usaha jasa pengetikan. Walau usaha ini berhenti karena sesuatu hal, namun keinginan untuk membuat "usaha" serupa terus menyala di hati saya.

Waktu pun bergulir, sampai ilmu saya makin bertambah tanpa terasa. Iya, saya mendapat ilmu dari dunia online, dunia digital. Mulai membuat blog, menjadi blogger, menulis konten digital, membuat dan mengendalikan toko online, mengenal e-learning, digital learning di Teknologi Pendidikan serta terakhir saya belajar pemrograman di kursus Coding Mum.


Inspirasi Membuat Kursus Untuk Perempuan


Sewaktu presentasi di Coding Mum, saya menyajikan desain website Akademi Prasetyorini. Yaitu sebuah lembaga belajar untuk perempuan di ranah bisnis, kreatif dan digital. Rencana awal saya akan berkolaborasi dengan 2 teman lainnya. Namun ternyata ada perubahan. Teman saya pindah rumah, jauh dari saya dan sulit untuk meneruskan rencana. Tidak mudah mencari patner pengganti. Akhirnya saya fokuskan untuk bergerak di bidang digital aja. Memberikan kursus tentang materi digital, untuk membantu guru meningkatkan kinerjanya di sekolah dan mencetak calon perempuan pengusaha baru di dunia digital kreatif.

Dengan keputusan ini, maka saya harus maju sendiri. Jika melihat profil lembaga pendidikan serupa, sepertinya banyak sekali yang harus dipersiapkan dan itu mahal. Ajaib dan mustahil rasanya saya sanggup. Namun saya kembali ingat dua perempuan yang memberikan inspirasi.

Pertama, Bu Aisyah dan profil sekolah gratis khusus anak perempuan yang dikelolanya. Kalau tidak salah lokasinya di daerah Jawa Barat. Dari beliau sebuah nasihat saya catat, "Mendidik Satu Perempuan Artinya Mendidik Satu Generasi".

Kedua, bu Ratih dan kursus rias di Surabaya. Waktu itu saya berkunjung ke rumahnya atas rekomendasi kakak, ketika saya akan menikah dan mencari perias. Rumahnya kecil sekali, masuk gang kecil dan ruwet; bisa dibilang gang tikus. Di rumah kecilnya itu, penuh dengan etalase besar berisi baju pengantin dan perangkat make up. Space untuk tamu, hanya sebuah sofa kecil, itu pun ada beberapa blangkon disana. Yang menarik, di space kecil itu, saya sebagai tamu, harus berbagi tempat dengan dua pasang perempuan yang sedang belajar rias pengantin. Riasannya bagus dan cantik sekali. Menurut bu Ratih, mereka adalah peserta kursus. Dari beliau saya mendapatkan pelajaran, "Memulai Sebuah Kursus Bisa dari Tempat Yang Sederhana".

Dari sini saya mendapatkan inspirasi dan semangat, bahwa sekarang pun saya bisa mulai membuka kursus di rumah. Dengan bekal niat, sebuah netbook mini, televisi dan ruang tamu di rumah sendiri.


Kendala Yang Saya Hadapi

Namun ternyata, saya mempunyai kendala. Netbook saya ukuran layarnya sangat kecil. Dengan layar kecil, tampilan presentasi akan terbatas dan terpotong. Terlebih jika saya ingin membuat screenshoot tiap tahapan belajar sebagai materi tutorial/kursus. Saya butuh laptop yang lebih besar atau saya butuh komputer, begitu pikir saya.

Screenshoot Terbatas Karena Layar Netbook Saya Kurang Besar

Selain itu, beberapa kali netbook saya nge-hang karena "panas" jika dipakai untuk waktu lama. Teman saya yang programmer, menganjurkan jika di rumah lebih baik menggunakan komputer saja, karena lebih stabil. Namun suami saya bilang, kalau komputer itu butuh listrik yang banyak, juga tempat yang lumayan besar. Sedangkan ukuran space bebas di ruang tamu kami hanya sekitar 3x6 meter. Juga perlu pertimbangan modal keuangan kami masih terbatas dan harus dibagi dengan keperluan lain. 

Jadi gimana nih?
Apa niat harus berhenti karena berbagai kendala?
Saya sudah terlatih untuk terus maju walau fasilitas belum ada.
Bondo Nekad, Bonek, Modal Nekad, gitulah maksudnya. Jadi, ayo maju terus....!


Perangkat Komputer Penunjang Bisnis Yang Saya Butuhkan

Analisa kebutuhan komputer yang sudah kami bicarakan adalah, komputer yang spesifikasi-nya bisa untuk pemrograman dan desain grafis, layar lebar, audio bagus untuk merekam tutorial atau presentasi, hemat listrik, hemat tempat, harga terjangkau. 

Tabungan pribadi saya tak seberapa, maka harus sangat hati-hati memperhitungkan pengeluarannya. Setelah semedi dan browsing kesana-kemari, alhamdulillah akhirnya saya nemu satu perangkat yang tepat bahkan sangat tepat.

Perangkatnya adalah komputer model baru, canggih, keren, kompak, yaitu PC All in One ASUS Vivo AiO V200IB. PC All in One berbasis Intel Pentium Processor ini dibandrol dengan harga sekitar 5 juta-an. Nah, dari segi harga, sudah cocok, bagaimana spesifikasinya?.
Amaziingg...saya amazing melihat foto produk, video review dan spesifikasinya. This is it, inilah yang saya cari.















PC All In One ASUS Vivo AiO V200IB 


Vivo AiO V200IB
PC All in One ASUS Vivo AiO V200IB, 
gambar dari web https://www.asus.com/AllinOne-PCs/Vivo-AiO-V200IB/




Dari video review produknya, saya makin terkiwir-kiwir, jatuh cinta lahir batin, beneran sumpah.
Anak saya sampai heran, kenapa saya jingkrak-jingkrak sambil narik-narik sarung suami saya, saking senengnya. Loh kok sarung sih?
Hehehe, doski baru pulang dari masjid soalnya waktu saya nemu informasi tentang PC All in One ASUS Vivo AiO V200IB ini.
"Mas, mas, lihat lihat nih, cocok dengan yang aku butuhkan untuk bikin kursus!"


Semua Yang Saya Butuhkan Ada di PC All in One ASUS Vivo AiO V200IB



Jadi begini, PC All in One itu adalah PC yang CPU-nya udah jadi satu dengan monitornya. Sekilas penampakan seperti monitor saja, atau malah seperti televisi. Nah, PC All In One ASUS V200IB bentuknya kompak, stylish juga kokoh. Bisa diletakkan dengan rapi di rumah saya dengan satu meja panjang. Cukup deh bikin kursus di rumah saya yang mungil.


PC All In One ASUS V200IB ukuran layarnya gede juga; 19,5 inch. Dilengkapi layar LED-baklit yang menawarkan kecerahan sehingga gambar tampak hidup. Sesuai juga dengan kebutuhan saya, untuk membuat rekaman desktop atau merekam diri sendiri sebagai video tutorial. Juga enak untuk kelas digital dengan tele-conference atau video chat. Kursus online makin enak dilakukan dengan layar lebar. 


Keren nih, ada juga teknologi layar sentuh 10 jari. Kalau mau edit gambar mudah kan, nggak perlu beli drawing pad lagi. Peserta kursus juga pasti bakal suka. Untuk presentasi juga pasti mudah dan menarik. 


Gambar bagus kalau suaranya pelan ya kurang asik kan? jangan kuatir deh. Pakai PC All in One ASUS V200IB ini suaranya ciamik. Teknologi ASUS Sonic Master nya udah built in. Malah bisa diatur 5 mode loh, untuk music, movie, gaming, recording dan speech. Lengkap pokoknya.



Dengan Intel Premium Processor- ASUS V200IB hanya membutuhkan energi yang kecil (hemat listrik) tapi performa tetap bagus. Untuk multitasking juga kuat, perpindahan cepat dan halus. Mau browsing, sekaligus nonton animasi, sambil ngedit video...bisaaaa banget.  Ditambah lagi Advanced NIVIDIA Ge Force Graphic 930M yang digunakan. Menampilkan atau membuat video HD bisa lebih cepat. Juga hemat waktu kalau mau mengirimkan foto berkualitas tinggi. 


Yang amazing lagi, teknologi NFC nih. Dengan teknologi ini (dari video reviewnya diatas), kita bisa melihat gambar hasil jepretan henpon tanpa perlu kabel data. Cukup henponnya diletakkan seperti di gambar, maka log in dengan tap, dan bisa kita nikmati gambar atau file lain di henpon langsung ke layar monitor. Ajaib ya?


Pernah kagum dengan charger henpon wireless atau tanpa kabel? nah ini dia, di ASUS V200IB bisa dilakukan loh. Kita lagi kerja pake komputer kompak ini, sambil sekalian nge-charge henpon. Nggak pake repot, nggak pake kabel dan beneran meja kita jadi rapi jali. fiuuh, canggih banget sih ASUS..



Jika bekerja di bagian desain grafis, pasti butuh akses file gambar banyak. Juga untuk programmer, itu file codingnya juga gede banget. Biar aman biasanya disimpan di harddisk eksternal. Nah, port USB  dari ASUS V200IB ini ada banyak. Bahkan port HDMI juga ada, biar bisa disambungkan ke televisi dengan layar lebih besar, jadi kerjaan mengajar atau presentasi bisa lebih leluasa. 


Teknologi pembaca Smart Card juga keren. Biasanya kita nunggu transfer data sampai ngantuk..karena lama. Nah pake ASUS ya gpl deh, ga pake lama. 

Pokoknya kerjaan beress tuntass dengan ASUS V200IB



Spesifikasi PC All in One ASUS V200IB ini sesuai dengan materi kursus yang akan saya berikan:
  1. Materi Microsoft Office untuk bisa buka usaha jasa pengetikan
  2. Membuat Blog dan mengoptimasikannya
  3. Membuat konten digital untuk personal atau pengajar (guru)
  4. Membuat kelas virtual dengan platform digital learning (guru) 
  5. Membuat web design dan belajar front end programming
  6. Membuat aplikasi berbasis android 

Keenam materi digital itu, saya olah sedemikian rupa sehingga sesuai dengan tahapan pemula dan lanjutan (advance). Sementara sasaran peserta selain perempuan pada umumnya (ibu rumah tangga dan profesi lain), juga para pengajar (guru) dan penyelenggara bimbel yang ingin meningkatkan usahanya di ranah digital.

Strategi belajar juga akan menggunakan metode Blended Learning, yaitu kombinasi kelas tatap muka dan kelas online. Peserta bisa mengulang materi belajar secara mandiri di rumah, melalui website dan sumber belajar yang sudah saya siapkan.


Skenario Usaha Ada 3 Tahapan


Perkara perangkat sudah beres, saya tinggal memantapkan desain skenario usaha kursus yang ingin saya kembangkan. Karena harga produk juga sudah ada, mudah bagi saya menghitung rencana bisnis dalam jangka waktu 3-5 sampai 10 tahun ke depan. 

Skenarionya begini:
  • 1-3 tahun, Tahap Inkubasi. 
  • 3-5 tahun, Tahap Pemantapan.
  • 5-10 tahun, Tahap Pengembangan.




Tahap Inkubasi 
Masa ini, kursus dimulai saat ini juga, dengan perangkat yang ada. Rencananya, saya hanya membutuhkan perangkat berupa:
  1. PC All in One Asus untuk membuat konten digital/materi kursus dan presentasi (untuk saya pribadi sebagai pengajar).
  2. Kabel HDMI untuk menyambungkan PC All in One Asus dengan televisi
  3. Televisi (sudah ada)
  4. Ruangan (belajar dengan lesehan di lantai).
  5. Laptop dibawa oleh masing-masing peserta kursus
  6. Akses internet dengan wifi kabel (sudah ada)
Dari masa inkubasi ini, evaluasi dilakukan untuk memantapkan fokus materi kursus, strategi pengajaran yang sesuai dengan peserta dan perangkat yang dibutuhkan.

Tahap Pemantapan
Modal untuk penambahan perangkat dikumpulkan sedikit demi sedikit untuk renovasi ruangan dan tambahan perangkat. Rencananya fasilitas yang akan diwujudkan adalah:
  1. 6-12 unit PC All in One ASUS untuk peserta
  2. LCD Proyektor
  3. Meja panjang untuk peserta dengan sudah disediakan PC All in One Asus
  4. Akses internet dengan wifi kabel (sudah ada)
  5. Lokasi masih di rumah
  6. Pengajar tambahan diambil dari alumni
Tahap Pengembangan 
Di tahap ini kursus sudah mapan, baik dari segi manajemen dan sistem usaha juga dari keuangan. Ada 3 hal yang ingin saya kembangkan dari sini, yaitu Franchise, Kredit PC All in One dan Cafe Coding. 
  1. Franchise adalah projek untuk mereka yang sudah punya modal dan memenuhi ketentuan yang kami berikan. Selain sistem usaha, kami juga menyediakan perangkat berupa PC All in One ASUS, LCD Projector, Kabel HDMI, dll. 
  2. Kredit PC All in One Asus, kami tujukan pada alumni yang ingin mulai membuka usaha sendiri di rumah dengan modal terbatas. Mengingat saya sendiri juga pernah mengalami kendala yang sama ketika akan memulai usaha. 
  3. Cafe Coding adalah projek entertainment dan komunitas alumni yang perlu dijaga loyalitasnya sehingga usaha kursus tetap bertahan lama. Cafe ini berisi spot makanan dan spot ngoding, salah satu materi kursus. Spot ini berisi beberapa unit PC All in One ASUS, yang bisa digunakan oleh pengunjung. Disini juga diberikan ruangan untuk presentasi bagi para komunitas yang ingin membuat workshop atau launching produk baru. 
Mengapa 3 tahapan?
Kalau melihat skenario bisnis saya, kesannya lambat ya? 3 tahun, 5 tahun, 10 tahun.
Hal ini bukan karena saya kurang percaya diri, namun saya memang menyesuaikan langkah. Ibaratnya saya tidak tancap gas pol, melainkan perlahan tapi pasti. 
Kenapa?
Tentu saja karena saya masih harus menjadikan anak-anak dalam skala prioritas. Saya ingin bisa membimbing anak dalam belajar sampai di tahapan sekolah yang aman, minimal SMA, baru bisa saya lepas mandiri 100%. Sekarang anak terkecil saya masih berusia 10 tahun masih kelas 4 SD. Jadi 3 tahapan skenario itu saya buat, agar tetap seimbang antara bisnis dan keluarga. 

Mengapa hanya perempuan?
Sejak awal saya menyatakan, ingin terlibat dalam projek pengembangan perempuan, baik secara pendidikan dan kemandirian. Selain itu di tahapan inkubasi dan pemantapan, keduanya saya lakukan di rumah. Selain karena saya ingin berbagi untuk perempuan, saya juga harus menjaga kehormatan suami dan keluarga. Akan lebih elok jika interaksi intens terjadi sesama perempuan saja ketika di rumah. Jika usaha sudah berkembang, saya akan meng-handle-nya langsung bersama suami dan dua anak laki-laki saya, maka bisa lebih luas jangkauan peserta kursusnya.

Mengapa di semua tahapan tetap setia dengan PC All in One ASUS?
Dengan suami saja setia, kenapa dengan ASUS enggak?
#eaaa....

Saya sudah percaya dengan kualitas ASUS. Waktu kuliah pasca kemarin, dosen saya, pak B julukannya, sering memamerkan laptopnya pada kami. "Walau semua udah ganti, saya selalu setia sama ASUS. Nih laptop bandel banget!", begitu katanya. Dan beberapa teman juga memilih ASUS. Saya pun yakin takkan salah pilih untuk selalu menggunakan produk ASUS untuk kepentingan pribadi maupun usaha dan bisnis. Recommended windows desktop brand loh nih ASUS.  
ASUS Desktops – Most recommended Windows desktop brand.


Apalagi produk ASUS PC All in One yang canggih dan keren itu. Kekuatan komputasinya dapat menunjang bisnis tradisional dengan teknologi terkini berupa layar sentuh 10 jari, koneksi port serial (COM), modul NFC dan pembaca Smart Card untuk mendukung aplikasi bisnis. Juga, karena bodinya ramping dan kompak, menjadikan produk ini sempurna untuk bisnis yang memiliki keterbatasan ruang area kerja. Cocok sebagai penunjang rencana untuk memulai kursus di rumah minimalis. 

Baiklah semua spesifikasi PC All in One ASUS V200IB sudah saya ulik sedemikian rupa. Dan hasilnya sesuai banget dengan kebutuhan saya membuat kursus. Alhamdulillah, untung saya ketemu ASUS. Sudah kebayang kelak kursus saya  pasti bisa berjalan asyik, seru, menarik dan maknyuuss. 
*Sumber foto yang diedit dan sumber informasi diambil dari https://www.asus.com/AllinOne-PCs/Vivo-AiO-V200IB/

keterangan:
Artikel ini diikutsertakan dalam ASUSPRO Intel Writing Competition, dan alhamdulillah mendapatkan Juara 2 untuk kategori All in One. Semoga ASUS makin jaya, dan kursus saya bisa segera dimulai dengan materi belajar yang makin enak dibaca. Terima kasih dan sukses ya ASUS


Guru, Coba Sampaikan Penghargaan Atas Prestasi Muridmu Dengan Secarik Kartu

Tidak ada komentar
Send to your students a postcard, they will received your heart

Sebuah kartu pos yang diterima oleh keponakan saya, Jasmin, dari gurunya ini membuat saya senang sekaligus tak tenang. 

Kartu yang diterima keponakan saya, Jasmin, dari gurunya
Jasmin sekarang masih tinggal di Jerman bersama ibu dan ayahnya, kakak tertua saya. Jika mereka menceritakan kondisi sekolah dan proses pembelajaran disana, saya begitu iri dan rindu hal itu juga terjadi di sini, di Indonesia. Begitu sederhana namun bisa kena di hati.


                               Status facebook ayah Jasmin, kakak tertua saya


Saya ulangi lagi, sebuah kartu pos yang diterima oleh keponakan saya, Jasmin, dari gurunya ini membuat saya senang sekaligus tak tenang.

Senang, karena dua hal.
Pertama, senang karena teringat surat cinta serupa dari murid saya ketika saya pernah mencicipi masa sebagai guru. Sekitar tahun 2004.
Kedua, senang karena di jaman serba digital ini, 12 tahun kemudian, 2016, keponakan saya masih merasakan manisnya menerima tulisan dalam bentuk kartu Pos.

Surat dari murid saya bernama Dea.
"Hallo bu Heni. Ini aku Dea. Aku hanya mau mengucapkan
Selamat Hari Kasih Sayang.
Semoga bu Heni Tambah sayang pada kami semua."

Tak tenang karena satu hal.
Bahwa dengan beberapa pengalaman, penghargaan kepada murid "biasanya" masih diberikan dari HASIL bukan PROSES mereka belajar. Hanya dari angka akhir di rapor, bukan dari usahanya belajar berulang-ulang setiap hari. Dan kemajuan demi kemajuan yang mereka ciptakan.

Namun saya tidak pernah pesimis akan perubahan pendidikan dan pola pendidikan di negeri ini. Saya selalu optimis, ke depan akan ada kemajuan dan menjadi lebih membumi, lebih baik, lebih kena di hati.

Mengirim Kartu Pos Untuk Generasi Digital, Masuk Akal?
Tentu saja masuk akal.
Betapapun digitalnya kita, takkan mau hanya dipeluk oleh ibu berbentuk hologram kan?
Ya, kita masih butuh bentuk fisik.
Butuh sesuatu yang bisa disentuh, dirasakan oleh panca indera kita.

Bahkan sebagai pegiat digital, saya merindukan lagi menerima kiriman surat dan kartu dalam bentuk fisik. Sempat kemarin saya menerima surat dan kiriman majalah dari mbak Hanny Von Gillern, teman pena saya dari Amerika. Namun belakangan kami hanya berkomunikasi via email.

Kartu pos yang diberikan oleh guru Perancis keponakan saya itu, memberikan kesadaran baru. Bahwa cara ini bisa jadi efektif untuk mengungkapkan penghargaan kita atas USAHA murid kita dalam belajar.

Perlu dicatat ya, USAHA, bukan hasil.


Saya sendiri membayangkan. Seandainya di suatu sore yang sejuk, mendadak datang pak Pos mengantarkan Kartu Pos dari guru saya. Dengan nada yang sama seperti kartunya Jasmin, pasti sangat membanggakan.

Begitu juga dengan anak kita, murid kita.

Mungkin dengan menyempatkan diri mengatakan hal kecil yang kita banggakan atau kita hargai dari usaha murid kita itu, akan sangat berharga bagi mereka.

Kita bisa menulisnya di sebuah Kartu Pos dan mengirimkan ke alamat rumahnya. Jangan hanya kiriman teks digital. Karena surat fisik atau Kartu Pos, bisa mereka sentuh, mereka simpan dan mereka baca ulang.

Iya memang, mereka sekarang adalah generasi Millenial. Mencoba melakukannya baik juga kan?
Siapa tahu dengan cara ini, mereka semakin terpacu semangatnya belajar karena merasa dicintai, diterima dan dihargai oleh gurunya.

Jika murid senang, akan mudah dia belajar. Jika dia mudah belajar, akan berprestasi.  Jika murid bisa berprestasi, guru juga pasti senang.

Wahai Guru, silahkan mencoba, kirimkan Kartu Pos tanda cinta pada muridmu :)

-Semoga Menginspirasi-
      Heni Prasetyorini

Ingin ngobrol dengan saya? FOLLOW saya di twitter:@HeniPR atau di Facebook

Ibu Mertua Bilang, Lebih Baik Kami Belajar dari In Harmony Clinic. Mengapa Ya?

8 komentar


opname 1, ketika suami ditelepon ibu mertua. dan saya #senyumajayuk :)

Perlahan-lahan saya menjawab telepon dari ibu mertua, “iya mak, sekarang mas Zam opname.”, itu terjadi ketika suami opname. Telepon senada juga akhirnya saya terima juga ketika anak opname. 

Suara saya bergetar menahan debaran jantung. Menahan rasa sedih, malu campur “takut dimarahi” sama ibu mertua. Hiks, siapa yang bisa ga gemetar, ini sudah ketiga kalinya saya memberitahu ibu mertua, kalau keluarga saya sedang opname. Kemarin suami opname karena sakit demam typhoid (tipus). Lalu anak sulung saya kena demam berdarah. Lanjut anak kedua kena demam berdarah juga. 

Tanpa babibu lagi, ibu mertua lalu bilang bahwa besok beliau akan datang (lagi)  menjenguk ke rumah sakit. Nah loh. Saya melirik suami. Rencana merahasiakan ke-opname-an anak dari ibu mertua yang jauh di luar kota, harus gagal lagi. Ibu mertua saya bukan pemarah atau menyalahkan orang, apalagi menantunya. Tetapi beliau tipe pencemas. Sedikit masalah, sudah cemas. Apalagi mendengar anak cucunya sakit dan opname. Hadeeehh bisa bisa beliau sendiri yang jatuh pingsan. Nah itulah yang kami cemaskan.

Sakit Itu Ujian atau Musibah?

Yaelah, nggak lagi pengen bicara filosofi spiritual deh. Sakit ya sakit. Apalagi opname. It means, harus mengerahkan segenap jiwa raga tinggal di rumah sakit. Dan itu sungguh tidak mudah kawan. Sangat melelahkan. Walaupun rumah sakitnya mewah seperti hotel bintang lima. Sempat saya merenungkan kesalahan apa yang saya perbuat, kok anak dan suami sakit dan harus diopname berturut-turut. Perasaan udah bener menjaga makanannya, membersihkan rumahnya. Kami pun tidak suka jajan kulineran, bahkan jarang jalan-jalan belusukan di tempat yang kotor.

“Anak bojomu kaget paling Nik, apene mbok tinggal kuliah maneh”.
Candaan dari kakakku ini bikin hatiku maknyess. Nyerii banget. Sedih. Apa iya, anak dan suamiku jatuh sakit dan opname karena mereka kaget bakalan aku tinggal untuk kuliah lagi? Apakah ini ujian dari Tuhan, saya sungguh-sungguh mau belajar lagi di kelas Pascasarjana. Ataukah ini teguran dari Tuhan untuk menghentikan langkah saya?
Aduh, betapa isu kesehatan bisa mempengaruhi semua rencana kehidupan ya?
Namun kalau sudah terlanjur opname kayak gitu, nggak ada waktu galau. Hanya fokus menjaga pasien sampai stabil dan dinyatakan sembuh lalu bisa pulang ke rumah.

Bahaya Penyakit


Baik penyakit Demam berdarah Dengue maupun Tipus (Demam Typhoid), duan-duanya bisa berbahaya dan mengancam keselamatan jika tidak mendapat tindakan cepat dan tepat. Gejala kedua penyakit itu sekarang juga tidak bisa disamaratakan lagi. Hal ini karena adanya perubahan genetik dari virus yang beredar, akibat penggunaan obat dan antibiotik yang irasional (kurang tepat).

Waktu itu suami saya tidak mengalami demam panas tinggi, atau panas naik turun yang ekstrim. Dia hanya lemas dan meriyang (sedikit demam, bukan merindukan kasih sayang loh :D). Lebih dari 3 hari dia mengeluh pusing dan capek badan, akhirnya kami ke rumah sakit untuk memeriksakan diri. Karena demam sudah lebih dari 3 hari, maka diwajibkan untuk tes darah oleh pihak RS. Dan hasilnya ada indikasi demam typhoid yang cukup tinggi angka widal test-nya. "Tipusnya tiarap", gitu istilah dokternya yang sempat marah karena dianggap kami hampir telat datang.
Waktu itu saya cemas luar biasa. Teringat cerita anaknya ibu kos di Bandung, yang meninggal karena sakit tipus ini. Aa Epi, itu nama almarhum. Menurut istrinya, saat itu dikira sakit maag biasa. Lalu dikira sakit demam berdarah. Hampir 2 minggu lebih mungkin, setelah di tes di RS berbeda, ternyata hasilnya demam tipoid. Tidak lama diopname, A' Epi kemudian meninggal dunia. Ternyata demam tipoidnya sudah menjalar sampai ke otak. Sehingga tidak bisa diselamatkan.

Memang beberapa teman dan saudara sedikit meremehkan. "Kenapa sakit tipus aja pake opname? suamiku biasanya minum cacing aja beres, sembuh.", begitu komentar teman ketika menanyakan kabarku yang sedang menunggu di RS. Aduh, bikin galau kan?

Begitu juga saat kedua anakku, hampir berurutan opname karena sakit Demam Berdarah Dengue. Tanda panas tinggi, naik turun, bintik merah tidak muncul sama sekali pada tubuh mereka. Keduanya hanya demam biasa, sekitar 38 derajat. Hanya mengeluh perutnya sakit tidak enak, badannya sakit semua bahkan disentuh saja rasanya sakit dan pegal lalu matanya merah.


kalau anak-anak sakit, sampai opname, saya mikirnya macem-macem T_T
Akhirnya, karena mereka tampak lemas, kami bawa ke rumah sakit. Demam "biasa"nya itu tidak turun-turun. Setelah di tes darah, akhirnya ketahuan Demam Berdarah Dengue. Kalau diingat saat itu, trombosit anak-anak saya tidak terlalu drop, namun fisik mereka lemas banget. Saya memilih opname tanpa memikirkan hal lain. 


Komentar teman juga ada lagi, yang mengatakan bahwa Demam berdarah tak harus opname. Bisa dirawat sendiri di rumah sakit, asal ibunya telaten. Aduuhh, tidak, saya nggak bisa banget begitu. Saya pengalaman punya anak prematur - itu foto anak yang di bawah itu - anak kedua saya lahir prematur. Berada di dalam kecemasan antara hidup dan mati untuk anak itu sangat berat. Mending saya susah payah merawat di rumah sakit deh, asal dekat dengan para dokter dan tenaga medis. 

Itulah kenyataan di sekeliling kita ya. Kondisi medis seperti ini sering disamaratakan dan dianggap berlebihan jika kita memilih menyerahkan tindakan pada penyedia layanan medis dan kesehatan. Padahal para dokter, suster, peneliti medis dan kerabatnya itu kan sekolahnya juga sulit, juga pinter gitu. Pasti ilmunya jauh lebih mumpuni dari kita, saya, orang awam. Saya percaya hal itu, maka menyerahkan kepada yang ahli, adalah pilihan terbaik. Apalagi ini bicara medis dan layanan kesehatan.

Semakin Concern Pada Pencegahan Penyakit

Yang saya tulis diatas itu terjadi  3 tahun yang lalu. Rasanya berat sekali kemarin itu. Dan sekarang juga, saya masih sering kuatir bakal terulang lagi. Mau sebagaimanapun kami menjaga rumah untuk bersih dan sehat, lingkungan sekitar perumahan kami agak kurang mendukung. Ada sebuah Telaga dan semacam perkebunan kecil yang kurang terawat. Dipastikan banyak nyamuk dan serangga lain yang bisa menjadi carrier penyakit, entah itu Dengue, Malaria atau Cikhungunya. Belum bertebarannya virus di udara, mulai virus campak, cacar air, penumonia, meningitis dan yang paling umum, influenza. 

Apa iya, kita kemana-mana harus memakai masker hidung. Sedikit-sedikit menggunakan gel antiseptik. Mencuci pakaian dengan cairan antiseptik. Super clean begitu malah bahaya juga katanya, bikin tubuh kita kurang kebal terhadap penyakit.

Kalau lingkungan luar tidak bisa dikendalikan sepenuhnya, maka perlu ada tindakan pencegahan dari dalam tubuh kita sendiri nih. Memanfaatkan fungsi imunitas tubuh yang sudah dianugerahkan oleh Tuhan Yang Maha Baik.

Konsep imunitas tubuh itu semacam perang antara zat asing tubuh (virus, bakteri, jamur). Jadi ketika ada benda asing masuk ke dalam tubuh, akan terjadi reaksi imunitas. Tubuh menghasilkan “zat pembunuh” benda asing itu, sehingga tubuh mempunyai kemampuan menyerang benda asing atau “menyembuhkan” dirinya sendiri. Nah konsep inilah yang diambil dari Vaksinasi.

Vaksinasi adalah proses memasukkan vaksin ke dalam tubuh. Sehingga nanti tubuh bereaksi terhadap vaksin, lalu menghasilkan zat kekebalan yang diperlukan jika virus sejenis masuk ke dalam tubuh kita. Kalau ditilik di jaman modern gini ya, waduh, buanyak sekali jenis vaksin loh, sampai bingung milihnya. 


Vaksin adalah sediaan biologis yang meningkatkan kekebalan terhadap penyakit tertentu. Vaksin biasanya mengandung agen yang menyerupai mikroorganisme penyebab penyakit, dibuat dari mikroba yang dilemahkan atau mikroba mati atau toksin atau salah satu protein permukaan bakteri/ virus. [Wikipedia]

Untuk anak bayi juga, dulu hanya 5 Imunisasi Dasar [BCG, CAMPAK, DPT, HEPATITIS A&B, POLIO], sekarang bertambah lagi seperti HIB, IPD/PVC, MMR, ROTAVIRUS, INFLUENZA ANAK, TIFOID ANAK DAN VAKSIN COMBO. 


Kemudian tumbuh juga jenis vaksin untuk orang dewasa, seperti vaksin untuk CACAR AIR DEWASA, HEPATITIS A&B, HPV-KANKER SERVIKS, TYPHOID, INFLUENZA DAN PNEUMONIA.

Loh kok tau sih?
Iya, ini berkat datangnya ibu mertua saya itu tadi. Setelah insiden stripping opname anak dan cucunya, beliau  makin sering datang ke rumah. Tujuannya ya menjadi pengawas kesehatan :). Suatu hari beliau membawa informasi adanya In Harmony Health Clinic (IHHC). 

"Lihat nih, suamimu suruh ambil vaksin Typhoid. Biar nggak kena tipus lagi. Nggak kumat lagi." kata ibu mertua. 
Vaksin Typhoid, vaksin mencegah penyakit tipus

Saya tersenyum aneh gitu, sambil bercanda menjawabnya, "mas Zam takut jarum suntik loh mak. Ini dari kemarin sudah disurun vaksin sama kantornya, malah vaksin influenza juga dia nggak mau. Takut katanya."

Vaksin Influenza, pencegahan penyakit flu atau ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas)
"Panggil emak aja kalau dia lagi mau disuntik. Biar emak yang anter!", jawab emak singkat.

Buahahahaha, saya ngakak kenceng banget melihat wajah suami jadi pucat. Pulang kantor mendadak diberondong  ancaman kudu disuntik.

Karena penasaran dengan informasi IHHC dari ibu mertua, saya pun meluncur ke websitenya In Harmony Health Clinic.


Apa sih itu In Harmony Health Clinic (IHHC)?

Untuk menjawab trend pencegahan penyakit di tahun 2020, IHHC dibuat. 

In Harmony Health Clinic (IHHC) adalah sebuah layanan kesehatan modern yang berkomitmen untuk menciptakan pusat pelayanan kesehatan menyeluruh. Bener-bener holistik, mulai dari opsi layanan medis, alternatif dan preventif. IHHC ini punya visi untuk menjadi pelopor klinik imunisasi dan vaksinasi terlengkap, terdepan, serta pengembangan layanan preventif terkemuka di Indonesia.

Ini penting loh. Sebuah one stop solution yang memberikan layanan kesehatan berkualitas, terjamin dan terpercaya. Aneka vaksin yang saya sebutkan sebelumnya, itu tersedia di beberapa tempat. Di klinik dokter anak, klinik dokter umum, puskesmas bahkan saya pernah ditawari bidan dekat rumah, di tempat prakteknya yang sederhana dan kurang bersih,  untuk suntik vaksin HPV-Kanker Serviks. Waktu itu saya hanya diberikan beberapa brosur dan penjelasan bahwa jika ingin vaksin, maka harus inden dulu dan bayar DP. Antara percaya tidak percaya, saya dengarkan penjelasan bidan. Namun terbesit di hati kecemasan terhadap, “siapa lembaga yang memberikan vaksin? Apakah negara? RSUD? Atau Cuma pabrik produsen vaksin?”. Karena saya tidak yakin, maka saya tidak melakukan saran bidan. Salah suntik vaksin, bisa berabe deh gue…. Itu saja yang saya takutkan >.<

“Ingat loh Hen, anak-anaknya dijaga. Suamimu juga dilayani yang baik makannya. Bla..bla..bla..” nasihat berulang yang selalu diucapkan ibu mertua sebelum beliau pamit pulang, dan diulangi lagi ketika beliau menelepon. Uulalalaa…
Saya dan suami pun menyingsingkan lengan baju dan bekerjasama, berkomitmen untuk semakin hidup sehat. Tujuannya Cuma satu, mencegah penyakit. Walaupun ketika opname, biaya rumah sakit ditanggung asuransi dari kantor suami. Tetapi ya, perlu diketahui, biaya dan lain-lain ketika ada yang opname itu juga bikin pengeluaran membengkak. Ekstra makanan, ekstra keperluan seperti minyak kayu putih dan hal-hal yang membuat pasien nyaman serta penunggu pasien sehat jiwa raganya. Sehat itu mahal? Lah, sakit lebih mahal bro :)

Kami menjaga pola makan kami. Selain lebih sehat, juga lebih mengatur hati agar ketika makan itu perasaannya damai, menikmati, mensyukuri makanan yang ada. Terkadang karena faktor kelelahan dan kesibukan, saya tak bisa memasak dan menyajikan makanan sehat. Maka yang saya tanamkan pada keluarga adalah perasaan syukur terhadap makanan yang ada.
“Ayo dimakan sate ayamnya. Bismillah, niat menjadi jalan rejeki penjual sate ayam. Semoga kita sehat.” Aneh, nggak aneh, kami lakukan juga hal ini. Untuk mengatasi ketidaksempurnaan dalam usaha memberikan makanan sehat. Dari konsep Revolusi Makan, cara ini bisa menanggulangi metabolisme tubuh jadi lebih baik dalam mengolah makanan apapun yang masuk tubuh. Ikhlas bikin sehat, gitu lah kira-kira. Tentu saja komitmen makanan sehat, kami optimalkan sekuat tenaga. 

Kami pun menggiatkan diri berolahraga, bergerak. Empat buah sepeda sudah siap menemani kami mencari keringat di akhir pekan. Anak saya hobi main badminton, ya sering main di depan rumah. Suami malah mempraktekkan jenis senam unik, Senam Empet-Empet (Lin  Tieng Kung), yang marak di Surabaya. Biar geraknya sederhana, nih senam bikin keringat kita mengucur deras loh, padahal senamnya di dalam rumah nggak kena sinar matahari.

Selain makanan dan olahraga, kami berusaha makin harmonis. Makin akrab dalam keluarga. Menikmati betul detik demi detik bertemu keluarga dalam keadaan sehat. Ketika suami sedikit spanneng dan keras terhadap anak-anak, saya sering mengingatkan, “ingat jaman mereka opname. Kita paniknya luar biasa. Mikirnya macem-macem. Sekarang kalau kita bangun pagi, terus ketemu mereka sehat aja udah syukur loh. Terlebih melihat mereka tertawa gembira. Sudah itu cukup, jangan dibebani banyak pikiran. Toh masa depan anak bukan milik kita lagi.”
Ya, kami berusaha mengendalikan pikiran, emosi dan memanajemen stress supaya tidak menurunkan kekebalan tubuh.

Satu resep warisan lagi yang saya lakukan untuk menjaga kesehatan adalah dengan minum jamu. Ya, kebetulan ibu saya adalah penjual jamu ketika saya masih SD. Jadi, saya sudah biasa minum jamu. Ibu, menjual jamu seduh merek terkenal juga jamu rebusan sendiri. Untuk menjaga kesehatan, ibu menyarankan saya membuat minuman rebusan kunyit, temulawak dan asam jawa ditambah sedikit gula batu. Ini minuman favorit kami.



Jamu adalah pengobatan tradisonal warisan Nusantara, perlu diwadahi lembaga medis terpercaya seperti IHHC



Kalau sekarang, jamu dikategorikan pengobatan alternatif ya, atau Herbal. Nah ternyata di IHHC juga bakalan ada loh layanan Herbal. Dengan kualitas tenaga profesional di IHHC, produksi herbal-nya bisa dijamin aman. Karena kadang berbahaya juga kalau kita tidak tahu takaran atau efek samping dari obat Herbal atau jamu. Di IHHC ada divisi khusus yang menangani yaitu In harmony Alternative (IHA). Asik ya, jamu tradisional bisa naik kelas. 

Wis pokoknya, ingat pencegahan penyakit, ingat lembaga kesehatan terpercaya, ingat In harmony Clinic.Ingat ibu mertua, juga ingat In Harmony Clinic :)

Semoga Sehat Selalu.
@HeniPR 

keterangan : foto vaksin dan selain foto anak dan suami, diambil dari website In Harmony Clinic.













Loveable Banget ! Lakukan Konsep dan Cara Ini Untuk Meningkatkan Kualitas Hubungan Antara Ayah dan Anak Lelakinya

27 komentar

If the relationship of father to son could really be reduced to biology, the whole earth would blaze with the glory of fathers and sons. 

        Bicara tentang parenting biasanya tertuju pada peran ibu pada anak-anaknya. Quote yang sering terucap di mana-mana berbunyi, "Ibu adalah madrasah utama dan pertama anak-anaknya". Seharusnya tidak berhenti pada kalimat itu. Ada tambahan kalimat yang penting yaitu, "Ayah adalah Kepala Madrasahnya".

       Jika rumah tangga ibarat sekolah. Maka, Laki-laki, yang sudah menikah dan dikaruniai keturunan, peran utamanya tak hanya menjadi Kepala Keluarga, melainkan juga Kepala Sekolah. Sebagaimana tugas dan peran Kepala Sekolah di lembaga pendidikan, begitulah kisaran tugas dan peran ayah di ranah pendidikan anak-anak, istri dan keluarganya.

Jadi, ayah, bapak, abah, abi, abu, tugas anda tidak main-main ternyata, jangan bernafas lega hanya ketika sudah merasa bebas telah lulus sekolah, kuliah lalu menikah.

"Memberi nafkah saja sudah menyita pikiran dan tenaga!"
Jika itu dalih yang diambil, mohon maaf, tidak bisa. Kembali pada konsep awal, "Ayah adalah Kepala Madrasahnya", maka mau tidak mau tugas ini harus dilakukan dan diterima dengan lapang dada. Berat juga ya? :)

Takkan berat jika ayah tahu caranya. Akan semakin ringan jika melakukannya dengan bahu membahu, saling membantu dengan istri dan anak di rumah. Toh, itulah sesungguhnya keluarga.

Peran ayah begitu penting, apalagi terhadap anak lelakinya. Mengapa? Tentu saja, karena kelak anak lelakinya itu juga akan menikah, menjadi suami dan juga menjadi ayah. Sama seperti dirinya.

 Menurut Maureen Hitam, Ph.D (Univ. Of Marylanf School of Medicine), kedekatan ayah dengan anak lelakinya bahkan sejak bayi, bisa mengurangi munculnya masalah perilaku atau kenakalan. Dan yang tak kalah pentingnya, membuat anak mampu membedakan gender dengan baik. Anak lelaki jadi yakin dengan gendernya sebagai lelaki. Bahwa dia berbeda gender dengan ibunya, yang perempuan. Isu LGBT takkan muncul jika ayah akrab dengan anak-anaknya.

Tak bisa dipungkiri, bahwa ayah cenderung kurang akrab dengan anaknya, sedikit banyak dipengaruhi oleh budaya kita. Biasanya ayah ditempatkan di posisi teratas, harus disegani, dihormati dan dipatuhi tanpa boleh banyak kata dan sedikit interaksi, seperti yang terjadi di kalangan Kesultanan atau Kerajaan.  Akibatnya, generasi berikutnya menjadi ayah yang gagap atau kaku untuk "gaul" dengan anaknya sendiri.

Berbeda dengan dunia barat yang lebih santai, hubungan ayah dan anak lebih seperti teman saja tampaknya. Konsep ini bagus juga untuk diabsorbsi. Ayah dan anak adalah sahabat karib, indah nian kedengarannya. Lalu bagaimana cara agar bisa membina hubungan berkualitas antara ayah dan anak, sampai bisa jadi layaknya sahabat?

1. Selalu Ada Untuk Anak
Bukan berarti ayah harus memilih tidak bekerja demi bersama anak di rumah seharian. Melainkan ayah hadir sepenuh hati, ketika anak membutuhkannya. Misalnya, ketika anak datang, membawa kertas hasil ujian sekolah, ayah meletakkan gadgetnya, mengajak anak duduk di sampingnya, melihat hasil ujian anak, menepuk pundaknya lalu berkata,"Usahamu bagus nak. Ada yang sulit? Apa yang bisa ayah bantu?". Berapapun hasil ujian anak, hargailah dan tawarkan kehadiran sebagai ayah untuk membantunya. Sekecil apapun peristiwa dalam kehidupan anak, usahakan ayah hadir di situ. Dan anak merasakan kehadiran ayahnya.

2. Mendampingi Anak
Anak lelaki mempunyai sifat kompetisi yang lebih besar daripada perempuan, walau tidak mereka tampakkan. Mereka cenderung ingin menang, baik secara akademis, olahraga, sosial bahkan sekedar lomba 17 Agustusan di kampung. Hadirnya ayah di momen penting itu, mendampingi anak ketika berlomba "Balap Karung", saja, akan menjadi momen berharga untuk anak lelaki. Dia bisa menunjukkan kehebatannya, kemampuannya dan usaha maksimalnya itu dan berkata dalam hatinya, "Lihat, aku bisa sehebat ayah, sekuat ayah.".

3. Melakukan Kegiatan Bersama
Sewaktu kecil, saya mempunyai kenangan yang manis bersama bapak (begitu saya menyebut ayah). Di hari Minggu pagi, bapak punya ritual semir sepatu bersama. Semua sepatu dikumpulkan, dan masing-masing anak lelaki dan perempuannya menyemir sepatu. Kami berlomba menyemir sekilap mungkin dengan berbagai cara. Saya tahu trik memanaskan krim semir sepatu menggunakan lilin atau dijemur sinar matahari, supaya menjadi semir cair dan membuat sepatu lebih mengkilap. Saya pun piawai menggosok sepatu sekuatnya supaya kilap hitamnya tahan lama. Kegiatan bersama ini begitu mengena. Begitu juga jika ayah dan anak lelaki, melakukan kegiatan bersama, apapun bentuknya. Kedekatan emosional akan terjalin, komunikasi akan terbuka dan mereka bisa menjadi sahabat sampai kelak dewasa.

4. Melibatkan Kontak Fisik
Mudah mengungkapkan rasa sayang, seperti memeluk, menggoda, mencium untuk anak lelaki yang masih kecil atau balita. Beranjak besar, biasanya anak lelaki mulai membatasi diri dan enggan "disentuh". Namun percayalah, sesungguhnya mereka masih butuh dan ingin sekali disentuh, dipeluk oleh orang tuanya. Sentuhan bisa melonggarkan kecemasan dan ketegangan yang biasanya hanya dipendam di hati anak lelaki. Terlebih jika anak lelaki kita pendiam. Jika dari gestur tubuhnya tampak dia sedih, galau namun ketika ditanya, hanya dijawab, "nggak ada apa-apa". Ayah, maka mendekatlah pada anak lelakimu itu. Tanpa banyak bicara, peluklah dia. Tanpa bicara. Hal ini akan menanamkan kesan pada anak, bahwa ayah akan selalu menjaga dan melindunginya. Betapapun susahnya dunia, anak bisa mengandalkan ayahnya dan dia percaya hal itu.

5. Lebih Mencintai Ibunya Anak-Anak
Ada suatu keadaan dimana sang ayah berkarakter introvert. Yang artinya mau diubah sebagaimanapun, tetap saja dia sulit mengekspresikan rasa sayang kepada anaknya, terutama anak lelakinya. Namun satu hal yang bisa dilakukan untuk menunjukkan bentuk rasa sayang adalah, memberi perhatian kepada ibunya anak-anak. Dengan cara ini, walau tak banyak gerak dan kata, anak-anak akan mengamati bagaimana sayang, cinta, tanggung jawab, dedikasi dan komitmen seorang lelaki kepada istrinya. Dan akan mereka refleksikan cinta itu sebagai wujud kasih sayang ayahnya pada diri mereka sendiri. "Ayah sayang dan bertanggung jawab pada ibuku, pasti begitu juga padaku," itu yang akan mereka benamkan dalam hati. Secara otomatis juga, anak lelaki akan menghormati dan menyayangi ayahnya tanpa diminta.
*Ibunya anak-anak disini, pengertiannya dalam arti luas*.


Fatherhood
mereka melihat bapaknya, menyanyikan lagu cinta untuk ibunya :)
The most important thing a father can do for his children is to love their mother.
 Dengan konsep dan cara sederhana ini, mari kita tingkatkan kualitas hubungan antara ayah dan anak lelakinya. Semoga hal ini menjadi salah satu cara memperkuat pilar keluarga.

Semoga menginspirasi :)
- HPR -


Coding Mum Surabaya Pertemuan 7-12, Bootstrap Javascript Dan Presentasi Akhir

Tidak ada komentar
Materi belajar di kelas Coding Mum yang sudah kami pelajari beberapa kali, intinya seputar Wireframing, HTML 5, CSS 3, Bootstrap dan Javascript. Materi dasar tersebut bisa menjadi bekal untuk memahami pekerjaan desain web maupun front-end programming.

Kelas belajar pun diisi dengan trial and error dari peserta, dan tanya jawab peserta dengan coach. Banyak hal yang terjadi menjelang akhir kelas, ada yang suaminya sakit, anaknya sakit dan salah satunya juga beberapa laptop udah mulai protes. Seperti laptop bu Jelita yang mendadak padam tanpa sebab. Dan laptop saya yang kepanasan karena ada masalah dengan fan, akhirnya ikutan padam juga. Merk laptop kami sama pula :D 

Tentu saja ini meningkatkan adrenalin sekaligus tingkat kesetresan. Karena tugas akhir sudah diberikan, yaitu membuat desain website sendiri. Untuk kemudian dipresentasikan pada hari Kamis, 2 Juni 2016, di markas besar Coding Mum Surabaya, Dilo Telkom Divre V Ketintang. 

Walau berjuang dengan laptop yang mulai ngos-ngosan-saya curiga ini karena laptopnya tak rela diajak mengcoding-karena selama hampir 5 tahun ini saya pakai untuk mengetik dan internetan juga aman jaya. Akhirnya desain web saya dan bu Jelita juga selesai. Bahkan di tengah malam sebelum presentasi, bu Jelita masih men-japri saya, hopeless karena laptopnya mati lagi, lagi lagi mati. Nggak ada anjuran yang bisa saya berikan, selain, "udah besok kita berangkat pagi-pagi aja ya. Minta dibenerin sama orang-orang Dilo atau para coach disana. Pokoke budal!".

Beneran kan, kami datangnya kepagian. Berdua bersama laptop tercinta :)

Sesampai di Dilo, saya dan bu Jelita segera merapatkan barisan. Bu Jelita sudah siap "ON", entah siapa kemarin yang berhasil menyalakan laptopnya. Saya malah nggak berani buka laptop sama sekali. Simpan tenaga si laptop. Takut dia kepanasan di waktu tayang. 

Tak lama setelah kami datang, ada rombongan dari Bekraf Jakarta yaitu bu Poppy CS. Perkenalan hangat dan obrolan ringan pun terjadi untuk mencairkan suasana. Saya rada kaget juga sih. Selama di grup whatsapp Coding Mum Surabaya, saya sering menimpali candaan bu Poppy dengan memanggil beliau, "Mbak Poppy". 

Karena tulisannya ringan dan penuh canda, saya pikir beliau masih sepantaran saya atau malah adik saya gitu. Eh ternyata bu Poppy sepantaran ibu saya :). Eyang Putri gaul, begitu julukan yang cocok buat bu Poppy. Suaranya yang empuk, mirip suaranya Maria Ontoe, merdu. Bu Poppy adalah perwakilan dari Bekraf Jakarta, beliau bekerja di bagian edukasi. 

Bu Poppy cs
Kami berharap bisa ada formasi lengkap saat presentasi. Sayang seribu sayang, bu Lulus harus patah hati karena tak bisa datang. Bu Lulus harus mengikuti tugas pelatihan sekolah yang tidak bisa diwakilkan sampai akhir kegiatan di Dilo selesai. Apa mau dikata, tugas negara lebih penting ya bu Lulus. Dan toh ibu juga sudah "Lulus" to sejak lahir :D :D

Presentasi pun dimulai satu demi satu, sesuai hasil undian. Foto lengkapnya bisa dilihat di website Coding Mum Surabaya. Suasana riuh rendah, karena kami sejak awal sudah sepakat menjadikan acara ini sersan, serius tapi santai. Presentasi kami dikomentari dan dikritisi oleh tiga orang panelis. Masukannya bagus sekali dan saya catat dengan sigap di lembar modul Coding Mum saya yang cuma menyisakan selembar halaman kosong itu :)
DSCN1506
3 panelis, dari Jelasin.com, Good News From Indonesia dan ... Studio 
Ada saran perihal layout, warna, fokus yang perlu ditonjolkan, bagaimana mengatur isi website supaya bisa bertutur layaknya storytelling serta respon terhadap ide bisnis yang kami sajikan di website. So far so good. 

Di awal kelas Coding Mum, saya berencana membuat website Studio Belajar Doji, yaitu situs yang menyimpan materi dan sumber belajar untuk anak-anak saya. Namun berhubung waktu terbatas, saya tidak sanggup untuk mengumpulkan link, mencari gambar dan menulis materi belajar sehingga sesuai dengan konsep yang akan saya sajikan. 

Untuk itu, saya gunakan rencana kedua, yaitu menyajikan website tentang Akademi Prasetyorini. Yaitu sebuah rencana projek saya bersama beberapa teman, untuk membuat kursus belajar bagi perempuan (khususnya untuk ibu rumah tangga). Konsep ini kemudian saya pertajam lagi dari segi definisi, jenis kursus dan strategi pembelajaran. Semuanya saya sajikan dalam bentuk one single page website, web dengan satu halaman saja. 


Saya saat presentasi. Laptop saya berusaha diselamatkan dengan cool pad besar :)
Website saya tentang Akademi Prasetyorini

Alhamdulillah, akhirnya presentasi berakhir dengan baik. Bu Poppy memberikan apresiasi atas usaha dari ibu-ibu di Coding Mum Surabaya. Dan berharap projek pemberdayaan ibu rumah tangga khususnya dan ibu-ibu pada umumnya, di dunia pemrograman melalui Coding Mum ini berjalan terus secara berkesinambungan. Tidak berhenti sampai disini.

Saya sampaikan bahwa beberapa teman saya, khususnya ibu-ibu yang aktif sebagai blogger, sudah menunjukkan antusias untuk belajar di Coding Mum untuk batch selanjutnya. 

DSCN1591
Foto bersama terakhir Coding Mum Surabaya Batch 1 (April 2016 - Juni 2016)
Seperti biasa, ritual foto bersama harus dilakukan. Walau formasi kurang lengkap, kami tak terlalu gundah. Karena selain di grup whatsapp akan terus aktif. Kami berencana membuat pertemuan rutin berkumpul, semacam gathering alumni Coding Mum Surabaya, untuk terus mengupgrade ilmu coding yang terus kami pelajari sendiri di rumah. Terima kasih untuk para coach dibawah ini, yang sudah mengajari kami dan bersedia meluangkan waktunya kelak jika ada gathering, asal upetinya banyak :D
The Coach: Mas Ainan, Mas Toha, Mas Dicky
Terima kasih untuk pak Zaenal sebagai penjaga gawang Dilo Surabaya dan yang menyajikan kopi gratis, walau kami tak sempat bikin di Dilo. Sungkan juga rek, ibu-ibu ngopi di Dilo, heheheeh. Dan juga makasih dengan mas Fikri, pengurus "dapur logistik" Coding Mum, yang sering disindir ibu-ibu jika sudah pada kelaparan, hahahaah. Dan pada mas Rizal, yang rajin memotret kami dan nggak pernah sekalipun masuk frame foto. Bahkan harus rela memotret berkali-kali karena semua HP peserta ingin difotoin satu per satu. Khas emak-emak banget ya? demi update propic :D :D 
Pak Zaenal dan Rizal (yang jarang masuk frame foto) :)
Berikut foto patner ngikik bareng, edisi dibuang sayang. Terus belajar ya teman-teman, walau kita sudah jadi emak-emak. Atau bahkan nenek-nenek. 
Coding Grandma, keren juga kan kedengerannya :D

Saya dan bu Lulus


Bu Titi

Bu Prima
Bu Jelita dan Bu Cicim (tantenya)
Tika, website C4KM4D The Scribble Artist
Aisyah dan Jelita,