Gelombang haru karena kepergian ulama gaul Uje, mendominasi media. Saya pun turut larut di dalamnya. Tidak ingin ketinggalan tayangan langsung di televisi. Seperti ingin ikut serta hadir di sana, turut mengucapkan selamat tinggal kepadanya.
Betapa kebaikan yang dilakukan manusia, menaikkan derajatnya begitu tinggi bahkan ketika akan diantar ke peraduan terakhirnya. Kebaikan Uje, perlu diteladani.
Kebaikan manusia juga yang mengantarkannya pada hidup yang dimudahkan. Ini saya lihat kemarin malam. Sebuah tayangan talkshow yang menghadirkan Tasripin, seorang anak kecil yang menjadi bapak untuk tiga adik-adiknya.
Yang menarik hati saya, adalah ketika diceritakan kegiatan sehari-hari Tasripin ini. Pagi, sebelum shubuh, anak ini pergi ke musholla untuk mengumandangkan azan shubuh. Lalu lanjut mengurus rumah tangga dan ketiga adiknya.
Anak sekecil itu menjadi muadzin?
subhanallah.
Inilah yang membuat pertolongan datang kepada Tasripin.
Karena jika ditinjau dari kondisi masyarakat sekitarnya, toh katanya, masih banyak yang lebih susah hidupnya dan kondisi rumahnya serta ekonominya. Lalu kenapa Tasripin yang ditemukan dan muncul di media?
Ini semata karena pertolongan Alloh SWT, atas jasanya yang tanpa sadar, dengan tulus membangunkan orang dan menyerukan kebaikan dengan mengumandangkan suara azan shubuh. Subhanallah. Pasti Tasripin sendiri pun tidak menyangka. Semoga Alloh SWT menjaga keimanannya sampai masa akhir.
Kembali ke cerita Uje. Satu persatu profil in memoriam ditayangkan kembali. Kesederhanaan bicara dan apa adanya dari Uje, yang bisa menyentuh hati semua orang. Sehingga semua orang tetap optimis akan mendapatkan hidayah dan bisa jadi lebih baik dari sebelumnya. Betapa tidak, Uje yang pecandu narkoba saja bisa jadi ulama. Kita tentu bisa menapaki jejak kakinya.
Namun ada satu tayangan yang begitu ngena di hati saya. Yaitu ketika ibunda Uje diwawancara. Dengan raut wajah yang tenang. Suara yang jelas. Tanpa air mata atau tanpa suara yang menahan tangis. Ibunda Uje merelakan kepergian putranya. Beliau mengatakan, "memang sudah waktunya Uje kembali. Sesungguhnya kita semua pun akan kembali. Hanya sekarang Uje yang kembali lebih dulu. Kami semua ikhlas menerima. Semoga Uje diterima amal baiknya oleh Alloh SWT. Dan semoga lahir Uje Uje baru lagi yang meneruskan tugas dakwah untuk umat".
Dalam ketenangan itu, kalimat yang terucap sangat mencerminkan betapa kuat iman beliau. Memang, ibunda Uje adalah seorang pendakwah juga, seorang ustadzah. Saya jadi ingat lagi, membaca cerita mbak Winda member KEB, tentang mamanya yang akan menjalani operasi katup jantung. Beliau menerangkan bahwa mamanya begitu kuat menghadapi operasi ini. Masih memikirkan orang lain dan mampu memimpin do'a. Mama mbak Winda juga seorang pendakwah, seorang Ustadzah. Sehingga dengan kekuatan imannya, mampu menghadapi cobaan hidup dengan tampak begitu mudah.
Ada lagi kisah seorang ibu, single parents di Kick Andy. Mendadak ditinggal meninggal suaminya,dengan delapan anak. Beliau murni ibu rumah tangga tanpa penghasilan. Namun, di hari kedua kematian suaminya, beliau berkata di depan anak-anaknya,"sudah cukup kita menangisnya. Kita harus melanjutkan hidup dan mendoakan bapak". Berbekal iman yang kuat dan yakin bahwa rejeki untuk anak-anak yatim akan dimudahkan jalannya. Beliau pun ke tempat saudaranya dan mulai berdagang kain batik tanpa modal. Akhirnya beliau berhasil mengantarkan kedelapan anak-anaknya berhasil studinya, ada yang jadi dokter, pengacara, dsb.
Ah, betapa ketika seorang ibu sangat baik menata keimanannya. Anak-anaknya menjadi berhasil dunia akhirat ya. Seperti ibunda-ibunda hebat tadi. Semoga saya bisa meneladaninya. Beranjak menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.
Bersandar ke pada Yang Maha Kuat, maka kita tidak akan lemah. Allahu Akbar.
Semoga bermanfaatya.
Dan dalam persahabatan kita ini, mari selalu saling menguatkan ya emak-emak.
Loveyu,
Heni Prasetyorini
credit |
Kebaikan manusia juga yang mengantarkannya pada hidup yang dimudahkan. Ini saya lihat kemarin malam. Sebuah tayangan talkshow yang menghadirkan Tasripin, seorang anak kecil yang menjadi bapak untuk tiga adik-adiknya.
Yang menarik hati saya, adalah ketika diceritakan kegiatan sehari-hari Tasripin ini. Pagi, sebelum shubuh, anak ini pergi ke musholla untuk mengumandangkan azan shubuh. Lalu lanjut mengurus rumah tangga dan ketiga adiknya.
Anak sekecil itu menjadi muadzin?
subhanallah.
Inilah yang membuat pertolongan datang kepada Tasripin.
Karena jika ditinjau dari kondisi masyarakat sekitarnya, toh katanya, masih banyak yang lebih susah hidupnya dan kondisi rumahnya serta ekonominya. Lalu kenapa Tasripin yang ditemukan dan muncul di media?
Ini semata karena pertolongan Alloh SWT, atas jasanya yang tanpa sadar, dengan tulus membangunkan orang dan menyerukan kebaikan dengan mengumandangkan suara azan shubuh. Subhanallah. Pasti Tasripin sendiri pun tidak menyangka. Semoga Alloh SWT menjaga keimanannya sampai masa akhir.
Kembali ke cerita Uje. Satu persatu profil in memoriam ditayangkan kembali. Kesederhanaan bicara dan apa adanya dari Uje, yang bisa menyentuh hati semua orang. Sehingga semua orang tetap optimis akan mendapatkan hidayah dan bisa jadi lebih baik dari sebelumnya. Betapa tidak, Uje yang pecandu narkoba saja bisa jadi ulama. Kita tentu bisa menapaki jejak kakinya.
Namun ada satu tayangan yang begitu ngena di hati saya. Yaitu ketika ibunda Uje diwawancara. Dengan raut wajah yang tenang. Suara yang jelas. Tanpa air mata atau tanpa suara yang menahan tangis. Ibunda Uje merelakan kepergian putranya. Beliau mengatakan, "memang sudah waktunya Uje kembali. Sesungguhnya kita semua pun akan kembali. Hanya sekarang Uje yang kembali lebih dulu. Kami semua ikhlas menerima. Semoga Uje diterima amal baiknya oleh Alloh SWT. Dan semoga lahir Uje Uje baru lagi yang meneruskan tugas dakwah untuk umat".
Dalam ketenangan itu, kalimat yang terucap sangat mencerminkan betapa kuat iman beliau. Memang, ibunda Uje adalah seorang pendakwah juga, seorang ustadzah. Saya jadi ingat lagi, membaca cerita mbak Winda member KEB, tentang mamanya yang akan menjalani operasi katup jantung. Beliau menerangkan bahwa mamanya begitu kuat menghadapi operasi ini. Masih memikirkan orang lain dan mampu memimpin do'a. Mama mbak Winda juga seorang pendakwah, seorang Ustadzah. Sehingga dengan kekuatan imannya, mampu menghadapi cobaan hidup dengan tampak begitu mudah.
Ada lagi kisah seorang ibu, single parents di Kick Andy. Mendadak ditinggal meninggal suaminya,dengan delapan anak. Beliau murni ibu rumah tangga tanpa penghasilan. Namun, di hari kedua kematian suaminya, beliau berkata di depan anak-anaknya,"sudah cukup kita menangisnya. Kita harus melanjutkan hidup dan mendoakan bapak". Berbekal iman yang kuat dan yakin bahwa rejeki untuk anak-anak yatim akan dimudahkan jalannya. Beliau pun ke tempat saudaranya dan mulai berdagang kain batik tanpa modal. Akhirnya beliau berhasil mengantarkan kedelapan anak-anaknya berhasil studinya, ada yang jadi dokter, pengacara, dsb.
Ah, betapa ketika seorang ibu sangat baik menata keimanannya. Anak-anaknya menjadi berhasil dunia akhirat ya. Seperti ibunda-ibunda hebat tadi. Semoga saya bisa meneladaninya. Beranjak menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.
Bersandar ke pada Yang Maha Kuat, maka kita tidak akan lemah. Allahu Akbar.
creditThe Mother is a school that if you prepare well, you will prepare a noble nation |
Dan dalam persahabatan kita ini, mari selalu saling menguatkan ya emak-emak.
Loveyu,
Heni Prasetyorini